Share

Part 8 Penghinaan

Fiona mencengkeram handphone dengan geram, seolah benda mahal itu adalah Cassandra. Gadis miskin yang berhasil membuat Andrian untuk pertama kali meninggalkannya.

Beberapa saat menunggu, akhirnya muncul juga wajah laki-laki di layar handphone.

Senyum Fiona mengembang melihat wajah tampan seseorang di seberang sana. Untuk sejenak, dia bisa menghilangkan rasa kecewa akibat kepergian Andrian yang tiba-tiba.

"Aku butuh kamu, Amore! Kita bertemu malam ini!" pintanya dengan suara serak.

"Tentu saja, datanglah kemari, Sayang!" jawab laki-laki di seberang sana.

Tak ingin membuang waktu lagi, Fiona segera berkemas. Dia ingin mengakhiri kekecewaannya malam ini dengan bersenang-senang di tempat lain.

Di saat yang sama, Andrian memarkir mobilnya kasar di depan rumah. Laki-laki itu melirik sekilas pada security istana megahnya yang langsung bergegas memarkir mobil ke garasi.

Langkah Andrian terhenti di anak tangga karena mendengar suara kehidupan dari kamar tamu. Andrian berbalik langkah dan mengetuk pintu kamar tamu yang terkunci dari dalam.

Cassandra yang baru saja memejamkan mata, tersentak, kemudian melangkah gontai ke pintu. Pandangan Cassandra langsung tertuju pada lelaki jangkung yang berdiri dengan sebelah tangan menahan daun pintu. Tatapan mata Andrian langsung menghujam pada wajah sayu Cassandra.

"Siapa suruh kamu tidur di sini? Ke kamarku, sekarang!" perintah Andrian.

Cassandra memalingkan pandangan dari lelaki itu. Tetapi Andrian tidak memberinya kesempatan dan justru merangsek masuk ke kamar itu.

"Tu-Tuan, apa yang Anda lakukan?"

Mendengar pertanyaan itu, Andrian tersenyum miring sekilas. Dia mencengkeram dagu Cassandra sedikit kencang yang membuat wanita itu mendongak. Cassandra memejamkan mata ketakutan melihat kilat tatapan tak biasa Andrian.

"Tu-Tuan, tol-long lepaskan saya. Sa--"

Andrian segera membungkam bibir Cassandra dan mendaratkan ciuman menuntut pada istrinya itu. Tubuh Cassandra gemetar. Meskipun dia sering menemani para tamu pria hidung belang, tetapi perlakuan Andrian membuatnya takut.

Tiba-tiba terlintas di benak Cassandra. Jangan-jangan Andrian adalah mafia yang akan membelinya itu. Andrian memaksa Cassandra membalas ciumannya. Dengan terpaksa, Cassandra membalasnya dan untuk kedua kali dia merasakan jantungnya berdetak kencang akibat ulah Andrian.

Tangan laki-laki itu pun mulai bergerak liar di bagian tubuh sensitif istrinya. "Kenapa kamu tidak mau membalasnya, Cassandra?" tanya Andrian kecewa.

"Sa ... sa-sya, tolong jangan lakukan itu, Tuan!" mohon Cassandra menahan tangis.

Andrian menarik tangannya. Melihat tatapan ketakutan wanita itu, Andrian menjadi tak tega. Cassandra memang resmi menjadi istrinya, tetapi pantang bagi Andrian untuk memaksanya. Andrian mundur selangkah dan memalingkan pandangan dari wanita cantik itu.

"Kenapa kamu ketakutan seperti hendak kumutilasi, Cassandra? Bukankah kamu juga berharap aku sentuh?" tanya Andrian sinis menyembunyikan gejolak batinnya.

Laki-laki tampan itu memaki dirinya sendiri yang begitu mudahnya kalah oleh pesona istri miskin ini. Bahkan, Fiona yang selalu membuat Andrian mabuk kepayang saja, tidak sanggup mengusir bayangan Cassandra dari benaknya.

Cassandra mencengkeram baju bagian atasnya dengan tangan gemetar. Wajahnya menunduk dalam. Dia tidak menampik ucapan Andrian jika sebenarnya juga berharap disentuh lelaki itu. Akan tetapi, tidak dengan cara seperti itu. Cassandra akan memberikan tubuhnya pada laki-laki yang mencintai dan dicintainya, bukan lelaki angkuh macam Andrian yang selalu menghinanya. Namun, sial justru laki-laki inilah suaminya.

Andrian menatap manik sang istri dengan tatapan tajam. "Aku tidak tahu seberapa berharganya dirimu sampai kamu menolakku, Cassandra. Asal, kamu tahu, selama ini tidak ada seorang perempuan pun yang berani menolakku. Tetapi kenapa kamu begitu kurang ajar?" sindir Andrian sinis.

Dikatakan seperti itu, Cassandra tak tahan lagi. Dia membalas sindiran Andrian dengan seringaian kecil. "Karena saya berbeda dari mereka, Tuan. Anda menghina saya sesuka hati Anda, tetapi Anda lupa jika saya memiliki harga diri meskipun miskin! Dan apa Anda juga lupa, kalau tidak akan pernah mau menyentuh saya? Jadi, bersikaplah profesional, Tuan!" balasnya kemudian beranjak ke pintu.

Cassandra membuka pintu agak lebar dengan gerakan tangan mempersilakan Andrian pergi. Laki-laki itu mengeraskan rahangnya dan memukul daun pintu.

"Kurang ajar sekali kamu, Cassandra. Lihat saja, kamu harus membayar mahal semua ini!" desisnya kemudian berlalu.

Cassandra tidak menanggapi. Dia menatap punggung tegap Andrian yang berlalu meninggalkan kamar. Wanita cantik itu menutup pintu pelan, lalu menyandarkan punggung di daun pintu.

"Tuhan, sampai kapan aku terjebak dalam perjanjian ini? Aku tahu, mungkin ini sebagian dari rencanamu untuk menghindarkan aku dari laki-laki misterius itu. Tapi, aku takut tidak sanggup menjalaninya, Tuhan!"

Cassandra meluruhkan tubuh di lantai. Mengingat serentetan peristiwa tak menyenangkan, membuatnya nelangsa. Seandainya dia memiliki orang tua yang tidak gemar berjudi dan mabuk maka hidupnya tidak dibebani hutang. Tidak ada yang peduli, malam ini yang kata orang sebagai malam pengantinnya, dihabiskan Cassandra dengan menangis meratapi nasib.

Tidak ada yang peduli rintihan hatinya, tidak juga Carollo, sang ayah, apalagi Andrian, suaminya.

Di kamarnya....

Andrian mondar-mandir tidak jelas di kamar mewah itu. Berkali-kali Andrian mengumpat, memaki ketidakberdayaannya di depan Cassandra. Hampir saja dia kalah oleh gairahnya sendiri. Beruntung Cassandra menolaknya. Jika tidak? Mungkin harga diri Andrian akan jatuh ke dasar jurang di depan istri miskin yang selalu dihinanya.

"Sial! Kenapa aku jadi gila seperti ini? Dia hanya gadis miskin tidak jelas asal-usulnya. Semua ini gara-gara Kakek! Cassandra, kamu harus membayarnya berkali lipat. Ini penghinaan untuk Andrian Petruzzelli!"

Andrian mengusap kasar wajah, lalu menjambak rambutnya. Sejurus kemudian, Andrian menghempaskan tubuh tegapnya di atas tempat tidur.

Kedua matanya menerawang menatap langit-langit kamar bernuansa monokrom itu. Andrian terdiam beberapa saat kemudian tersenyum satu sudut. Laki-laki itu melepaskan kancing-kancing kemejanya, kemudian melemparkan kemeja berwarna putih itu ke sembarang arah.

Andrian meraih handphone dari saku celananya dan tidak berapa lama tampak menghubungi seseorang.

"Saya tidak mau tahu. Cari asal usul Cassandra Lusette. Kabari saya secepatnya!"

Setelah panggilan berakhir, kembali Andrian tersenyum satu sudut. Laki-laki itu memejamkan matanya yang terasa berat. Tubuhnya pun lelah setelah menjalani serangkaian prosesi pernikahan yang melelahkan, tetapi penuh kemunafikan. Dia harus berpura-pura menebar senyum dan bahagia. Itu adalah hal yang dibenci oleh Andrian. Namun, semua itu dia lakukan demi sang Kakek dan demi tetap mengukuhkan diri sebagai ahli waris tunggal.

Andrian menarik napas lelah. Dia tidak menyangka jika petualangannya sebagai seorang laki-laki berpengaruh dan memiliki segalanya harus terhenti akibat kehadiran Cassandra.

"Aku harus cari cara untuk membalas kesombonganmu, Cassandra. Lihat saja!" desisnya penuh dendam.

****

Komen (2)
goodnovel comment avatar
La Bianconera
Ikuti terus ya, Kakak. Terima kasih ...
goodnovel comment avatar
Noor Hatimah
seru sekali
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status