Share

3. NERAKA PERNIKAHAN

Gaun pernikahan berwarna putih gading dan tampilan dengan make up agak tebal tampak menjadi pemandangan yang menarik pagi itu.

Gadis itu terlihat cantik dengan bulu mata lentiknya. Akan tetapi, sayangnya, Atama beberapa kali malah mengumpat.

"Ck Sialan! kenapa wanita dewasa betah menyiksa diri dengan memakai riasan wajah laknat seperti ini?" Ucapnya membatin. Mengenakan make up tebal bukanlah kebiasaannya.

Tidak ada acara besar, hanya keluarga kecil kedua mempelai yang menghadiri pernikahan itu. Juga Nando yang tampak gagah dengan baju yang dia kenakan.

Nando terus menatap Atama sampai membuat gadis itu sedikit tidak nyaman. Acara memang belum dimulai, karena itu juga Atama masih santai duduk- duduk di ruang tengah sambil memainkan ponsel walau pun sebenarnya Atama sedikit bosan.

Saat itu, Nando terlihat menghampiri Atama, hal yang tidak pernah dia lakukan seumur hidupnya sekali pun dia sering datang ke rumah gadis itu untuk sekedar 'jalan bareng' dengan Arlan sebagaimana mereka bersahabat.

Degup jantung Nando bertalu kencang. Dia seakan kehabisan kata-kata jika sedang berhadapan dengan gadis ini.

"Muka dah kaya cucian kotor, ditekuk mulu. Hari ini kamu nikah kali," kata Nando sambil tersenyum kecut.

Atama tidak bereaksi, memilih mendiamkannya. Baginya saat ini, itu tidak penting. Meski pun dia sadar Nando akan segera jadi kakak iparnya. Sejak Nando berpikir bahwa dia adalah wanita murahan yang mudah mengobral tubuhnya dengan sembarang lelaki, dan sejak itu pula, rasa hormat Atama terhadap lelaki itu kian terkikis dan menghilang.

"Kok bisa sih, sampai kejadian kayak gini? Cinta banget ya sama Al?" Nando menghela napas panjang usai mengatakan hal itu.

Atama hanya meliriknya sebentar, fokusnya masih pada ponsel dan tetap tak menggubris Nando. Pria itu merebut ponsel Atama, kemudian meletakkannya di meja.

"Apa sih, Kak?" Nada bicara Atama tampak sedikit kesal.

"Kamu jadi cewek nggak peka banget sih, kamu pikir aku hampir tiap hari ke rumah kamu ngapain? Cuma mau ketemu Arlan?" Nando menatap Atama intens, ada perasaan tak terima menyerang dadanya. Dia tak rela Atama secepat ini menikah, apalagi dengan adiknya yang punya bakat jadi penjahat wanita itu.

"Maksudnya?" Atama menautkan alis. Mengangkat kepala dan menatap Nando bingung.

"Ya, mau ketemu kamu, lah!" Ucap Nando pada akhirnya.

"Kan ketemu juga, Kak. Sekilas," jawab Atama asal. Dia memang perempuan yang tidak pandai menganalisis kalimat yang keluar dari mulut orang jika tidak dijelaskan secara gamblang.

"Ya apa kek, sapa gitu. Udah gitu tau-tau kamu dah mau nikah, ama adikku lagi! Ini sitkom apaan sih? nggak lucu banget!" Nando tertawa hambar, tapi tampak kesal. Tidak ada secuil pun kebahagiaan di hati Nando atas pernikahan adiknya ini. Yang jelas, tanpa dijabarkan, Nando hanya tahu hatinya gagal menempatkan diri di hati Atama. Dan menghina Atama, adalah satu-satunya benteng pertahanan terakhir yang Nando miliki demi mempertahankan harga dirinya.

"Lah, kan kita nggak terlalu kenal, Kak. Aku aja tau Kakak juga dari Kak Arlan. Lagian ngapain aku sapa duluan, orang tampang Kakak jutek mulu!" Balas Atama yang jadi makin kesal.

"Iyalah, jutek. Orang gantengnya di mata kamu udah abis sama Al. Ya kan?"

Atama hanya mendengkus dan menatapnya datar. Dia tidak tahu apa yang dipikirkan gadis di depannya ini. Nando meraup wajah dengan kedua telapak tangannya. Gelisah merambati dirinya.

"Apa sih Ta, yang bikin kamu suka sama Al?" Tanya Nando saat itu. Sikap Atama yang tidak peka benar-benar membuatnya frustasi.

"Sayangkan nggak pernah butuh alasan, Kak."

"Ya kira-kira itu, Atama." Potong Nando cepat. Dia menatap Atama lekat dan gadis itu balas menatap Nando sekilas. Nando menunduk lesu, sepertinya Atama cukup tahu apa maksud dari ucapannya.

"Kakak nggak ada pikiran suka sama aku kan?"

"Nggak, kamu udah mau nikah juga. Ya udah, lupain aja aku tadi ngomong apa, lebih enak kayak kemaren-kemaren aja deh, nggak usah saling sapa. Anggep aja kita nggak pernah saling kenal!"

"Kan kita adik-kakak mulai hari ini."

"Suka-suka kamu, Ta. Percuma dijelasin juga!" Akhirnya, Nando meninggalkan Atama setelah mengatakan hal itu. Memutuskan untuk tidak lagi bodoh dengan mempertahankan perasaannya kepada Atama, si gadis bodoh dan murahan itu.

Atama masih menatap punggung Nando yang menjauh. Ada rasa tak nyaman di hati gadis itu saat Nando memperlihatkan sikap seolah-olah lelaki itu menyukainya.

Tapi, sejak kapan?

Dan apa yang sedang dia lakukan barusan?

Apakah membuat sebuah pengakuan?

Atau melampiaskan kekesalan?

Begitu banyak pertanyaan menggantung di benak Atama.

Atama tidak pernah berpikir bahwa Nando menyukainya. Selain bersahabat dengan Arlan, usianya yang sembilan tahun melampauinya, tidak mungkin membuat Atama berpikir yang tidak-tidak. Nando adalah pria dewasa yang sepertinya aneh jika dia menyukai bocah ingusan seperti Atama.

Namun, apa mau di kata. Hati seorang Atama telah memilih Aljabar Wiratama yang tak lain adalah adik kandung Nando sendiri.

Meski sakit, Nando harus menerima itu.

*****

Malam pernikahan, bagi setiap orang adalah hal yang tidak mudah dilupakan.

Begitu pun dengan Aljabar.

Dia tak akan pernah lupa seumur hidup atas dasar apa dia menikah di usia sedini ini.

Dia tak siap dari segi mana pun.

Dia tak pernah membayangkan jika memiliki Atama di saat yang tepat membuatnya merasakan rasa sakit seperti ini.

Cukup lama Aljabar terdiam, merebahkan diri di tempat tidur dengan mata terpejam.

Sudah jelas, bukan ini yang dia inginkan.

Sesaat kemudian, Atama datang. Aljabar mendengarnya dari entakan kaki dan ranjang yang tiba-tiba bergerak, tetapi dia tak membuka mata.

"Al, kamu kenapa?" Atama menanyainya sambil mengusap kepala lelaki yang kini resmi menjadi suaminya itu.

Aljabar tak menyahut, kemudian dia berdiri dan menyulut rokoknya di bibir ranjang.

"Kamu menyesal atas pernikahan ini?" Tanya Atama lagi.

"Kamu pikir nggak? Kamu yang bikin aku susah dengan pernikahan sialan ini, Ta! Kalau bukan Papamu ngancam buat penjarain aku kalo aku nggak tanggung jawab. Ogah aku nikahin kamu!" Lagi, ucapan Aljabar kembali menusuk hati Atama sedemikian dalam.

"Al, tapikan kita saling mencintai, kita bisa jalanin ini semua sama-sama," seru Atama dengan mata sayu.

"Ya! Aku akan menjalaninya, tapi dengan caraku sendiri!" Ucap Aljabar penuh penekanan. Dia menoleh menatap lurus manik mata Atama yang berkaca-kaca, hingga setelahnya dia berujar dalam hati.

Aku akan ngasih kamu neraka dalam pernikahan ini!

Camkan itu, Atama!

Komen (1)
goodnovel comment avatar
~kho~
lha situ mau enaknya doang. kmrn2 ngerayu2 atama biar dksh. Skrg hamil dsrh tg jwb kesel. piye tho karepmu?
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status