Ini adalah kelanjutan cerita dari season pertama yang pernah begitu viral dan ramai. bercerita tentang kelanjutan hidup sakinah setelah kembali bersama suaminya, dan gangguan Kartika yang tidak pernah berhenti karena merasa sakit hati sakinah berhasil merebut kembali suaminya.
Lihat lebih banyakIa memutar kemudi dengan kencang dan berbalik menuju arah rumah sakit, aku yang kaget, langsung menegakkan badan di kursi memberi ekspresi penuh pertanyaan padanya.
"Kenapa berbalik arah?" "Ada hal yang aku lupakan, dan tidak boleh ditunda," ujarnya. * Ia menepikan mobil di depan pagar utama dan langsung bergegas masuk dan naik ke lantai tiga lewat lift. Aku menyusul karena rasa penasaran sementara para pekerja yang bertugas terlihat aneh menatap kami yang lalu lalang untuk kedua kalinya. "Mau ngapain sih?" cecarku menyusulnya cepat. Pria itu membuka pintu kamar dan Didit ternyata masih ada di sana, duduk di depan Kartika dan terlihat sedang bicara serius. Mereka seketika terkejut saat mendapati kami datang lagi. "Aku lupa membicarakan satu hal," ujar Mas Yadi " ... Tadinya aku ingin menjemputmu dan menunaikan tanggung jawabku sebagai orang yang sudah menikahimu, tapi aku kecewa. Karenanya mulai detik ini kau kujatuhi talak!" Wanita itu terdiam, entah tak mau pusing atau malu, yang pasti ia tak memberi tanggapan apa-apa. "Setelah ini aku tak mau tahu lagi tentangmu, aku sudah selesai dengan kalian semua!" Mas Yadi pergi begitu saja. "Itulah sebabnya aku memilih tidak mempercayaimu karena pada akhirnya, kau pasti akan kembali pada Sakinah. Aku sedang sakit saja kau tidak pernah menelponku," jawab wanita itu dengan dingin. "Bagaimana aku bisa telpon jika aku sendiri dipenjara?!" "Tapi kau bisa menjemput wanita itu ke tempat isolasinya!" "Tahu dari mana? Siapa yang memberi tahu dan apa pedulimu?!" "Tentu saja peduli, kau suamiku!" "Jika kau menganggapku sebagi suami lantas apa yang baru kulihat beberapa saat tadi?! Aku meninggalkan segalanya, status, jabatan dan keluarga, demi wanita murahan yang bahkan tidak berpikir bahwa posisinya sakit dan punya suami ketika ingin mencium pria lain." Mas Yadi langsung menjauh sedang aku masih berdiri terpana dengan kata kata kemarahannya, aku hampir tak percaya jika dia langsung menceraikan Kartika. "Apa yang kau tunggu!" tanya Didit. "Setidaknya urusan Suryadi sudah selesai tuntas, jadi aku tinggal fokus menangani masalahku." "Aku terkejut kau begitu peduli pada mantanmu!" "Tentu saja, kau juga peduli pada mantanmu kan? Kita sama!" "Di mana kau tahu dia mantanku?!" Rahang pria itu langsung mengetat, ia mulai terlihat ingin menunjukkan temperamen buruknya. "Dari Heri, ia memberi tahu lebih dari yang kuharapkan, dengan detail." "Jangan bohong dan mencoba menghancurkan reputasi Heri." Dia menolak percaya tentang sahabatnya. "Apa boleh buat, pria itu juga sudah kena masalah akibat kasus suap dan korupsi ayahnya, jadi, dia tak punya pilihan lain. Katakan saja, bahwa kau memang sulit melepas pesona wanita ini dengan mudah, iya kan?" "Pergi kau dari sini," usirnya sambil berteriak. "Heri juga yang memberi tahu, jika kau juga srring menggunakan barang haram dan membawa wanita untuk melampiaskan kebutuhan. Mendengarnya aku sungguh jijik, dan mulai saat itu, aku membencimu! Dengar Didit, jika kau tidak mengakui perbuatanmu, maka aku akan hadir dengan bukti yang diberikan Heri." "Aku tidak percaya, mana mungkin Heri berbuat demikian padaku," desisnya sambil mendelik, tangannya terkepal dan dadanya naik turun mencoba menahan emosi. "Hahahaha, kalo sudah berhubungan dengan keselamatan sendiri yang berada di ujung tanduk semua orang akan melakukan apapun untuk lolos dari maut, aku punya bukti yang diam diam diambil Heri dari rumahmu." Nyatanya sekarang, raut wajah Didit terlihat percaya dengan ucapanku, lalu akan kulancarkan adu domba antara ketiga orang itu. Bukti yang diberikan Imel, akan kusebut dari Heri, dan ucapan Didit akan kugunakan untuk memanasi Heri, sehingga mereka akan saling menyerang. Kini, aku akan membalas bagaimana cara mereka dulu mengadu dombaku dan Mas Yadi sehingga kebencian ini memuncak sampai ke ubun-ubun. "Jadi selamat ya, karena sudah bedteman dengan manusia yang hanya memedulikan keselamatan sendiri," balasku sarkas sambil menepuk kedua tangan dan pergi. ** Pria itu terlihat menyeka air mata dari balik kaca mobilnya, ia nampak terpukul karena di masa lalu ia pernah mengatakan sangat mencintai Kartika dan membutuhkan wanita yang selalu bergantung padanya. Kini kenyataan begitu pahit di depan matanya. Kuketuk kaca dan Mas Yadi langsung salah tingkah, ia menghapus sudut matanya dan langsung membuka pintu untukku, kembali, kami meluncur dalam diam lagi. Aku tahu, dia malu padaku, terluka dan kecewa oleh sikap Kartika, wanita yang pernah membuatnya begitu gelap mata mencinta. Itulah sebabnya, sangat sulit menunjukkan logika pada mereka yang jatuh cinta, dan jika kita mencoba, yang kita dapatkan hanya perlawanan dan luka. Seperti yang pernah terjadi padaku, di masa lampau ketika mencoba menghentikan Suryadi. Ah, lelah sekali mengingatnya. "Aku rasa aku akan pergi ke tempat Siska saja," ungkapnya lirih "Ke rumah si Bibi? Tapi kan dia bukan keluargamu?" "Aku tidak tahu harus kemana?" "Dengar, jika kau serius untuk kembali ke jalan yang benar, aku akan membantumu untuk mendapatkan kembali posisimu," ujarku. "Apa? Bagaimana caranya? Kenapa kau bisa seyakin itu?" "Aku pernah melengserkanmu dengan cara yang menurut orang lain paling mustahil, maka,. membuatmu terhormat kembali bukanlah hal yang sulit." "Aku tahu kau punya uang dan koneksi Sakinah, tapi ....." Ia hanya menggeleng menyambung ucapannya yang terjeda. "Entah kenapa alam seolah mendukung, karena aku tiba tiba punya banyak bukti tentang kejahatan pejabat penting di daerah ini, jadi, aku menyimpan hal itu, untuk bisa menekan mereka suatu hari nanti." "Jangan lagi sakinah, kau akan mengalami kejadian yang lebih buruk lagi, yang kau hadapi bukan orang main-main, mereka akan bersatu untuk menjeratmu dalam mega kasus yang akan menghancurkan reputasi kita dan anak anak kita, masalah kecil akan digoreng dan ditambah-tambahkan agar kalian makin dipermalukan, aku tak sanggup membayangkan." "Aku tahu mereka mencoba merencanakan sesuatu, tapi aku juga harus melawan," jawabku. " ... harus ada yang berani bicara agar masalah ini terungkap dan tidak terulang." "Resikonya kau akan difitnah dan mereka yang pintar memutar-balikkan fakta akan membuatmu dipermalukan di media." "Sayangnya aku sudah terlanjur memilih untuk berada dalam kerumitan ini. Jika aku mengalah, maka kasus penyekapan yang melibatkan kekerasan medis akan tenggelam begitu saja. Aku harus membalas mereka yang terlibat." "Kau akan butuh biaya untuk itu, Sakinah. Aku tahu kau sudah membelanjakan banyak uang untuk menyelidiki seseorang," balasnya. "Itulah gunannya uang dan investasi, akan kugunakan sumber daya yang kumiliki untuk memenangkan ini." "Aku tahu, sangat sulit membendung tekadmu, tapi aku ingin kita berhenti, pergi dari tempat ini dan hidup bahagia." Kutatap wajahnya yang sedang menerawang sambil mengemudikan mobil, melihat tatapanku yang heran seperti itu, dia kemudian paham dan meralat ucapannya. "Maksudku, entah sendiri atau bersama, kita harus bahagia." Ia tersenyum canggung. "Pada akhirnya kita memang harus bahagia, Mas." Setelah mengucapkan kalimat itu, entah mengapa pada detik berikutnya aku merasakan sakit kram yang tiba tiba melilit-lilit di sekitar bawah perut dan rahim. Aku meringis dan mulai mengeluarkan keringat dingin. "Kamu kenapa?" "Aku ...." Aku tak sanggup menahan sakitnya hingga tiba-tiba ada sesuatu yang merembes dari bawah sana,penglihatanku langsung berkunang-kunang dan tiba tiba semuaya gelap begitu saja.saat letusan senjata itu terdengar untuk kedua kalinya lalu panggilan berakhir tiba-tiba sakinah benar-benar panik. dia segera melaporkan Pada suamikmya bahwa Imelda dan Roni sedang mendapatkan penyerangan di villa keluarga William yang ada di pinggir kota. saat itu suaminya juga sedang sakit, ia masih harus menjalani masa penyembuhan setelah luka akibat perbuatan Bendi dan geng kriminalnya. mereka pernah datang menyerang rumah dan menembak letkol Suryadi serta Roni."mas!" dengan segala kepanikan Sakinah menelpon suaminya. "ada apa?""terjadi sesuatu pada Roni dan Imel.""kenapa mereka.""entahlah, Mas! saat menelpon Roni aku mendengar suara tembakan.""apa ada teriakan dan keramaian?""tidak tahu, Mas.""kabarilah kakeknya Roni.""baik." selagi Sakinah akan menelpon keluarga Roni Suryadi sendiri sibuk membereskan barang-barang dan mengamankan milik mereka yang berharga ke dalam sebuah tas mereka harus bersiap-siap, untuk mengantisipasi bahwa suatu saat Bendi dan anak buahnya dat
Sakinah berlari keluar dari istana Ny. Erika, hatinya berdebar kencang seperti gendang yang dipukul keras. Ia merasakan kepanikan yang mencengkeram jiwanya. Ny. Erika tahu di mana Imelda berada dan Ny. Erika akan melakukan apa saja untuk membalas dendam."Aku harus mencari Heri," gumam Sakinah, napasnya terengah-engah. "Aku harus memberitahunya tentang ancaman ini."Sakinah melesat cepat menuju showroom motor milik Heri. Ia tahu bahwa Heri sedang berusaha menata hidupnya kembali setelah kejadian yang menimpanya. tepat saat tiba di sana, Sakinah menemukan Heri sedang menunjukkan motor baru kepada seorang pelanggan. saat mereka saling pandang Heri nampak sangat sini sedang Sakinah menatap dengan pandangan yang penuh kekhawatiran."pak herii," kata Sakinah, suaranya bergetar. "Aku harus berbicara padamu."Sakinah menarik Heri ke sisi dan menceritakan semuanya. Ia menceritakan pertemuannya
Tak bisa ditunda-tunda lagi, rencana untuk menemui Erika dan menawarkan perdamaian akan segera dilakukan oleh sakinah. Sakinah melangkah memasuki ruangan mewah Ny. Erika, hati berdebar kencang. Udara di ruangan itu terasa berat, dipenuhi aroma parfum mahal dan ketegangan yang mencekam. Ny. Erika duduk di sofa beludru, wajahnya dingin dan begitu melihat Sakinah kebengisan dan dendam terlihat jelas di sana. "Kau berani datang ke sini?" desis Ny. Erika, suaranya dingin dan menusuk. "Kau berani datang setelah kau menghancurkan hidupku?"Sakinah menghela napas panjang. Ia tahu bahwa Ny. Erika masih mendendam padanya. Ia tahu bahwa Ny. Erika ingin membalas dendam atas apa yang telah terjadi. terutama kepada putrinya yang telah membuat dia kehilangan separuh bisnisnya, kehilangan gudangnya karena kebakaran dan sempat masuk penjara meski hanya beberapa bulan. "Erika, aku datang untuk meminta kesempatan," kata Sakinah, suaranya lembut dan penuh ketulusa
* Dua Minggu kemudian. hidup Sakinah berjalan dengan normal, meski hanya tinggal bertiga bersama suami dan anak bungsunya Siska tapi, Sakinah mulai merasa tentram. ditambah keyakinannya bahwa Tuan William akan melindungi Imel membuat wanita berusia 43 tahun itu sedikit tenang. "Bagaimana luka lukamu, Mas?"" Tanya sakinah Pada Suryadi suaminya. seperti biasa dia bawakan air hangat dan kompres untuk membantu pria itu mengganti perbannya. "sedikit membaik meski bekas operasi di perutku masih terasa nyeri, aku sudah terbiasa dengan luka dan aku bisa mengatasinya." "apa kita harus kembali ke klinik?" Tanya sakinah dengan khawatir. "Tidak usah. kamu tidak harus mengkhawatirkan aku, yang harus kamu khawatirkan adalah Imelda dan Roni. mereka lebih membutuhkan bantuan dibandingkan kita." "semoga situasinya membaik, sebab tuan William akan menemui pejabat berwenang di kota ini dan meminta beliau untuk menekan Erika. wanita itu tidak bisa dikalahkan dengan kekuatan Tapi dia bisa
sebulan berlalu setelah Sakinah memberikan hasil USG kepada Imelda, sebulan berlalu setelah Roni dibawa pulang kembali ke rumah tuan William dan Suryadi suaminya sudah pulang ke rumah dan mulai jalani masa pemulihan. Setelah dua luka ditembak yang berhasil menembus dada, tapi syukurnya Suryadi masih selamat, kini Sakinah lebih berhati-hati dan lebih mengetatkan keamanan di rumahnya. dia bahkan mengganti pintu gerbang menjadi pintu baja yang kuat juga membayar seseorang untuk mengawasi kegiatan Putri keduanya yang selalu kuliah dan hangout bersama teman-temannya.sekali Imelda menelpon tapi pembicaraan hanya tentang kabar dan semuanya baik-baik saja. kadang iya menyatakan keresahannya tentang perlakuan Tuhan Heri tapi lama-kelamaan semuanya membaik seiring dengan terbuktinya kehamilan Imelda. "mama pikir kamu berpura-pura tapi ternyata mama melihat kehamilanmu dengan jelas.""Yang kulakukan adalah dosa besar dan aku tidak nyaman dengan itu, Ma. Kakek William sudah mengajukan gugatan
Dengan segala koneksi yang ada Sakinah berusaha menghubungi salah satu kenalannya yang berprofesi sebagai dokter kandungan, Dia pernah punya hubungan baik di masa lalu sebagai istri semua orang komandan distrik militer. dia ada dokter tersebut berulang kali melakukan kerjasama dan bahkan membantu Sakinah taat kehamilannya jadi dia akan pergi menemui wanita itu untuk meminta bantuan sedikit. "aku pergi dulu.""iya hati-hati.""aku tidak terlalu mencemaskan diriku tapi kau yang ada di rumah sakit ini siapa tahu anak buah bendi datang dan menyuntikkan cairan kematian ke dalam infusmu.""sebentar lagi Siska akan datang selagi itu aku akan terjaga, aku tidak akan tidur sampai anakku datang.""baiklah jaga dirimu baik-baik Sakinah mencium kening suaminya lalu berpamitan pergi."fversama mobil tua dengan beberapa bekas lubang tembakan, Sakinah mengendarai sedan versi lama tersebut menuju ke klinik dokter langganannya. sepanjang perjalanan gerimis turun perlahan membasahi aspal berwarna kela
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen