"Wei, turunkan aku!" kata Ara yang merasa malu dibopong Wei menuju ke parkiran mall di mana mobil Wei terparkir. Semua orang yang mereka lewati tampak memandang mereka dengan tatapan yang sulit untuk di ungkapkan oleh Ara.Ara hanya bisa menghindari tatapan mereka semua dengan menyembunyikan wajahnya di dada Wei dan pura-pura pingsan."Tidak! Kamu sedang tidak sehat," kata Wei tegas menolak untuk menurunkan Ara dari gendongannya.Diam-diam sudut bibir wei berkedut menahan senyum. Dia senang bisa kembali berdekatan dan bersentuhan dengan istrinya.Di sebuah bar di Prancis ....Piter memandangi sahabatnya yang terus minum dan setengah mabuk dengan tatapan yang rumit.Dia merasa beruntung tidak pernah merasakan jatuh cinta kepada seorang wanita sebagaimana yang saat ini dirasakan oleh Luke.Dalam kamus hidupnya wanita hanyalah selingan karena hal yang dia utamakan adalah karier dan pekerjaannya."Stop! Luke ini sudah terlalu banyak!" cegah Piter ketika melihat sahabatnya ingin membuka s
Ara masuk ke dalam kamar diikuti oleh Wei yang masih tersenyum bahagia karena berpikir hubungannya dengan Ara telah kembali normal."Kamu mau tidur di sana atau di sofa?" tanya Ara datar tanpa ekspresi kepada Wei."Aku ingin tidur bareng kamu," kata Wei blak-blakan." ... ""Ara ....""Stop! Maju lagi aku akan pindah ke kamar lain!" ancam Ara cemberut."Kamu masih marah?""Bagaimana menurutmu? Apakah aku harus memperlakukanmu sama seperti kamu memperlakukan aku ketika kamu marah agar kamu tahu bagaimana rasanya diusir dan diabaikan?"Wei mengerucutkan bibirnya, dengan kesal dia keluar dari kamar dan membanting pintu.Dia tahu, kemarin dirinya memang bersalah, tapi dia telah menyadari kesalahannya. Tidak bisakah Ara memaafkannya?Dengan pikiran kacau Wei keluar dari rumah dan tidak menghiraukan pertanyaan kepala pelayan.Mungkin Ara benar, mereka butuh waktu untuk berpikir. Lebih baik dia tidur di perusahan saja dari pada tidur sekamar tapi tetap terpisah dari istrinya.Keesokan hariny
Ara cemberut melihat orang yang turun dan menemuinya saat ini bukan Joy tetapi suaminya,Wei.Ara menyerahkan kotak nasi ke dalam pelukan suaminya tanpa banyak kata."Mengapa kamu tidak naik ke atas langsung?""Bukankah aku sudah diusir? Mana mungkin aku mau masuk ke sana lagi," kata Ara acuh tak acuh." ... " Wei terdiam.Dia kemarin memang telah mengusir Ara dari kantornya tapi itu karena dia sedang marah."Aku sedang marah waktu itu," kata Wei sambil menatap Ara tidak berdaya."Jadi kalau marah kamu dibenarkan untuk mengusirku dari sana?" tanya Ara sinis."Ara ....""Aku pulang, aku hanya mengantarkan titipan mama," kata Ara sambil berbalik dan langsung masuk ke dalam mobil tanpa mempedulikan Wei lagi.Wei hanya menatap kepergian Ara pahit. Kapan istrinya akan berhenti marah?Dia benar-benar merasa sangat tidak berdaya menghadapi kemarahan Ara saat ini."Bos, ada kecelakaan kerja di proyek C," kata Joy yang saat ini terlihat tergesa-gesa menghampiri Wei."Kecelakaan kerja?""Ya, ada
Eva berkunjung ke rumah Wei untuk mengunjungi Nina di temani oleh Arga."Hei, tumben sekali, kalian mau datang ke sini," kata Nina ketika melihat Eva dan Arga sudah ada di ruang tamu.Tadi dia sedang di dapur, menyiapkan beberapa hidangan bersama koki untuk makan siangnya dan Ara."Apakah kami mengganggu kesibukanmu?" tanya Eva sambil tersenyum.Dia melihat sahabatnya melepaskan celemek dan menyerahkan celemek itu kepada kepala pelayan sebelum duduk di sofa, di hadapan dirinya dan Arga."Tidak, malah kebetulan sekali kalian datang. Bagaimana kalau kalian makan siang di sini bersama aku dan Ara?" "Boleh, sudah lama juga kita tidak makan bareng," kata Eva kalem sambil melirik anak laki-lakinya.Tidak biasanya Arga memiliki inisiatif sendiri untuk ikut berkunjung ke rumah Wei menemui Nina.Eva pikir ini pasti ada kaitannya dengan wanita muda berkebangsaan Prancis yang kemarin mereka temui bersama Nina."Apakah gadis itu tinggal bersamamu?" tanya Eva ingin tahu."Siapa? Ara?" kata Nina b
Ternyata memang ada yang salah dengan bahan bangunan yang saat ini mereka gunakan. Kwalitas bahan yang biasanya bagus dan membuat bangunan berdiri kokoh, tampaknya telah dikorupsi decara diam-diam.Dengan panik, Wei dibawa kerumah sakit.Joy segera menghubungi Ara yang saat ini sedang duduk menikmati makan siang di meja makan bersama Nina, Eva dan Arga.Ara terkejut mendengar berita kecelakaan yang menimpa suaminya saat ini dan segera bergegas ke rumah sakit diikuti Nina dan yang lainnya.Ara telah berusaha untuk melarang Nina ikut serta ke rumah sakit karena khawatir mama mertuanya itu akan kembali menalami serangan jantung ketika melihat anak laki-lakinya mengalami kecelakaan namun, Nina memaksa."Apa yang terjadi? Mengapa dia bisa sampai jatuh dari sana?" tanya Arga kepada Joy mewakili yang lain.Baik Nina maupun Ara, sama-sama terpukul atas kecelakaan yang menimpa Wei, hingga tidak dapat berkata-kata. Hanya air mata saja yang berjatuhan dari kelopak mata mereka melihat kondisi We
"Tidak perlu, pengacara perusahaanku dan Wei akan bekerjasama untuk menyelesaikan masalah ini. Terimakasih.""Bukan masalah," kata Arga sambil mengangkat bahunya."Jika kalian butuh bantuan apa saja, silahkan katakan kepada kami, jangan sungkan," kata Eva kepada Nina dan Wizini."Terimakasih," kata Nina sambil menggenggam erat telapak tangan Eva.Dia menghela napas panjang dan merasa bersalah sekali karena telah menyembunyikan keselamatan Ara kepada sahabatnya. Tapi Nina benar-benar tidak berdaya, dia takut sahabat dan keluarganya akan memisahkan Ara dari Wei begitu tahu kalau Lanara itu sebenarnya adalah Ara.Malam hari hanya tersisa Ara, Arga dan Joy di rumah sakit. Sementara Nina, Wuzini dan Eva telah kembali pulang ke rumah.Awalnya Nina dan Wuzini menolak pulang ketika Ara menyarankan mereka untuk meninggalkan rumah sakit dan beristirahat di rumah saja. Namun, Ara memaksa mereka dan mengatakan akan memberikan kabar tentang perkembangan wei selama mereka pulang ke rumah.Wuzini
"Apakah dia benar-benar istriku?" tanya Wei bingung.Mengapa dia tidak bisa mengenali istrinya sendiri? Tapi memang dia merasa wajah wanita muda yang ada di hadapannya ini sepertinya tidak asing."Nyonya Ara? Apakah kamu bercanda?" tanya Arga memelototi Joy kesal.Bagaimana mungkin wanita asing ini menjadi istri Wei dan memiliki pemanggilan yang sama dengan adiknya? Ini benar-benar penghinaan bagi adik perempuannya. Seolah mereka ingin menggantikan tempat adiknya dan menghapus jejaknya dengan menempatkan wanita lain di posisinya dahulu di sisi Wei dengan nama yang sama."Aku ...."Joy bingung harus menjawab apa atas kemarahan ipar bosnya saat ini. Tapi apa yang disampaikan olehnya adalah kebenaran. Mengapa Arga marah? Jangan-jangan ...."Joy ayo ikut aku," kata Ara sambil mendahuluinya meninggalkan ruangan.Joy mengikuti Ara keluar dari kamar rawat inap bosnya."Cih, apa lagi yang ingin mereka bicarakan di belakang punggungku?" decih Arga sinis.Dia memperkirakan saat ini Ara dan Jo
"Tuan Wei saat ini di rawat di rumah sakit.""Sakit apa dia?""Kalau yang aku dengar dari percakapan kepala pelayan dan koki, dia mengalami kecelakaan.""Kecelakaan apa?""Aku tidak tahu.""Berikan alamat rumah sakitnya."Pelayan itu mengambil kertas dan memberikan alamat rumah sakit tempat Wei saat ini sedang di rawat."Ini," kata Juwita sambil memberikan beberapa dolar kepada pelayan yang ditemuinya.Setelah itu dia kembali mengendap-endap keluar dari rumah Wei dan masuk ke rumah Paul yang saat ini dia tempati.Keesokan harinya ....Juwita bersiap untuk mendatangi rumah sakit tempat Wei di rawat.Pada saat yang sama Nina dan suaminya juga keluar dari rumah menuju rumah sakit karena pihak rumah sakit meminta keluarga pasien untuk datang."Ma, Pa," kata Ara ketika melihat Nina dan Wuzini datang mendekat."Mengapa kamu tidak menunggu di dalam?" tanya Nina mengerutkan kening."Wei menolak ditunggui oleh kami," kata Ara apa adanya."Wei hilang ingatan. Dia tidak bisa mengenali siapapun d