“Marco?” Sarah merasa terkejut. “A-apa yang kamu lakukan?!”“Tidak, kamu salah sangka, Rendy yang menangkapmu, sedangkan aku kemari untuk menolongmu,” Sambil berbicara, dia maju untuk melepaskan tali yang mengikat Sarah.Melihat Marco membantunya melepaskan tali ikatan, hati Sarah yang gelisah seketika merasa lega, raut wajahnya juga kelihatan membaik.“Sebenarnya apa yang sedang terjadi?” Sarah bertanya sambil mengelus pergelangan tangannya yang terasa nyeri.“Rendy sangat membenci Nathan, jadi dia menangkapmu untuk memancing Nathan kemari agar bisa membunuhnya!” Marco memberi penjelasan kepada Sarah, senyuman picik tersungging di sudut bibirnya.Mendengar perkataannya, Sarah seketika menjadi panik. “Marco, berikan ponselku, aku akan menelpon Nathan, jangan sampai dia terjebak!”Didalam mata Marco terlintas perasaan cemburu melihat tampang Sarah yang mengkhawatirkan keselamatan Nathan. “Sarah, dia hanyalah seorang mantan narapidana, mengapa kamu sangat peduli terhadapnya?”Sarah ter
“T-tuan Ryzen, dia tidak berada di rumah, barusan aku suruh orang menghubunginya tetapi tidak berhasil,” Zein menyampaikan dengan gemetaran. Barusan dia memang sudah menyuruh orang menghubungi Rendy karena mereka akan mengadakan rapat keluarga, dan Rendy harus hadir. Akan tetapi, dia sama sekali tidak bisa dihubungi, akhirnya rapat dimulai tanpa menunggunya. “Bajingan!” Ryzen maju dan mencengkeram Zein tinggi- tinggi. “Jangan berbohong padaku!” “Tuan Ryzen, aku benar benar tidak berbohong, aku memang tidak bisa menghubunginya, aku berani bersumpah!” Zein ketakutan sampai wajahnya pucat pasi, tubuhnya gemetaran dengan sangat hebat. “Ryzen, lepaskan dia!” Nathan dapat melihat bahwa Zein memang tidak berbohong. Ryzen melepaskan Zein dengan kuat, tatapan matanya terlihat seakan-akan siap membunuhnya kapan saja! Zein sedikit dapat bernafas lega, kemudian dengan hati-hati dia bertanya. “Tuan Nathan, Tuan Ryzen, apa yang telah diperbuat anak durhaka itu kepada kalian?” “Bocah itu tida
Gerbang bangunan terbengkalai. Berhenti sebuah mobil berwarna putih, Nathan berjalan turun dengan langkah kaki yang kuat, aura membunuh yang menguar dari dalam tubuhnya sangat kental. “Sudah datang!” Melihat Nathan datang sendiri untuk memenuhi janji, perasaan Rendy campur aduk antara senang dan gelisah, lalu dia berkata kepada Marco. “Tuan Marco, kemampuan Nathan sangat hebat, apakah Anda yakin dua orang pengawalmu ini dapat mengalahkannya?” Dua orang pengawal mendengar ada orang yang meragukan kemampuan mereka, wajah mereka berubah menjadi dingin. Salah satu dari mereka menghampiri sebuah alat berat dan menghantamnya. Baaam! Kraaak! Alat berat itu langsung hancur dengan sekali pukulan, batangan baja di dalamnya juga menonjol keluar. Rendy yang melihatnya, seketika terperanjat. Melihat tampang Rendy yang terkejut, Marco berkata dengan penuh penghinaan. “Dua orang ini adalah ahli dalam ilmu tenaga dalam, dengan satu tinju dapat mematikan seekor sapi dengan mudah, coba katakan
“K-kamu ….” Matanya penuh amarah menatap Nathan. “Aku sudah memberimu kesempatan, tapi, kamu yang tidak bisa menghargainya,” Nathan berjalan menghampirinya dengan wajah yang dingin!m. “Bunuh, bunuh dia!" Melihat tampang Nathan yang menyeramkan, hati Rendy menciut dan timbul rasa takut. Dua orang pengawal melirik kearah Marco karena mereka hanya mendengar perintahnya. Marco menganggukkan kepalanya. “Bunuh dia!” Keduanya saling menatap sejenak dan langsung menyerbu ke arah Nathan. Langkah kaki Nathan sama sekali tidak berhenti, begitu kedua orang pengawal itu sampai di depannya, Nathan menjulurkan tangannya dan langsung mencengkeram tenggorokan keduanya. Dua orang pengawal yang bertubuh kekar itu, begitu mudah lehernya telah dicengkeram dan diangkat tinggi-tinggi ke atas oleh Nathan. “Uhuk!” Wajah keduanya berubah menjadi merah, mereka meronta ronta karena tidak dapat bernafas. Kraak! Kraak! Terdengar dua kali suara tulang yang patah, dua pengawal yang semula masih meronta ti
"Berhenti!" Marco ketakutan setengah mati. "Jangan mendekat! Ja-jangan!" Bugh! Tanpa menghiraukan ucapan Marco, Nathan menendang pria di hadapannya sekuat tenaga. Marco yang mendapatkan tendangan itu meringkuk kesakitan. Marco dan Rendy sekarang seperti sepasang udang meringkuk sambil memegangi perut dan menunjukkan ekspresi yang menderita. Menatap dua orang yang terbaring diatas lantai, sebelah kaki Nathan menginjak kepala Rendy. Raut wajahnya terlihat sangat dingin dan ganas, tatapan matanya seperti elang yang sedang menerkam mangsanya. “N-Nathan, aku bersalah, tolong ampuni aku!” Rendy ketakutan dan segera memohon. “A-aku berjanji, aku tidak akan mencari masalah denganmu lagi, aku bisa memberikan aset Keluarga Orton untukmu, asalkan kamu mengampuni nyawaku!” Rendy terus menerus memohon ampun! “Aku sudah pernah memberimu kesempatan, tapi, kamu tidak menghargainya,” Nathan memandangnya dengan dingin, kemudian Nathan memusatkan kekuatannya pada sebelah kakinya. Krraaaakk!
“Nathan, semuanya sudah selesai, kamu jangan mencari masalah lagi, ya?” Sarah merasa takut Nathan akan pergi mencari Frans. “Hmm!” Nathan mengiyakan lalu memeluk Sarah. Sarah menyandarkan kepalanya di dada Nathan dan merasakan kehangatannya, ada rasa aman yang tidak terkatakan menyebabkan Sarah begitu menikmatinya. “Mulai sekarang dan seterusnya, aku tidak akan membiarkan seorangpun melukaimu, selamanya tidak akan!” Nathan melihat Sarah yang berada dalam pelukannya dengan perasaan bersalah. “Aku percaya kepadamu!” Sarah mengulurkan sepasang tangannya mengelilingi leher Nathan, lalu memberikan sebuah kecupan di wajahnya. Ini adalah pertama kalinya mereka melakukan tindakan yang begitu intim, walaupun mereka menyukai satu sama lain, tetapi tindakan intim seperti tadi baru pertama kali terjadi. Nathan menggendong Sarah masuk ke mobil, lalu mengemudi menuju kediaman Keluarga Wibowo. Di dalam ruangan pabrik yang terbengkalai, Marco berusaha untuk bangkit berdiri, tetapi tindakannya s
“Apa yang dilakukan anak itu di Kota Vale? Siapa pula yang bernyali begitu besar, berani menyentuh Tuan Muda Keluarga Juventus?” Heryani berseru dengan terkejut. Ketika Frans yang berada disana mendengar kabar ini, dia terkejut setengah mati sampai tubuhnya gemetaran, dan mukanya menjadi pucat seketika. “Kamu jangan bertanya lagi, aku tidak bisa menjelaskan kepadamu!” Martin mengayunkan tangannya. Sebenarnya dia tahu pelakunya adalah Nathan, akan tetapi dia juga berhutang nyawa kepada Nathan. Sehingga, dia tidak akan mengkhianatinya, dia akan berusaha mencari jalan untuk membantu Nathan melewati masalah ini dengan aman. “Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi, tetapi kamu sendiri juga harus berhati-hati, jangan semua urusan dilakukan sendiri. Pelaku berani menyentuh Keluarga Juventus, orang ini pasti berani melakukan apa saja!” Heryani berpesan seperti itu kepada suaminya. Orang yang berani bertindak kepada anggota keluarga Juventus, pasti adalah orang yang tidak takut mati, orang
Rumah Sakit kota Vale. Terlihat Marco yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan lemas. Malam hari, Marco sudah mendapat kabar kepala Keluarga Juventus akan datang sendiri ke Kota Vale dengan membawa belasan ahli beladiri. Mereka semua terlihat begitu kuat, kekar, dan juga mengerikan, pelipis mereka menonjol menandakan bahwa mereka memiliki kekuatan. Melihat putranya yang terbaring di ranjang rumah sakit, Santos Juventus, wajahnya sangat tidak enak dipandang. Di Kota Vale yang kecil ini, ternyata masih ada orang yang berani turun tangan terhadap anaknya. “Ayah, akhirnya kamu datang, aku sudah jadi orang cacat, kakiku sudah cacat, tidak bisa sembuh lagi!” Melihat kedatangan ayahnya, Marco seketika mengadu sambil menangis. “Jangan menangis, kamu harus tegar jangan memalukan!" Santos menatap tajam kepada Marco. “Kamu bahkan berani menyandera Nona Keluarga Wibowo, apakah kamu mengira dirimu sudah tidak ada tandingan di dunia ini?” Kelihatannya Santos telah mengetahui seluk belu
Bajak laut itu mengedipkan matanya kepada yang lain, memberi isyarat untuk memeriksa. Beberapa bajak laut bergegas pergi, melangkah cepat menuju bagian dalam kapal untuk memastikan kebenaran kata-kata awak kapal itu.Setelah beberapa saat, mereka kembali, wajah mereka tidak menunjukkan ekspresi apapun, hanya kebosanan yang samar."Memang benar hanya ada satu penumpang di sini," salah satu bajak laut itu melapor, suara datar tanpa emosi.Namun, ketegangan yang ada tak kunjung surut. "Ketua," salah satu bajak laut bertanya dengan cemas. "Apakah kita hanya akan membiarkan mereka hidup begitu saja? Apa yang harus kita lakukan setelah ini?"Bajak laut dengan tengkorak merah di dadanya mengerutkan kening, wajahnya menunjukkan ketidakpuasan yang mendalam. "Sial, hanya sedikit orang. Tapi, ini masih lebih baik daripada tak mendapatkan apapun."Dia memutar tubuhnya dengan tidak sabar, menyapu tangan ke udara seperti menepis gangguan kecil. "Bawa mereka semua kembali. Dan soal apa yang akan ter
Di atas lautan yang luas dan sunyi, kapal pesiar mewah itu melayang di atas ombak yang tenang.Kapal itu terlihat seperti benda asing di tengah kebiruan, tak ada tujuan yang jelas selain mengambang. Di dalam, hanya ada Nathan, yang seakan mengasingkan diri dalam hening yang menyesakkan. Dalam kamar yang sederhana, tanpa hiasan berlebihan, dia duduk bersila.Setiap tarikan napasnya terasa berat, seolah seluruh tubuhnya menanggung beban yang jauh lebih besar dari sekadar fisik. “Jika aku bisa mencapai tahap Surga,” pikirnya, memejamkan mata dan merasakan aliran energi di dalam tubuhnya. "Mungkin aku bisa menyelamatkan ibuku dan Sarah. Jika bukan itu, setidaknya aku bisa menyelamatkan diri sendiri dari kejaran semua orang yang ingin menghabisiku.”Namun, perjalanan itu tidaklah mudah. Tahap Surga bukan hanya tentang kekuatan, tapi juga tentang kesetiaan terhadap diri sendiri. Setelah mencapai tahap ini, tubuhnya akan terasa abadi, seolah tidak terikat oleh hukum dunia. Namun, seperti sem
Raut wajahnya dingin dan penuh percaya diri. “Sekarang, sudah cukup alasan bagimu untuk tunduk?”Tubuh Darwin menegang, dan untuk sesaat, hanya ada keheningan. Lalu dia membungkuk dalam-dalam. “Perintah diterima.”Sancho melemparkan sebuah amplop ke atas meja, yang mendarat dengan suara tumpul. “Di dalamnya ada target, bunuh dia. Gagal atau berhasil, namaku tidak pernah disebut. Anggap saja aku tidak pernah ada.”“Siap laksanakan,” jawab Darwin tanpa ragu, meski ada jejak ketegangan di suaranya.Begitu Sancho menghilang ke balik bayangan, Darwin membuka amplop itu dengan hati-hati. Sebuah foto tergelincir keluar dan wajah yang muncul membuat darahnya berdesir.“Nathan?”“Tuan Ketua Martial Shrine. kau ternyata menyembunyikan lebih dari yang kutahu!”Sementara itu, dunia bela diri tengah bergolak.Di forum-forum rahasia, nama Nathan menjadi pusat badai. Harga kepalanya terus meroket. Tidak hanya uang dan ramuan, bahkan artefak langka ditawarkan untuk sekadar mendapatkan jejak keberadaa
Sancho menyapu pandangannya ke penjaga di sekitar ruangan, dan senyum tipis terukir di wajahnya. "Masalah yang ingin aku bicarakan bersifat rahasia. Aku tidak ingin ada orang lain yang mendengarnya."Mendengar itu, Darwin langsung mengernyitkan keningnya. Dia tahu ini akan membawa masalah, namun dia tidak menyangka akan secepat ini.Sancho menyadari kegelisahan Darwin. "Ketua Darwin," katanya dengan nada dingin. "Jika aku ingin membunuhmu, walaupun seluruh penjaga di ruangan ini ada di sini, mereka tidak akan mampu menghentikanku," suaranya semakin keras, menggetarkan suasana.Tanpa menunggu tanggapan, Sancho mengibaskan tangannya dengan tegas. "Kalian semua, keluar!" Perintahnya menggema, dan para penjaga segera berlalu tanpa banyak bicara.Begitu hanya mereka berdua yang tersisa, Darwin menatap Sancho dengan tajam, menunggu penjelasan lebih lanjut. "Sekarang, kamu bisa bicara, Ketua Sancho," katanya.Sancho menatapnya dengan tatapan tajam. "Ketika aku datang kemari, tujuan utamaku a
Kota Wayoe, batas barat daya yang selalu basah oleh kabut pagi dan harum dedaunan liar. Dibelah oleh lembah dan pepohonan cemara tua, tempat ini adalah surga tersembunyi atau neraka yang menunggu bangkit.Di kedalaman gua purba, tersembunyilah Organisasi Fushi, kelompok kultivator hitam yang diburu di mana-mana. Tak punya sejarah panjang, namun ditakuti karena brutalitas dan teknik kultivasi terlarangnya.Di ruang kultivasi, Darwin duduk melayang, dikelilingi pusaran tulang dan aura kehitaman. Kerangka manusia melayang seperti angin musim gugur yang membawa kematian.Tiba-tiba, terdengar suara langkah diikuti suara tergesa.“Ketua! Gawat!” teriak seorang penjaga, menerobos masuk.Mata Darwin terbuka, merah menyala, tangan kirinya terulur cepat.Hwoosshh~Energi hisap menyedot penjaga itu ke hadapannya. Cakar gelap mencengkeram lehernya. “Sudah berapa kali kubilang?” desisnya. "Jangan ganggu saat aku berkultivasi.”Penjaga itu menggeliat dan wajahnya memerah. “Ma-maaf! Tapi .... a-ada
Tiga penguasa Ingras itu, yang seharusnya menjadi ancaman mematikan, kini hanya bisa merintih ketakutan. "Tuan Nathan, ampuni kami! Kami tidak bermaksud—" Suara mereka terputus oleh isak tangis, tubuh mereka bersujud ke tanah, tangan mereka menggenggam debu.Vinsen melihat pemandangan ini dengan mata terbelalak, tubuhnya seakan membeku di tempat. "Apa yang sedang terjadi?" bisiknya, suaranya penuh dengan ketidakpercayaan. "Tiga penguasa Ingras ini, yang bahkan bisa menghancurkan Kota Lamar. Dan sekarang, mereka hanya bisa merangkak seperti ini?"Nathan tidak mengalihkan pandangannya. "Aku tidak tertarik pada semut-semut kecil ini," katanya, suaranya penuh penghinaan. "Jangan salahkan aku jika kalian terinjak," dengan satu gerakan tangan yang angkuh, Nathan memberi isyarat pada tiga penguasa itu untuk pergi. "Enyahlah," katanya singkat. "Aku tidak punya waktu untuk masalah seperti kalian."Ketiga penguasa Ingras itu berterima kasih dengan suara gemetar, berbalik dan melarikan diri seol
"Aku datang untuk membicarakan bisnis," suara yang dingin dan tajam itu mengalun, mengiris ketegangan yang ada. Sosok itu muncul perlahan di balik kabut yang mengalir, seolah-olah ia adalah bayangan yang datang dari masa depan."Tuan .… Nathan?" Sentinel berbisik, matanya terbelalak. Wajahnya yang penuh kekesalan berubah menjadi penuh harapan. "Kamu .... datang pada waktu yang tepat," katanya terbata-bata. Seolah-olah nyawanya baru saja digenggam oleh malaikat maut, dan sekarang ada yang datang untuk menyelamatkannya.Nathan melangkah maju, langkahnya penuh ketenangan yang aneh di tengah huru-hara. "Aku hanya datang untuk urusan yang sedikit lebih mendesak," dia menatap Vinsen dan pengikutnya tanpa rasa takut. "Kalian harus menunda niat buruk kalian untuk sementara.""Siapa kau?" tanya Vinsen, nada suaranya bergetar sedikit, meskipun ia berusaha keras menahan ketegangan.Nathan mengangkat bahu sedikit, senyum tipis menghiasi wajahnya. "Aku hanya orang yang kebetulan datang di saat yan
“Adik kedua?” Sentinel tercengang. “Rivaldo?! Kenapa kau kembali?”Tapi Rivaldo tak menjawab, dia langsung berdiri di depan Vinsen dan membungkuk hormat. “Tuan Muda Vinsen.”Vinsen meliriknya. “Kalau aku serahkan posisi kepala keluarga padamu, apa yang akan kau lakukan?”“Dengan senang hati,” kata Rivaldo sambil tersenyum licik. “Aku akan serahkan seluruh kekayaan Keluarga Hufai kepada Keluarga Montrogami. Bahkan kami bersedia menjadi keluarga afiliasi.”Sentinel terpaku, dunia seakan runtuh di sekelilingnya. “Rivaldo …. kau—”Rivaldo menatapnya dengan dendam yang dipendam lama. “Kau sudah hidup bergelimang kekayaan selama bertahun-tahun! Aku? Aku hanya manajer biasa, hidup pas-pasan!” teriaknya. “Aku juga ingin jadi kepala keluarga! Aku juga ingin punya istri banyak, pesta tiap malam!”"Dasar bajingan!" teriak Sentinel, suaranya penuh amarah. "Aku bangun semuanya dari kegelapan ini, takkan pernah aku menyerahkannya padamu!"Setelah berkata demikian, amarah yang sudah lama dipendam ol
“Bagaimana kalau kita undang Kelompok bayangan?” tanya Rogue cepat-cepat.“Tak berguna!” dengus Sentinel. “Mereka bukan tandingan para puncak penguasa Ingras!”Rogue mulai panik. “Kalau begitu, apa yang harus kita lakukan? Banyak orang mulai melarikan diri! Mereka takut, Tuan Besar!”Namun tiba-tiba, wajah Sentinel berubah. Alisnya mengendur, seolah teringat sesuatu. “Benar juga… Bukankah ada sepasang pria dan wanita yang pernah datang bersama Tuan Zayn? Aku ingat, mereka sangat kuat. Mereka bawahan Tuan Nathan, dan aku rasa mereka juga seorang puncak penguasa Ingras!”Maksud Sentinel tentu saja adalah Ryzen dan Nicole, yang pernah beberapa kali datang bersama barang antik dari Kota Vale. “Tapi, mereka hanya berdua, Tuan,” kata Rogue ragu. “Apa mereka cukup kuat melawan tiga puncak penguasa Ingras sekaligus?”“Masalah nanti urusan nanti!” tegas Sentinel. “Kita undang mereka dulu. Kalau perlu, panggil juga Tuan Nathan!”Sentinel segera mengeluarkan ponselnya untuk menelepon.Namun tepa