Musim gugur berlalu dengan cepat dan salju segera turun. Aku duduk di kursi sambil memperhatikan butiran-butiran putih yang lembut itu menyelimuti tanah kami yang hijau. Suara batuk Zhou Chuanyan terdengar semakin menyiksa dari hari ke hari. Aku menatapnya yang gemetar di balik selimut. Sedikit merasa iba. Karena bagaimana pun dia adalah adik yang pernah sangat kupedulikan, terlepas dari sifatnya yang sangat ingin menyingkirkanku. Sudah lebih dari seminggu Zhou Chuanyan tidak beranjak dari tempat tidurnya. Sudah lebih dari seminggu pula aku tidak beranjak dari sisinya. Aku merebus obat dan menyalakan perapian. Menuangkan air hangat untuk minum dan makanan lembut untuk mengenyangkan perut Zhou Chuanyan.Setiap musim dingin adalah waktu terburuk bagi Zhou Chuanyan. Dia tidak punya waktu untuk memikirkan hal selain kesehatannya yang semakin buruk dari hari ke hari. Aku menghela napas panjang, terkadang tatapannya saat menatapku, menunjukkan bahwa dia ingin menjalani kehidupan seper
"Cepat celupkan tanganmu ke dalamnya! Kau pasti tidak berani, kan? Tentu saja. Kau sudah mencampurkan sesuatu ke dalam obatnya sampai membuat kulit Chuan'er rusak!""Sebenarnya kenapa kau melakukan itu? Dia itu adikmu dan dia sedang sakit. Bagaimana bisa kau berpikir untuk merusak kulitnya yang cantik dengan cara licik seperti itu?" Aku memejamkan mata, bosan sekali mendengar suara Zhou Chenxi yang memekakkan telinga itu. Aku berjalan mendekati pakaian yang Dipakai Zhou Chuanyan sebelum mandi. Aku yakin botol obatnya masih tersembunyi di sana. Dan aku mencarinya. "Apa yang kau lakukan? Bukannya mencelupkan lenganmu, heh?" Zhou Chenxi marah. Tapi aku mengabaikannya. Ayah menatapku dengan kesal tapi tidak memberi respon apa pun, sementara Ibu sibuk menenangkan Zhou Chuanyan yang aku yakin wajahnya pucat karena kebohongannya akan segera terbongkar. Karena di kehidupan sebelumnya, hal ini pernah terjadi. Saat itu aku tidak berpikir kalau Zhou Chuanyan akan melakukan hal yang menyaki
Aku merebahkan diri di atas ranjang dan menutup wajahku dengan selimut. Perasaanku menjadi tidak jelas, antara takut, cemas, malu, semuanya bercampur menjadi satu. Ketika pulang dari perjamuan itu, Zhou Chuanyan memintaku untuk membuatkan sup ayam. Tapi aku menyuruh pelayan lain untuk melakukannya. Dan mengurung diri lagi di kamar. Aku merasa rencanaku tidak benar-benar berakhir buruk karena pada akhirnya aku berhasil menyampaikan niatku pada Ye Qingyu. Meski pun dia masih meragukan perkataanku ….Ya …, lagi pula pria mana yang tidak terkejut saat seorang gadis tak dikenal tiba-tiba mengajaknya menikah. Pasti dia juga mencurigaiku dan berpikiran buruk terhadapku. Tampaknya aku memang sudah terlalu terburu-buru …. Tapi keputusanku tepat dengan memberi tahu Ye Qingyu tentang apa yang akan terjadi di masa depan. Setidaknya untuk musim dingin di tahun ke-50 ini, tidak akan terjadi hal buruk pada Beizhou. Di kehidupan sebelumnya, longsor salju menutup jalur gunung yang menghubungkan
Begitu sadar diriku seperti kelepasan bicara, aku segera menutup mulutku dan menghindari tatapannya. Sialnya lagi, pemuda itu mendengar jelas seruanku dan berjalan mendekat dengan tatapan tajam dan dinginnya itu. Apa-apaan? Padahal ini sesuai dengan rencanaku, tapi aku malah dibuat sangat ketakutan olehnya? Aku melangkah mundur secara refleks, dan mencari apa pun yang bisa kujadikan pegangan tangan. "Dasar orang gila." Ye Qingyu mengataiku. Aku menelan ludah. Dia bukan orang yang bisa didekati sembarangan. Bagaimana? Bagaimana caranya agar aku bisa menjelaskan maksud ajakanku itu? Dia bahkan tidak bisa diajak bicara baik-baik. Aku tertunduk dalam. Aku terlalu ceroboh. Kalau sudah seperti ini, sepertinya Ye Qingyu malah akan membenciku. Dia pasti akan membenciku. Satu-satunya orang yang bisa membawaku keluar dari lubang gelap ini …, dia tidak boleh sampai membenciku. Aku menatapnya yang sudah pergi menjauh lagi. Tidak boleh. Tidak boleh pergi. Aku melangkahkan ka
Kereta kuda merapat di halaman luas Kediaman Jenderal Ye. Rupanya kami bukan yang pertama kali datang. Karena ada tiga kereta lain yang sudah tiba lebih dulu. Zhou Chuanyan dengan hati-hati menurunkan kakinya dan menginjak tanah. Pelayannya segera membantunya berdiri. Aku menatapnya dengan iba. Aku tidak tahu kenapa Zhou Chuanyan bisa memiliki tubuh selemah itu. Katanya penyakit bawaan lahir memang sulit disembuhkan. Karena itulah aku jadi menghabiskan seluruh hidupku untuk merawatnya di kehidupanku sebelumnya. Karena saat itu aku merasa sangat kasihan padanya. Bagaimana pun, memangnya siapa yang ingin terlahir dengan tubuh penyakitan begitu? Hal itu pasti menyakitkan Zhou Chuanyan sejak kecil. Jadi aku ingin membantunya sebisaku. Tapi ternyata Zhou Chuanyan menyalahartikan rasa peduliku padanya. Dan mulai memanfaatkanku untuk kepentingannya sendiri. Bahkan gadis sepolos dan selembut bunga mawar ini ternyata menyembunyikan durinya dengan baik. Dan menusuk di saat
Setelah terpikirkan solusi itu, aku mengingat seorang pria dari kehidupanku yang sebelumnya, dia cukup menarik perhatian para gadis dari keluarga bangsawan besar seperti Zhou Chuanyan. Pada saat aku berusia dua puluh empat tahun, Keluarga Jenderal Ye kembali menggemparkan seluruh Beizhou. Beliau memiliki tiga orang anak yang semuanya adalah laki-laki. Putra Pertama, Ye Tinghan telah memenuhi tugasnya sebagai jenderal setelah ditugaskan di Perbatasan Barat, Nanzhou. Lalu putra keduanya, Ye Xuanqing menjadi jenderal bawahannya di Perbatasan Utara, tempat tinggal kami, Beizhou. Lalu ada seorang putra bungsu, bernama Ye Qingyu yang sebelumnya tidak begitu menonjol, tapi tiba-tiba begitu terkenal di seluruh dinasti setelah mengalahkan lima puluh ribu pasukan barbar hanya dengan membawa sepuluh ribu pasukan kavaleri yang lemah. Pada tahun itu, prestasinya benar-benar merubah pandangan seluruh dunia. Karena dulunya Ye Qingyu tidak pernah dipandang tinggi oleh masyarakat Beizho
Kamar Zhou Chuanyan? Bagaimana aku bisa berada di sini? Aku berdiri saking terkejutnya. Dan lebih terkejut lagi ketika aku benar-benar berdiri. "Hei hei …," aku bergumam pada diriku sendiri. Bagaimana ini mungkin? Kakiku membusuk dan bernanah karena berendam terlalu lama. Tubuhku bengkak dan lebam-lebam karena terlalu banyak dipukuli para sipir penjara. Belum lagi, tanganku ini susah sekali digerakkan sejak terakhir kali aku menggunakannya. Ah …, aku mengedarkan pandanganku dengan hati-hati. Mataku tidak buram lagi. Apa maksudnya ini? Aku menatap Zhou Chuanyan yang tidur lelap di atas ranjangnya. Semangkuk obat yang hanya tersisa mangkuknya saja tergeletak di atas meja. Aku yang masih mencerna situasi ini, tetap merasa bingung dengan apa yang terjadi. Seharusnya aku mati begitu aku merasakan pisau besar itu menyentuh leherku. Tapi aku malah bangun di kamar Zhou Chuanyan?! Kalau begitu …, sepertinya aku …. Ini tidak masuk akal. Aku berlari keluar untuk me
Kenapa seperti ini …, kenapa …? BRAKK!! Aku terdorong jatuh menimpa meja bobrok hingga hancur. Tubuhku sepertinya sudah mati rasa. Aku tidak merasakan sakit apa pun saat menimpa meja itu. "Bunuh penjahat itu!" "Bunuh, bunuh!" "Beraninya dia meracuni adiknya sendiri yang bahkan sedang sakit!" "Dasar binatang!" "Kau bahkan tidak pantas hidup di neraka!" "Mati kau, mati!" "Dasar sampah!" "Pengotor!" "Beraninya orang sepertimu menyandang marga Zhou milik Adipati Agung yang mulia!" "Mati kau!" "Pengacau! Sampah Kekaisaran!" Aku gemetar menahan makian yang penuh kebencian dari rakyat yang menunggu eksekusi mati yang akan dijatuhkan padaku. Aku menatap Ayah dan Ibu, serta adikku, Zhou Chuanyan yang memeluk Ayah dengan sangat erat seolah sangat ketakutan. Semua pemandangan itu menjadi buram dan tak terlihat jelas lagi. Samar-samar aku melihat Zhou Chuanyan tersenyum ke arahku. Ah …, apakah dia senang kalau aku akan mati sebentar lagi? Aku menat