Share

BAB 3

Author: LucioLucas
last update Last Updated: 2025-09-20 00:47:46

Laki-laki muda dan tampan itu bernama Carter June Solitaire. Tidak banyak yang tahu kalau ia adalah anak kedua dari keluarga Solitaire yang merupakan pemilik saham terbanyak sekaligus pimpinan di Capital Group. Carter yang berambut sehitam arang dan bermata tajam, saat ini sedang memandang seorang gadis muda yang ketakutan. Menahan geli karena Khaelia terlihat ngeri seolah ia akan mengisap darahnya. Apa yang ada di pikiran Khaelia sebenarnya?

Carter menatap lekat-lekat, pada Khaelia yang berjalan mundur perlahan. Menghitung dalam hati pada langkah keberapa perempuan itu akan membalikkan tubuh dan pergi. Ia memasukkan tangan ke dalam saku dengan kaki bersilang, seakan sedang menikmati pertunjukkan yang seru dan lucu. Sayangnya, perkiraannya salah karena Khaelia sama sekali tidak ada niatan untuk pergi. Bahkan dengan lantang mengatakan sesuatu yang membuatnya tercengang.

Khaelia meneguk ludah dan menuruti perintah Carter. Saat ini yang ingin dilakukannya hanya dua hal. Bekerja untuk mendapatkan uang demi biaya pengobatan mamanya dan selamat dari serangan brutal seorang vampire. Ternyata di dunia ini sungguh-sungguh ada vampire, tadinya ia pikir cuma ada di novel dan komik.

Saat satu kancing sudah terbuka, Khaelia menahan diri untuk tidak bergidik. Ia membuka perlahan dua kancing blazernya. Merasa sengsara karena di awal pekerjaan harus memamerkan tubuhnya. Namun bayangan tentang uang membuatnya buta dan menegarkan diri untuk melakukan apa yang diminta Carter.

Dua kancing terbuka, menunjukkan bahu yang putih dengan kulit mulus. Carter Mengulurkan tangan untuk memegang bahu dan mengusap leher Khaelia. Seakan sudah pasrah, Khaelia justru memejam. Membuat rasa geli Carter semakin menjadi. Ia mengusap makin lembut, dengan satu jari dan bergerak turun hingga ke lekukan bahu. Gelenyar aneh membuat Khaelia bergidik.

“Perempuan bodoh! Kamu pikir aku vampire? Dari mana kamu punya pikiran sepicik itu?” Carter menepuk lembut dahi Khaelia. “Aku hanya manusia biasa yang mengidap imsonia akut. Saat siang aku tertidur dan malam memilih untuk bekerja. Duduk di kursimu, Bosman akan menunjukkan pekerjaanmu!”

Kelegaan melanda Khaelia saat Carter meninggalkannya dan Bosman masuk untuk menunjukkan mejanya. Ia berada di ruangan yang sama dengan Carter hanya saja ada pembatas yang memisahkan mereka. Dari kursinya ia bisa melihat Carter dan begitu pula sebaliknya. Bosman menumpuk file di atas meja dan mulai memberikan arahan padanya. “Sebagai sekretaris biasanya kamu mengatur jadwal pertemuan dan sebagainya, tapi karena kerja malam, yang perlu kamu lakukan adalah membuat jadwal tele conference melalui internet. Kebetulan perbadaan waktu yang membuat pekerjaan kita seharusnya tidak masalah karena klien serta perusahaan cabang kebanyakan di luar negeri.”

“Baik, Pak.”

“Saat Tuan datang, yang pertama kamu suguhkan adalah kopi hitam. Takarannya seperti apa nanti kamu catat. Selanjutnya mengatur jadwal pekerjaan. Karena jam kerjamu malam, wajar kalau kamu mengantuk karena itu kamu harus bisa mengatur stamina.”

Khaelia mendengarkan dengan tekun setiap perkataan Bosman. Tidak ingin gagal dalam pekerjaannya kali ini. Ia juga berusaha menyembunyikan rasa lega saat tahu kalau bossnya bukan vampire seperti yang ditakutkannya. Carter memang tampan dan terlihat pucat tapi manusia sepenuhnya.

Pengalaman hari pertama sungguh tidak terlupakan bagi Khaelia. Dituntut untuk cepat beradaptasi dengan pekerjaan, Khaelia beruasaha mengimbangi ritme kerja Carter yang luar biasa cepat dan tidak bertele-tele. Sama sekali tidak ada waktu bersantai-santai, hingga pukul 12 malam, Carter menghentikan pekerjaan mereka.

“Khaelia, kita istirahat sebentar. Ayo, sini!”

Khaelia menahan rasa bingung saat Carter membuka pintu samping kantor. Awalnya ia mengira kalau itu ruang rapat tapi ternyata salah. Sebuah sofa besar diletakkan menghadap ke taman yang terbuka. Ada air mancur, gazebo, serta peralatan minum teh dan kopi yang berada di dekat dinding kayu. Dari tempat mereka bisa terlihat suasana kota saat malam karena dindingnya terbuat dari kaca tebal. Atap yang menutupi sofa cukup Iebar untuk menaungi dari hujan dan panas. Tanpa sadar Khaelia mendesah.

“Indah sekali.”

Carter tersenyum, mengambil rokok dan menyulutnya. “Kamu punya waktu setengah jam untuk istirahat. Gunakan sebaik mungkin. Minum teh atau ngopi, terserah kamu.”

“Terima kasih, Tuan.”

Dengan hati gembira Khaelia melangkah menuju dinding kaca untuk melihat suasana kota. Sesuatu menggugah perasaannya. Keindahan kota saat malam memang menarik perhatian. Ibarat gadis muda dengan pakaian sexy dan make-up tebal, membuat semua orang yang melihat terpesona. Begitu pula Khaelia yang baru pertama kali melihat pemandangan kota dari ketinggian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 8

    Khelia sedang melintasi lobi yang hari ini cukup ramai saat ponselnya bergetar. Ada notifikasi yang tidak dikenalnya dan ternyata pemberitahuan uang masuk. Ia terbelalak karena tidak menyangka gajinya akan sebesar ini. Hampir lima kali lipat dari gaji di perusahaan terdahulu. Ia sudah tahu gajinya besar, kisaran belasan juta tapi ternyata lebih dari itu. Tanpa sadar ia tersenyum, mengepalkan tangan dan melontarkannya ke udara.“Yes!”Beberapa pegawai yang berpapasan dengannya menatap curiga, Khaelia hanya mengangguk kecil pada mereka. Sedikit heran karena lobi lebih ramai dari biasa. Apakah karena hari gajian semua orang memutuskan untuk pulang lebih lambat. Bersama beberapa perempuan muda, ia mengantri lift. Mendengar mereka bercakap tentang lembur dan turun hanya untuk membeli makan malam.“Departemen pemasaran memang paling sibuk di awal bulan.” Gadis bertubuh kurus bicara sambil mencebik.“Kita dituntut untuk selalu memenuhi target.” Temannya yang berkacamata menimpali.“Malam Min

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 7

    Carter mendesah, merasakan hasrat menyerbunya hanya karena teringat Khaelia. Ia harus menyingkirkan semua pikiran buruk kalau ingin Khaelia betah di tempatnya bekerja. Ia kehilangan sekretaris lamanya karena laki-laki muda itu tidak kuat bergadang terus menerus, berganti lagi dengan perempuan dan hanya bertahan satu bulan karena terlalu takut untuk bicara dengannya.Sekretarisnya yang terakhir seorang laki-laki berumut awal tiga puluhan, terhitung cukup lama bekerja, hampir enam bulan tapi akhirnya menyerah karena ingin menikah. Gonta-ganti sekretaris sampai-sampai Bosman kebingungan untuk mencari orang yang bisa menemaninya. Sejauh ini Khaelia tidak pernah mengeluh, ia hanya berharap nafsunya tidak membuat gadis itu pergi.Selesai berpakaian, ia keluar kamar. Disambut beberapa pelayan yang membungkuk di lorong. Kamarnya berada di lantai tiga, sengaja menggunakan tangga padahal ada lift tidak jauh dari kamarnya. Ia perlu olah raga agar tubuhnya tetap bugar. Rumah keluarga yang ditempa

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 6

    Dalam benak Khaelia sedang sibuk memikirkan pekerjaan di kantor dan tidak peduli dengan perkataan sepupunya. Sudah biasa Mila selalu menentang pendapatnya, seakan menjadi sepupu paling peduli padahal tidak peduli.“Temen-temenku yang sarjana semua kerja di kantor besar. Saat weekend pada ngumpul di bar atau karaoke. Sedangkan kamu? Malah jadi admin gudang. Memangnya nggak malu apa kalau suatu saat ketemu teman?”Khaelia mengangkat wajah dan menatap sepupunya lekat-lekat. Mila memang tidak pernah menyukainya terlebih sekarang saat ia tinggal di rumah ini. Dianggap sebagai penganggu dan menumpang hidup. Itulah kenapa ia menolak bersinggungan. Entah kenapa siang ini Mila sangat cerewet hingga mengesalkan.“Apa pentingnya omongan orang? Yang penting kerja halal.”Mila tertawa lirih sambil memutar bola mata.“Ye, ye, ye, bilang aja sama piring kosongmu itu, apa pentingnya omongan orang. Lihat aja nanti kalau kalian berkumpul, baru tahu apa artinya diremehkan!”Apakah Khaelia peduli omongan

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 5

    Waktu berlalu dengan cepat dan tanpa terasa sudah satu bulan Khaelia bekerja dengan Carter. Setiap hari melalui rutinitas yang sama. Membuat kopi, menyusun berkas, melakukan penjadwalan, dan setiap pukul 12 malam keduanya beristirahat 30 menit. Sesekali Carter memanggil pelayan untuk membawa cemilan dan mengajak Khaelia mencicipinya.Dengan senang hati Khaelia memakan semua yang disuguhkan, selain karena gratis semua makanan berkualitas tinggi dengan rasa yang luar biasa lezat. Ia tidak makan camilan dengan aroma mentega yang begitu menggugah. Tidak lupa, berciuman dengan hangat sambil berbagi kopi.Khaelia tidak pernah tahu kalau ciuman bisa memabukkan dan membuat candu. Ia pernah melakukannya dengan kekasihnya yang dulu, tapi rasanya sungguh berbeda. Dengan Carter ada kehangatan, mendamba, dan gairah yang tersembunyi. Sering kali ia membayangkan bagaimana kalau jadinya tidak hanya berciuman tapi hal lain?Hal Iain seperti apa? Bercumbu? Setelah pertemuan hari pertama di mana Carter

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 4

    Setelah puas melihat-lihat, ia memutuskan untuk minum teh. Dengan malu-malu duduk di sofa sementara Carter merokok di sudut dekat gazebo. Menyesap tehnya, Khaelia diam-diam menatap profil atasannya. Carter yang ketampanannya tidak seperti manusia pada normal ternyata mempunyai sikap yang ramah. Tidak seperti boss-boss besar pada umumnya yang cenderung menjaga jarak dan bersikap sangat dingin, laki-laki itu justru terlihat santai.Apakah Khaelia berhalusinasi saat melihat Carter begitu berbeda dalam siraman cahaya bulan? Jangan-jangan memang matanya saja yang salah. Lagi pula ini pertama kalinya mereka berjumpa, apa yang berbeda pun tidak ada yang tahu.“Enak tehnya?”Carter yang baru selesai merokok, duduk di samping Khaelia, membuatnya tanpa sadar sedikit bergeser ke samping.“Enak sekali, Tuan.”“Kamu nggak ngopi? Biasanya kerja malam takut mengantuk.”“Tidak, Tuan. Mungkin karena terbiasa malam tidak tidur.”“Berarti ini bukan pertama kalinya kamu kerja malam?”Khaelia mengangguk.

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 3

    Laki-laki muda dan tampan itu bernama Carter June Solitaire. Tidak banyak yang tahu kalau ia adalah anak kedua dari keluarga Solitaire yang merupakan pemilik saham terbanyak sekaligus pimpinan di Capital Group. Carter yang berambut sehitam arang dan bermata tajam, saat ini sedang memandang seorang gadis muda yang ketakutan. Menahan geli karena Khaelia terlihat ngeri seolah ia akan mengisap darahnya. Apa yang ada di pikiran Khaelia sebenarnya?Carter menatap lekat-lekat, pada Khaelia yang berjalan mundur perlahan. Menghitung dalam hati pada langkah keberapa perempuan itu akan membalikkan tubuh dan pergi. Ia memasukkan tangan ke dalam saku dengan kaki bersilang, seakan sedang menikmati pertunjukkan yang seru dan lucu. Sayangnya, perkiraannya salah karena Khaelia sama sekali tidak ada niatan untuk pergi. Bahkan dengan lantang mengatakan sesuatu yang membuatnya tercengang.Khaelia meneguk ludah dan menuruti perintah Carter. Saat ini yang ingin dilakukannya hanya dua hal. Bekerja untuk men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status