Share

BAB 8

Author: LucioLucas
last update Last Updated: 2025-09-20 00:59:14

Khelia sedang melintasi lobi yang hari ini cukup ramai saat ponselnya bergetar. Ada notifikasi yang tidak dikenalnya dan ternyata pemberitahuan uang masuk. Ia terbelalak karena tidak menyangka gajinya akan sebesar ini. Hampir lima kali lipat dari gaji di perusahaan terdahulu. Ia sudah tahu gajinya besar, kisaran belasan juta tapi ternyata lebih dari itu. Tanpa sadar ia tersenyum, mengepalkan tangan dan melontarkannya ke udara.

“Yes!”

Beberapa pegawai yang berpapasan dengannya menatap curiga, Khaelia hanya mengangguk kecil pada mereka. Sedikit heran karena lobi lebih ramai dari biasa. Apakah karena hari gajian semua orang memutuskan untuk pulang lebih lambat. Bersama beberapa perempuan muda, ia mengantri lift. Mendengar mereka bercakap tentang lembur dan turun hanya untuk membeli makan malam.

“Departemen pemasaran memang paling sibuk di awal bulan.” Gadis bertubuh kurus bicara sambil mencebik.

“Kita dituntut untuk selalu memenuhi target.” Temannya yang berkacamata menimpali.

“Malam Minggu besok aku nggak mau lembur. Udah gajian, mau jalan-jalan dan ke bar!” Kali ini yang bicara adalah gadis berwajah tirus dengan kulit paling putih serta rambut pirang. Rencananya membuat teman-temannya menoleh iri.

Khaelia merogoh tas, name tagnya terjatuh dari genggaman. Ketiga perempuan itu menatapnya seketika dengan pandangan bertanya-tanya.

“Name tagmu beda dengan kami. Kamu kerja di lantai berapa?” Si gadis berambut pirang bertanya pada Khaelia.

“Lantai sepuluh,”jawab Khaelia. Menyadari kalau name tagnya berbingkai merah sedangkan para pegawai lain biru.

“Hah, lantai para eksekutif? Kamu kerja dengan Pak Bosman?” cecar gadis itu.

Khaelia mengangguk, dan menjawab ramah. “Iya, cleaning service di lantai sepuluh.”

Dengkusan keras dengan tatapan mencibir tertuju pada Khaelia. Salah seorang dari mereka, gadis berambut pirang bahkan terang-terangan melayangkan tatapan menghina.

“Aku pikir kamu istimewa, ternyata hanya cleaning service.”

Mereka terkikik bersamaan, sebelum masuk ke lift. “Tadinya aku iri tapi sekarang nggak jadi.”

“Iyalah, staf marketing dibandingin cleaning service. Yang benar aja?”

Saat Khaelia ingin menyusul mereka masuk ke lift, langkahnya tertahan. Si Pirang berteriak. “Jangan ikut ke atas sama kita. Lift sebelah aja! Ada tuh khusus cleaning service, tangga darurat!”

Mereka tertawa terbahak-bahak saat pintu lift menutup, membuat Khaelia terdiam kehabisan kata. Tidak menyangka dijaman modern seperti sekarang masih ada orang yang membedakan status sosial berdasarkan jenis pekerjaan. Apakah semua pegawai di sini sama atau hanya mereka bertiga saja? Khaelia naik ke lift sebelah dengan murung, merasa sangat terhina dan tidak dihargai. Namun saat teringat akan gaji yang diterimanya, senyum merekah di bibir. Terserah apa kata mereka yang terpenting ia punya gaji besar.

Tiba di ruangan Carter belum terlihat. Khaelia menyalakan komputer, mesin espresso, serta merapikan dokumen. Banyak email yang harus dibalas, Khaelia mengecek pekerjaannya satu per satu dan membuat jadwal tele conference dengan cabang di India. Pintu membuka, Carter muncul dengan tas hitam di tangan.

“Selamat malam, Tuan.”

Carter mengangguk. “Coffee please!

Dengan cekatan Khaelia membuat satu cangkir kopi panas, meletakkan ke atas meja Carter. Bosman datang dan mereka membicarakan tentang situasi kantor serta urusan yang terjadi siang ini. Membahas juga tentang departemen marketing serta target yang belum tercapai. Setelah membacakan laporan selama satu jam, Bosman keluar sambil melambai ke arah Khaelia.

“Khaelia, aku pulang dulu!”

“Selamat malam, Pak Bosman. Selamat beristirahat.”

Sapaan Khaelia membuat Carter mengernyit. Ia meminta Khaelia mendekat ke mejanya dan bertanya. “Kenapa kamu kelihatan senang malam ini?”

“Tuan, terima kasih untuk gajinya. Sungguh tidak disangka, sangat besar sekali.”

“Kamu bekerja dengan baik dan juga tidak menolak saat lembur. Apa rencanamu dengan gaji itu?”

Khaelia terdiam sebentar dan mulai membuat daftar. “Membeli obat mama, memanggil dokter, membeli pakaian kerja biar terlihat lebih modis, Tuan.”

“Mamamu sakit parah?”

“Iya, Tuan.”

“Kamu bekerja untuk pengobatan mamamu?”

“Benar sekali.”

“Berarti kamu membutuhkan banyak uang?”

“Bisa dibilang begitu, karena harapan satu-satunya mama hanya saya, Tuan. Kami tidak punya keluarga lain yang bisa membantu.”

Carter terdiam sesaat, menatap Khaelia yang menunduk. Menarik tangan gadis itu hingga tubuhnya yang sintal terjatuh ke atas pangkuannya. Khaelia tidak kurus seperti gadis kebanyakan yang terlihat hanya tulang saja, melainkan berlekuk ditempat yang pas. Paling menonjol adalah dadanya yang cukup besar dan menggoda untuk disentuh.

“Kamu belum menciumku hari ini.”

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 8

    Khelia sedang melintasi lobi yang hari ini cukup ramai saat ponselnya bergetar. Ada notifikasi yang tidak dikenalnya dan ternyata pemberitahuan uang masuk. Ia terbelalak karena tidak menyangka gajinya akan sebesar ini. Hampir lima kali lipat dari gaji di perusahaan terdahulu. Ia sudah tahu gajinya besar, kisaran belasan juta tapi ternyata lebih dari itu. Tanpa sadar ia tersenyum, mengepalkan tangan dan melontarkannya ke udara.“Yes!”Beberapa pegawai yang berpapasan dengannya menatap curiga, Khaelia hanya mengangguk kecil pada mereka. Sedikit heran karena lobi lebih ramai dari biasa. Apakah karena hari gajian semua orang memutuskan untuk pulang lebih lambat. Bersama beberapa perempuan muda, ia mengantri lift. Mendengar mereka bercakap tentang lembur dan turun hanya untuk membeli makan malam.“Departemen pemasaran memang paling sibuk di awal bulan.” Gadis bertubuh kurus bicara sambil mencebik.“Kita dituntut untuk selalu memenuhi target.” Temannya yang berkacamata menimpali.“Malam Min

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 7

    Carter mendesah, merasakan hasrat menyerbunya hanya karena teringat Khaelia. Ia harus menyingkirkan semua pikiran buruk kalau ingin Khaelia betah di tempatnya bekerja. Ia kehilangan sekretaris lamanya karena laki-laki muda itu tidak kuat bergadang terus menerus, berganti lagi dengan perempuan dan hanya bertahan satu bulan karena terlalu takut untuk bicara dengannya.Sekretarisnya yang terakhir seorang laki-laki berumut awal tiga puluhan, terhitung cukup lama bekerja, hampir enam bulan tapi akhirnya menyerah karena ingin menikah. Gonta-ganti sekretaris sampai-sampai Bosman kebingungan untuk mencari orang yang bisa menemaninya. Sejauh ini Khaelia tidak pernah mengeluh, ia hanya berharap nafsunya tidak membuat gadis itu pergi.Selesai berpakaian, ia keluar kamar. Disambut beberapa pelayan yang membungkuk di lorong. Kamarnya berada di lantai tiga, sengaja menggunakan tangga padahal ada lift tidak jauh dari kamarnya. Ia perlu olah raga agar tubuhnya tetap bugar. Rumah keluarga yang ditempa

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 6

    Dalam benak Khaelia sedang sibuk memikirkan pekerjaan di kantor dan tidak peduli dengan perkataan sepupunya. Sudah biasa Mila selalu menentang pendapatnya, seakan menjadi sepupu paling peduli padahal tidak peduli.“Temen-temenku yang sarjana semua kerja di kantor besar. Saat weekend pada ngumpul di bar atau karaoke. Sedangkan kamu? Malah jadi admin gudang. Memangnya nggak malu apa kalau suatu saat ketemu teman?”Khaelia mengangkat wajah dan menatap sepupunya lekat-lekat. Mila memang tidak pernah menyukainya terlebih sekarang saat ia tinggal di rumah ini. Dianggap sebagai penganggu dan menumpang hidup. Itulah kenapa ia menolak bersinggungan. Entah kenapa siang ini Mila sangat cerewet hingga mengesalkan.“Apa pentingnya omongan orang? Yang penting kerja halal.”Mila tertawa lirih sambil memutar bola mata.“Ye, ye, ye, bilang aja sama piring kosongmu itu, apa pentingnya omongan orang. Lihat aja nanti kalau kalian berkumpul, baru tahu apa artinya diremehkan!”Apakah Khaelia peduli omongan

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 5

    Waktu berlalu dengan cepat dan tanpa terasa sudah satu bulan Khaelia bekerja dengan Carter. Setiap hari melalui rutinitas yang sama. Membuat kopi, menyusun berkas, melakukan penjadwalan, dan setiap pukul 12 malam keduanya beristirahat 30 menit. Sesekali Carter memanggil pelayan untuk membawa cemilan dan mengajak Khaelia mencicipinya.Dengan senang hati Khaelia memakan semua yang disuguhkan, selain karena gratis semua makanan berkualitas tinggi dengan rasa yang luar biasa lezat. Ia tidak makan camilan dengan aroma mentega yang begitu menggugah. Tidak lupa, berciuman dengan hangat sambil berbagi kopi.Khaelia tidak pernah tahu kalau ciuman bisa memabukkan dan membuat candu. Ia pernah melakukannya dengan kekasihnya yang dulu, tapi rasanya sungguh berbeda. Dengan Carter ada kehangatan, mendamba, dan gairah yang tersembunyi. Sering kali ia membayangkan bagaimana kalau jadinya tidak hanya berciuman tapi hal lain?Hal Iain seperti apa? Bercumbu? Setelah pertemuan hari pertama di mana Carter

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 4

    Setelah puas melihat-lihat, ia memutuskan untuk minum teh. Dengan malu-malu duduk di sofa sementara Carter merokok di sudut dekat gazebo. Menyesap tehnya, Khaelia diam-diam menatap profil atasannya. Carter yang ketampanannya tidak seperti manusia pada normal ternyata mempunyai sikap yang ramah. Tidak seperti boss-boss besar pada umumnya yang cenderung menjaga jarak dan bersikap sangat dingin, laki-laki itu justru terlihat santai.Apakah Khaelia berhalusinasi saat melihat Carter begitu berbeda dalam siraman cahaya bulan? Jangan-jangan memang matanya saja yang salah. Lagi pula ini pertama kalinya mereka berjumpa, apa yang berbeda pun tidak ada yang tahu.“Enak tehnya?”Carter yang baru selesai merokok, duduk di samping Khaelia, membuatnya tanpa sadar sedikit bergeser ke samping.“Enak sekali, Tuan.”“Kamu nggak ngopi? Biasanya kerja malam takut mengantuk.”“Tidak, Tuan. Mungkin karena terbiasa malam tidak tidur.”“Berarti ini bukan pertama kalinya kamu kerja malam?”Khaelia mengangguk.

  • Khaelia Sang Sekretaris Malam   BAB 3

    Laki-laki muda dan tampan itu bernama Carter June Solitaire. Tidak banyak yang tahu kalau ia adalah anak kedua dari keluarga Solitaire yang merupakan pemilik saham terbanyak sekaligus pimpinan di Capital Group. Carter yang berambut sehitam arang dan bermata tajam, saat ini sedang memandang seorang gadis muda yang ketakutan. Menahan geli karena Khaelia terlihat ngeri seolah ia akan mengisap darahnya. Apa yang ada di pikiran Khaelia sebenarnya?Carter menatap lekat-lekat, pada Khaelia yang berjalan mundur perlahan. Menghitung dalam hati pada langkah keberapa perempuan itu akan membalikkan tubuh dan pergi. Ia memasukkan tangan ke dalam saku dengan kaki bersilang, seakan sedang menikmati pertunjukkan yang seru dan lucu. Sayangnya, perkiraannya salah karena Khaelia sama sekali tidak ada niatan untuk pergi. Bahkan dengan lantang mengatakan sesuatu yang membuatnya tercengang.Khaelia meneguk ludah dan menuruti perintah Carter. Saat ini yang ingin dilakukannya hanya dua hal. Bekerja untuk men

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status