Share

Amarah

    

   Tuan Andreas yang mengetahui Elisa pingsan karena apa langsung meradang,Ia segera meraih ponsel dan menghubungi Asistennya Roy,karena ingin menanyakan apa saja kegiatan Elisa selama ini.Tuan Andreas menghitung usia kehamilan putrinya sama persis dengan jadwal kepulangannya dari sana,maka dari itu Ia yakin perbuatan itu terjadi saat Elisa berada di luar kota.

Kini hanya Roy yang di anggapnya dapat dipercaya,karena laki-laki itu sudah mengabdi cukup lama pada keluarga Andreas.

Selama ini pun Roy tidak pernah mengecewakannya,dan Ia sangat yakin jika Asistennya itu selalu bisa di andalkan.

Entah berapa puluh kali panggilan,namun Roy tidak juga mengangkatnya,Tuan Andreas bahkan lupa kalau hari ini ada rapat penting,dan Roy lah yang harus memimpinnya ,dikarenakan Elisa yang tiba-tiba ijin tidak masuk kantor

Laki-laki itu mengeram frustasi,segera meraih kunci mobil dan melangkahkan kaki keluar dari kamar Elisa.

Ia tidak lagi memperdulikan teriakan istrinya yang menanyakan kemana akan pergi.

Namun lagi-lagi baru setengah perjalanan menuju kantor,Tuan Andreas di kejutkan dengan suara dering ponselnya,dengan terpaksa dia harus menepikan mobil,untuk menjawab panggilan dari istrinya,agar tidak membahayakan pengguna jalan lain.

Tuan Andreas begitu kesal karena Nyonya Sintia memintanya kembali ke rumah,wanita itu bahkan sempat marah-marah dan mengancam,karena awalnya Tuan Andreas menolak permintaannya.

Akhirnya Tuan Andreas mengiyakan permintaan istrinya itu untuk kembali ke rumah,karena tadi Nyonya Sintia mengatakan kalau Elisa sudah sadar,dan akan mengatakan dengan jujur siapa laki-laki yang telah merusaknya.

Berjalan cepat menaiki satu persatu anak tangga yang di rasa begitu lama,laki_laki paruh baya itu sudah tidak sabar dan ingin mendengar sendiri pengakuan dari Elisa.

Brakkk,

Tuan Andreas masuk ke kamar Elisa dengan membanting pintu sangat keras,hingga kedua wanita yang ada di dalamnya tersentak kaget.Elisa sampai menggigil ketakutan melihat amarah Papi nya,yang menurutnya sangat menyeramkan.

Ia bahkan baru melihat ekspresi wajah Papi nya yang seperti ini.

"Cepat katakan,siapa yang melakukannya padamu,"teriak Papi Andreas dengan suara baritonnya.

"Pih..."Mami Sintia mencoba meredam amarah suaminya,Ia begitu kasihan melihat putrinya yang sudah meringkuk ketakutan.

"Diam!!!Jangan selalu membelanya,lihat akibat Mami selalu memanjakannya,dia jadi tumbuh menjadi liar seperti ini,"ucap Papi Andreas dengan wajah yang memerah.

"Cukup Pih!Jangan marahi El terus,kau tidak lihat dia sudah ketakutan seperti ini,"jawab Mami Sintia tegas.

Tuan Andreas memandang Elisa yang masih meringkuk sambil menangis di atas tempat tidur.Ia segera merengkuh tubuh anak gadisnya dan membawanya ke dalam pelukan.

"Maaf,Papi tidak bisa menjagamu,"mencium puncak kepala putrinya,yang kini terlihat sangat menyedihkan.

Orang tua mana yang sanggup melihat anaknya seperti ini,sungguh Tuan Andreas sangat merasa gagal menjadi seorang Ayah,karena telah lalai menjaga putri satu-satunya.

"Maaf Pi,Elisa udah buat Papi kecewa,"gadis itu menangis terisak di pelukan orang tuanya.

Melepas pelukannya,dan mengusap air mata di pipi putrinya,"Papi sudah memaafkan mu,sekarang katakan pada Papi,siapa Pria itu?"Menatap wajah Elisa dengan intens.

"Papi janji,tidak akan menghukumnya,Papi hanya ingin dia bertanggung jawab atas perbuatannya,"

"Tapi_,"

"Sst..."Tuan Andreas menggelengkan kepalanya,saat melihat keraguan di mata Elisa,"Tidak akan terjadi apa-apa,jangan takut."

Gadis itu kembali diam.

"Apa El ingin lihat Papi dan Mami sedih?"tanya Papi Andreas.

Elisa menggelengkan kepalanya,sungguh ini bukan kemauannya.

Memang Elisa menginginkan laki-laki itu untuk jadi suaminya,tapi bukan dengan cara seperti ini.

"Apa El mau,nanti ketika bayi El lahir tidak tahu siapa Ayahnya?"Tuan Andreas kembali bertanya pada putrinya itu.

Elisa mendongak,menatap wajah laki-laki paruh baya yang ada di depannya.Ada yang sedikit mengusik di hati kecilnya,bagaimana dia bisa punya pikiran seperti ini,membiarkan anak yang tidak berdosa lahir tanpa seorang Ayah.

Lalu bagaimana dengan Rengganis?bukankah Arya telah memilik istri.

Awalnya Elisa berpikir perbuatannya itu tidak akan menghasilkan anak,mengingat dia melakukannya hanya sekali.

Tapi nyatanya benih itu sudah tumbuh di dalam perutnya.

Entah kenapa pikiran Elisa bertolak belakang dengan niat awalnya mengejar Arya,dulu mungkin dia akan dengan senang hati menikah dengan laki-laki itu,namun kenapa sekarang dia sendiri merasa bimbang.

Elisa memilih diam dan menerima semua amarah dari kedua orang tuanya,bukan lagi tentang itu yang Ia takutkan,karena sudah jelas tadi Papi nya mengatakan sudah memaafkannya.Tapi kini dia takut tentang keluarga Pratama,apa mungkin mereka akan menerima perempuan seperti dirinya?dan apa Arya akan mengakui anak yang ada di dalam kandungannya,mengingat sikap terakhir Arya saat bertemu dengannya.

"ELISA!!!!"teriak Tuan Andreas murka,kesabarannya sudah habis menunggu jawaban dari anaknya yang tak kunjung berbicara.

"Pih_,"Elisa sempat terlonjak kaget sambil memegangi dadanya,Ia menarik napas dalam-dalam,mengumpulkan keberaniannya tadi yang sempat hilang,akibat teriakan Papinya.

"Sebenarnya_....."

"Ma_maafin kak Arya Pih,jangan hukum dia,"akhirnya tangis Elisa kembali pecah,dia sampai berlutut memohon kepada orang tuanya agar tidak menyakiti laki-laki itu.

"Sebesar itu kah kau mencintainya El!!hingga kau mati-matian membela laki-laki itu!!!teriak Tuan Andreas memenuhi langit-langit kamar.

"Aku mencintainya Pih,tolong jangan sakiti Kak Arya,"ucap Elisa lirih dengan air mata yang semakin deras.

Elisa tahu bagaimana sifat Papi nya saat sedang marah,bahkan Tuan Andreas bisa melakukan apa saja dengan uang yang di milikinya.

"Pih,Elisa benar Papi tidak boleh melakukan apapun pada Arya,dia adalah Ayah dari anak yang sedang di kandung Elisa saat ini,"ucap Mami Sintia mencoba membela putrinya.

"Aku memang tidak akan menyakiti Arya,tapi dia harus bertanggung jawab atas apa yang dia lakukan pada Elisa,"jawab Tuan Andreas.

"Lalu bagaimana dengan istrinya,bukankah dia anak angkat Mbak Rani?apa Papi tega menyakitinya?tanya Nyonya Sintia bingung.

"Aku tidak peduli dengan istrinya,bukankah dia hanya anak angkat?untuk apa kita memikirkannya,toh pasti mbak Rani tidak akan terlalu sedih,"jawab Tuan Andreas yakin.

"Bangun El,kita akan ke rumah keluarga Pratama untuk meminta pertanggung jawabannya,"Tuan Andreas memapah putrinya untuk duduk di sisi tempat tidur.

"Makasih,Pih,"Elisa tersenyum dan mengusap sisa-sisa air mata di pipinya.

"Kalian segera bersiap-siap,Papi ada urusan sebentar,"ucap Tuan Andreas melangkah keluar dari kamar Elisa.

"Mi,bagaimana ini...?"Elisa sudah cemas sendiri,padahal papinya belum mengatakan kemana mereka akan pergi.

Elisa bukan gadis bodoh yang tidak tau maksud perkataan Papi Andreas baru saja.

Kemana lagi jika bukan menemui keluarga Arya untuk memberitahu kehamilannya sekaligus meminta pertanggung jawaban.Elisa hanya mengangguk pasrah mengiyakan perintah Papi Andreas tadi.Di bantu Mami Sintia,Elisa bersiap_siap untuk segera pergi menemui keluarga laki_laki itu.

*****

"Iya Tuan,"jawab seseorang di seberang telepon.

"Tolong kau minta rekaman cctv dari hotel XX sekarang juga,lalu kirimkan segera,"

"Baik Tuan."

Klik....

"Arya....!!!!Kenapa harus dia?"Tuan Andreas mengepalkan kedua tangannya,darahnya menggelegak hebat saat menyebut nama laki_laki itu.

"Padahal Papi sudah siapkan calon yang pantas untukmu,El?Yang pasti lebih baik dan setidaknya bisa menghargaimu."

Hancur sudah rencana Tuan Andreas untuk bisa menjodohkan putrinya dengan Rangga,yang tak lain adalah rekan bisnisnya sendiri.

"Aku pastikan kau akan menyesal telah menyakiti putriku."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status