Share

Bab 30

Author: RIANNA ZELINE
last update Last Updated: 2025-05-14 23:22:58
Kutatap wajah Kak Rafael dengan tatapan datar, tapi bukan tanda sebuah kemarahan. Justru apa yang dilakukannya itu membuatku berpikir, mungkinkah jika aku sudah bersuami, Mas Evan tidak lagi berusaha mendekatiku?

"Tidak apa-apa. Terima kasih karena itu cukup membantu," jawabku dengan seulas senyum tipis, lalu kembali kualihkan tatapanku ke luar jendela. Mencoba menemukan ketenangan di antara deru mesin yang menjadi musik pengiring.

"Aku tidak menduga dia akan keras kepala menganggapmu masih istrinya. Bajingan rakus itu apa masih tidak cukup sudah berhasil menikahi selingkuhannya?" ucap Kak Rafael dengan nada yang sangat kesal.

"Mungkin dia mau punya banyak istri seperti Walid," jawabku asal.

Kak Rafael seketika menatapku dengan dua alis bertaut. Sementara aku membalasnya dengan menaikkan dua alis. Hingga tawa lepas keluar dari mulut kami berdua memecah keheningan yang sempat menegangkan.

"Apa kamu mau jadi salah satu istrinya?" tanyanya yang jelas menggodaku.

"Kalau aku mau, suda
RIANNA ZELINE

Hai readers. Maaf baru menyapa. Author cuma mau bilang terima kasih buat kalian yang udah baca buku ini. Jangan lupa untuk memberikan dukungan pada buku ini ya, readers. Supaya author juga lebih semangat lagi untuk membuat ceritanya. Terima kasih...

| 3
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 38

    Tak terasa tiga hari telah berlalu sejak perpisahan resmiku dengan Mas Evan. Perasaan gelisah yang dulu serig kali hadir dalam hari-hari sepiku, kini berubah menjadi sebuah ketenangan. Perpisahan itu, menjadi perpisahan terindah sesuai dengan rencanaku.Meski sempat terlintas rencana untuk menggoda Mas Evan demi membuatnya menyesal dan menyakiti hati Vania, namun aku mengurungkan niat itu. Mas Evan sudah benar-benar menyesal tanpa aku menggodanya untuk menarik perhatian. Dia sudah menyesal tanpa aku menunjukkan sisi lain diriku yang lebih unggul dari Vania.Aku memutuskan lebih memilih berdamai dan memaafkannya. Dan keikhlasan inilah yang merupakan kunci dari ketenangan hatiku yang sebenarnya. Tak ada lagi air mata, tak ada kemarahan. Hanya kelegaan yang akhirnya menyapa setelah badai panjang.Hari ini, apartemen terasa hangat oleh tawa kecil Revan yang tengah duduk di karpet ruang tengah, di kelilingi mainan. Sementara aku duduk di belakangnya sambil sesekali menyesap teh hangat yan

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 37

    Detik-detik menegangkan itu kini terasa semakin ringan. Sudut bibirku bahkan terus tertarik membentuk senyuman saat pertanyaan itu akhirnya keluar dari mulut Mas Evan. Pertanyaan akan kesimpulan sebuah hubungan yang terjalin di antara kami berdua. Dan jawaban yang telah kusiapkan ini, aku harap menjadi sebuah jawaban yang bisa membawa hubungan kami menjadi lebih baik lagi."Seperti yang sudah aku katakan tadi, Mas. Aku rasa di antara kita sudah tidak ada hubungan apapun lagi selain atasan dan bawahan. Untuk hubungan suami istri pun, aku sudah menganggap bahwa kita sudah berpisah sejak kabar kematianku itu. Kita sudah menemukan pasangan baru dalam hidup kita masing-masing. Jadi, mari jalani lembar baru itu dengan orang yang sudah menjadi pasangan kita.Dengan ini aku harap kamu juga bisa belajar bahwa kesetiaan itu sangat mahal. Jangan pernah berpikir bahwa kamu bisa menutupi perselingkuhan dengan sebuah kebohongan. Karena serapat apapun seorang suami menutupinya, tidak akan bisa menga

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 36

    Mas Evan menatapku dalam diam. Mulutnya terkatup rapat seolah sangat sulit berucap. Sorot matanya menunjukkan kebimbangan yang sulit menemukan jalan keluar."Lihat! Kamu bahkan tidak bisa menjawabnya. Aku tahu tidak mudah bagi kamu untuk menceraikan istri kamu itu, 'kan? Itulah alasan kenapa aku membuat kematian untuk pergi dari kehidupan kamu, Mas Evan," ujarku dengan sedikit penekanan. "Karena aku yakin ego kamu tidak akan bersedia menceraikan aku. Tapi juga tidak ingin berhenti bermain dengan Vania. Benar, bukan?" tambahku."Dinara... bukan begitu. Harusnya kita bisa membicarakan hal ini sebelum kamu memutuskannya sendiri. Harusnya kita bisa memperbaiki hubungan tanpa ada perpisahan. Bukankah ini artinya kamu juga lebih mementingkan ego kamu daripada hubungan kita?" ujarnya yang berbalik menyalahkanku.Aku tertawa hambar atas penilaiannya itu. Tapi aku tak sakit hati sama sekali, karena memang itu yang terjadi."Oke aku egois. Tapi itu karena kamu yang lebih dulu egois, Mas. Kamu l

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 35

    Kak Rafael tersenyum tipis namun tetap hangat saat dilihat. Menegakkan duduknya sambil menatapku lekat."Bukankah sudah kubilang, tidak usah berpura-pura jika di hadapanku," katanya."Aku tahu. Tapi aku tak ingin terus membebanimu dengan masalahku, Kak Rafael. Lagi pula meski aku menyembunyikannya, kamu tetap memahamiku tanpa ingin menghakimiku,. Itulah yang membuatku merasa nyman dan bisa terbuka," jawabku sambil menunduk malu."Kalau itu bisa membuatmu nyaman, maka tidak perlu berpura-pura apapun lagi di depanku.""Akan aku usahakan, tapi tidak janji," jawabku dengan nada lirih.Helaan napas berat mulai keluar dari bibirnya. Seketika hal itu membuatku menatapnya dengan serius. "Ra..." panggilnya lirih. "Mengenai Evan tadi, apa kamu yakin akan menemuinya? Jika kamu mau, aku bisa menemanimu.""Aku tidak bisa terus menghindar, bukan?""Ya, benar. Kamu harus menghadapinya dan menyelesaikan semuanya. Jangan biarkan dia terus mengusik kehidupanmu."Anggukan kecil kupilih atas kepahamanku

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 34

    Senyum lebar akhirnya terukir di bibir Kak Rafael saat melihat sikapku yang berubah ceria dalam sekejap. Dia tahu aku memaksakan senyum. Tapi sekali lagi, dia tidak pernah memaksaku untuk bercerita saat ini juga. Menurutnya, akan ada waktu di mana aku akan menceritakan semua dengan sendirinya. Dan jika aku sama sekali tidak bercerita, dia menganggap bahwa mungkin aku telah menyelesaikan semuanya.Dengan wajah penuh semangat itu, Kak Rafael bangkit sambil mengulurkan tangan di hadapanku. "Ayo!" ajaknya.Tentu aku tak membuang waktu untuk itu. Dengan senyum lebar, segera kusambut uluran tangannya, lalu bangkit dan melangkah bersama-sama. Namun, baru saja langkah kami sampai di ambang pintu, sebuah dering ponsel dari dalam tasku terdengar. Aku pun berhenti sejenak, mengambil ponsel dan melihat siapa yang menghubungiku."Mama," ucapku memberitahu Kak Rafael. Lalu segera kuangkat panggilan itu untuk mengetahui apa yang ingin mama sampaikan."Halo, Ma," sapaku setelah ponsel menempel di tel

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 33

    Panas dan nyeri terasa sampai ke tulang pipi. Bahkan membuat darahku mulai mendidih. Segera kuangkat wajah dan menatap siapa yang sebenarnya telah berani menamparku dengan cukup keras.Vania?Aku sedikit mengernyit. Tapi detik berikutnya aku langsung tersenyum kecut melihat wanita itu kini berdiri di hadapanku dengan tatapan marah. Hal yang sebelumnya tak pernah dia lakukan padaku saat masih menjabat sebagai sekretaris Mas Evan. Tapi sekarang? Seolah semua berubah dalam sekejap."Aku tidak menyangka kau begitu licik, Dinara," makinya sambil mengarahkan jari telunjuk ke depan wajahku. "Setelah memutuskan membuat sebuah kematian, harusnya kau benar-benar mati dari hidup Mas Evan. Tapi kenapa kau justru kembali dan mencoba untuk menggodanya?""Hah?" Aku menganga tak percaya dengan apa yang baru saja diucapkannya. "Aku? Menggoda Mas Evan? Aku rasa kau perlu berkaca sebelum menuduhku seperti itu, wahai pelakor," jawabku tenang dengan tatapan meremehkan.Wajah Vania merah padam penuh kemara

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 32

    Setelah Kak Rafael memperhatikan dengan saksama, mobil Mas Evan memang sudah tak tampak di sekitar rumah. Namun, aku masih waspada. Sesekali kulirik ke spion tengah untuk memastikan bahwa Mas Evan memang tidak mengikuti kami karena lelah menunggu lama. Mungkin pikirnya bahwa aku memang tinggal di rumah mama, sehingga dia memilih pulang tanpa tahu yang sebenarnya. Semoga saja.Lelah mulai terasa. Kusandarkan kepala sambil tanganku mendekap Revan. Tak begitu erat, tapi cukup memberikan perlindungan. Sesekali mengelus punggungnya secara lembut dan perlahan setiap kali ada gerakan. Menjaganya agar tetap lelap sampai tujuan.Keheningan masih mendominasi di antara deru mesin mobil. Aku dan Kak Rafael seolah terhanyut dalam pikiran masing-masing. Memilah dan mengklasifikasikan masalah dalam sebuah daftar yang perlu dicari solusinya. Hingga menciptakan sebuah misi baru untuk hidup yang lebih baik dan nyaman dari sebelumnya."Langsung pulang saja atau masih ada yang ingin kamu kunjungi?" tany

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 31

    Aku masih mematung saat langkah kaki mama sudah lebih dulu masuk ke dalam rumah. Helaan napas panjang kembali menjadi pilihan bijak yang bisa aku lakukan untuk sekarang. Ucapan mama memang cukup berhasil mengusik perasaanku untuk saat ini. Apalagi setelah melihat bagaimana gigihnya Mas Evan berusaha mendekatiku lagi. Ada sebersit keinginan untuk memiliki suami.Tapi, jujur saja aku tidak ingin mengorbankan Kak Rafael hanya untuk sebuah ambisi. Pasti akan ada cara bagaimana aku bisa membuat Mas Evan berhenti mengejarku lagi.Suasana terasa hangat saat langkah kakiku berhenti tak jauh dari meja makan. Kak Rafael dengan penuh perhatian dan kasih sayang justru menyuapi Revan. Membuat bening kristal seketika menyelimuti bola mata. Memaksaku mendongak untuk menahan genangan air mata agar tidak tumpah."Mama..." seru Revan dengan senyum lebar. Menunjukkan betapa bahagianya dia bisa makan bersama dengan seseorang yang dipanggilnya Papa."Wah, pinternya anak Mama. Lahap banget disupai Papa

  • Kusiapkan Perpisahan Terindah   Bab 30

    Kutatap wajah Kak Rafael dengan tatapan datar, tapi bukan tanda sebuah kemarahan. Justru apa yang dilakukannya itu membuatku berpikir, mungkinkah jika aku sudah bersuami, Mas Evan tidak lagi berusaha mendekatiku? "Tidak apa-apa. Terima kasih karena itu cukup membantu," jawabku dengan seulas senyum tipis, lalu kembali kualihkan tatapanku ke luar jendela. Mencoba menemukan ketenangan di antara deru mesin yang menjadi musik pengiring. "Aku tidak menduga dia akan keras kepala menganggapmu masih istrinya. Bajingan rakus itu apa masih tidak cukup sudah berhasil menikahi selingkuhannya?" ucap Kak Rafael dengan nada yang sangat kesal. "Mungkin dia mau punya banyak istri seperti Walid," jawabku asal. Kak Rafael seketika menatapku dengan dua alis bertaut. Sementara aku membalasnya dengan menaikkan dua alis. Hingga tawa lepas keluar dari mulut kami berdua memecah keheningan yang sempat menegangkan. "Apa kamu mau jadi salah satu istrinya?" tanyanya yang jelas menggodaku. "Kalau aku mau, suda

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status