"Aku gugup apa orang tuamu akan menerima aku?" Tanya Alina penuh khawatir."Kamu tenang saja yah Alina mama pasti akan langsung suka sama kamu aku yakin," jawab Raka dengan senyuman.Senyuman itu selalu saja membuat Alina luluh, padahal Alina sangat takut jika Raka dan keluarganya tidak akan mau menerima dia terlebih setelah tahu jika orang tua Alina sudah lama bercerai. Latar belakang keluarga yang kurang baik, sangat berpengaruh terhadap pandangan orang tua dari pihak laki-laki meskipun memang Alina tahu, ini hanyalah sebuah pura-pura tapi entah mengapa tetap saja jika suatu saat nanti Alina dihadapkan pada sebuah pernikahan di mana dia harus bertemu dengan pihak keluarga dari pasanganmu apakah mungkin mereka akan menerima Alina dengan ikhlas. Tanpa harus membahas status ekonomi Alina ataupun latar belakang dari keluarganya.Tiba-tiba saja Alina termenung memandang setiap jalan yang dia lalui menuju rumah Raka, dia membayangkan adik saja dulu keluarganya utuh bahkan sang ayah tidak
Alina duduk disamping Raka semua terasa canggung, karena Alina sendiri masih belum bisa merasakan bahwa orang tua Raka memang setuju jika anaknya menjalin hubungan dengan Alina."Papah kemana ma?"tanya Raka sambil mengambil sebuah piring untuk Alina."Biasa masih sibuk dikantor, tapi mama sudah bilang ko bahwa kamu akan membawa calon istrimu kerumah," jawab sang mama."Oh iya Alina, kamu lulusan apa? Dari universitas atau institut mana?" Tanya nyonya Karin menatapnya."Aku lulusan SMA Tante dan setelah lulus bekerja di toko gamis daerah Bogor," jawab Alina sembari menunduk."Terus mama papa kamu punya bisnis apa? Atau bekerja mungkin,"Tanya kembali nyonya Karin penasaran."Maaf Tante ibu saya hanya buruh dan ayah saya dia sudah meninggal 17 tahun lalu." jawab Alina terpaksa berbohong kepada orang tua Raka karena dia tidak mau jika semua orang tahu tentang kelakuan dari sang ayah yang begitu sangat jahat telah menyakiti ibunya dan menyia-nyiakan anak perempuannya."Oh anak yatim yah, s
Alina memang begitu banyak membawa pengaruh baik dalam hidup Raka, dia bisa membuat Raka memaafkan semua kesalahan dari mamanya di masa lalu. "Terima kasih banyak ya aLina aku masih nggak bisa ngebayangin kalau kamu tidak ngebantu aku bicara dengan kedua orang tuaku tentang berpura-pura sebagai calon istri, "ucap Raka tersenyum kepada Alina."Padahal aku serius lo mas Raka, "jawab alina seketika membuat Raka menghentikan mobilnya."Maksud kamu?"Raka tertegun mendengar jawaban Alina"Aku tahu, tidak seharusnya aku bersikap seperti kemarin terlalu memikirkan perasaanku sendiri tanpa tahu bagaimana perasaan orang lain selama ini aku memang banyak begitu rasa takut dan trauma tapi aku yakin kamu adalah orang yang tepat semoga saja aku tidak pernah salah memilih pasangan, "papar Alina menatap Raka."Ja...jadi kamu mau menikah sama aku? Bukan pura-pura?"tanya Raka kembali seolah tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh Alina.Alina haya mengangguk Dan tersenyum itu menandakan bahwa dia
Wanita paruh baya itu masuk ke dalam kamarnya ia tidak menemani sang putri yang sedang menangis sendirian di kamar. Dia tahu bahwa Alina masih butuh waktu untuk sendiri dan memikirkan semuanya agar dia merasa tenang saat akan langsungkan pernikahan dengan pria yang sangat dia cintai.Perlahan Bu asih membuka sebuah album foto, di mana hanya itu satu-satunya kenangan yang dia miliki bersama sang suami. Dia mengingat bagaimana dulu suaminya sangat mencintai dirinya dengan tulus sama halnya seperti Raka, Bu asih berdiri di depan meja rias dan perlahan membuka lembaran demi lembaran setiap foto kenangan yang dia miliki bersama sang suami.17 tahun Bu asih masih tetap sendirian dia sama sekali tidak pernah terpikirkan sedikitpun untuk menikah lagi dengan pria lain karena dia hanya ingin fokus membesarkan alina seorang diri. Sejak kasus perselingkuhan suaminya, dia sama sekali tidak pernah mau mengulang hubungan lagi karena sejak saat itu dia sudah tidak percaya lagi dengan arti sebuah cint
Alina mulai bisa mengikhlaskan semuanya dia dan sang Ibu memutuskan untuk memulai kehidupan baru yaitu Alina akan menikah dengan Raka dan sang Ibu akan tetap tinggal sendirian di Bogor. Dia berjanji untuk akan baik-baik saja agar putrinya tidak terlalu khawatir. Beragam persiapan telah dilakukan dari mulai proses acara lamaran secara resmi dan persiapan untuk pernikahan. keluarga Raka begitu sangat menerima kehadiran dari keluarga Alina karena mereka sendiri menganggap meskipun memang Alina memiliki latar belakang yang kurang baik dia akan tumbuh menjadi seorang menantu idaman di keluarga terlebih Raka adalah anak pertama.Alina memutuskan untuk keluar dari tempat kerjanya karena dia harus ikut Raka tinggal di Jakarta bersama keluarganya, Alina sadar tidak selamanya seorang perempuan harus bekerja karena ada tugas yang paling mulia yaitu menjadi seorang istri dan juga seorang ibu dalam keluarga awalnya memang Alina sangat takut jika seorang wanita tidak bekerja dan tidak memiliki peng
Wanita cantik itu terus saja memandangi foto Raka betapa kesalnya dia setelah datang ke pernikahan pria yang baru saja ingin dijodohkan dengan dia namun ternyata memilih wanita yang sangat sederhana bahkan jauh dari apa yang dipikirkan oleh Alisia."Kenapa kamu milih dia sih Raka!!!!" ucap tegas Alisia dengan emosi."Harusnya kamu pilih aku bukan wanita miskin itu!" Teriak Alisia yang terus saja menyalahkan Raka atas semua kesedihan yang ada dalam dirinya.Alisia pernah jadi bagian hidup Raka Hardiman dia adalah salah satu orang yang begitu sangat mencintai Raka secara diam-diam bahkan ketika dia tahu bahwa kedua orang tua Raka dan papahnya akan menjodohkan dia. betapa bahagianya hati Alisia saat tahu akan dijodohkan oleh seorang pria yang sangat dia cintai sejak dulu namun, ternyata perjodohan itu seketika dibatalkan karena Raka memutuskan untuk menikah dengan calon istrinya. Hati Alisia begitu sangat sakit dan kecewa dia kalut dan tidak tahu apa yang harus dia lakukan pada Alisia R
Malam itu Raka menghabiskan waktu bersama Alina istrinya, hal yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya karena Alina adalah sahabat kecil Raka, sehingga mereka masih terasa canggung dan malu, terlebih Raka dan Alina sebelum menikah tidak menjalani pacaran terlebih dulu sehingga wajar saja Alina dan juga Raka masih tidak paham harus bagaimana.Tapi untunglah maka adalah pria yang sangat tenang sehingga dia mampu membuat istrinya merasa nyaman menikmati satu malam yang indah setelah mereka sah menjadi suami istri.Pagi ini Alina menatap pria yang begitu sangat ia cintai setelah pernikahannya usai. Raka yang masih terbaring di tempat tidur di samping Alina dia begitu sangat tampan dan membuat Alina tidak berhenti bersyukur bisa dipertemukan dengan suami sebaiknya Raka.Ternyata pernikahan memang tidak seburuk yang Alina pikirkan, atau mungkin memang karena ini baru awal sehingga dia masih belum tahu apa saja masalah dalam pernikahan. tapi, apapun yang akan terjadi kedepannya Alina selalu
"wah kak Alina rajin sekali pagi-pagi sudah masak," ucap Nasya yang menghampirinya kedapur, karena tertarik dengan aroma masakan yang sangat lezat."Jangan gangguin istri aku yah,"sahut Raka yang tiba-tiba saja memeluk istrinya didepan sang adik.pipi Alina pun merona dan merasa malu didepan Nasya."Haduh pengantin baru, mesra-mesraan terus nih semoga aja Nasya cepet punya ponakan baru," ujar Nasya sambil mengangkat kedua tangannya berdoa."Haduh pagi-pagi sudah rame ada apa sih?" Celoteh nyonya Karin yang melihat anak dan menantunya di dapur."Maaf Tante pasti menganggu yah suara aku," ucap Alina menunduk."Kok masih manggil Tante sih kak kan ini mama kakak juga," sahut Nasya menatap Alina."Iya Alina mama kan sudah jadi ibu mertua kamu jadi kamu harus terbiasa bilang mama," ujar nyonya Karin tersenyum pada menantunya.Alina kembali melanjutkan masakannya, Nasya bersiap-siap pergi kesekolah, dan sang mama kembali ke kamar untuk membangunkan suaminya.Raka hanya tersenyum memandang is