Ayman namanya, seorang guru pesantren yang tengah melamar gadis cantik bernama Maisya. Namun ibu Maisya malah membatalkan pernikahan mereka tanpa alasan yang di ungkapkannya. Ayman yang ingin memberikan Maisya mahar 2 juta itu terpaksa harus melapangkan hatinya karena keputusan ibunya Maisya. Hati dan fikiran Ayman belum bisa move on atas kejadian itu, namun kiai Dahlan malah menikahkannya dengan Diajeng. Meski berat untuk menjalaninya, keduanya pun menikah tanpa halangan atau masalah apapun. Keluarga Diajeng juga tak mempermasalahkan berapapun mahar yang akan di berikan kepada putri tercinta mereka. Lalu,bagaimana dengan Maisya tanpa Ayman? Bisakah Ayman mencintai Diajeng seperti dia mencintai Maisya? Bisakah Diajeng menjalani pernikahannya tanpa cinta?
View More"Kenapa masak banyak sekali Bu?" Tanya Maisya pada ibu mertuanya. Ibu Dini tersenyum, "Nanti kita bagi juga pada Diajeng dan suaminya." Maisya yang mendengarnya pun langsung cemberut. Sejak pagi ibu mertuanya sudah sibuk berkutat di dapur. Ketika masakan sudah jadi, malah Diajeng yang akan menikmatinya. Maisya merasa selalu sakit hati ketika ada yang menyebut nama Diajeng. Masa indah yang di jalaninya bersama Diajeng selama ini berujung kebencian. "Kenapa harus berbagi pada Diajeng Bu?" "Tak ada, Ibu hanya ingin bertetangga dengan baik saja." "Kan kasihan Ibu, sudah capek masak." "Ibu senang kog jika harus berbagi dengan Diajeng. Diajeng itu anaknya sangat ramah dan baik sekali." Maisya memberengut, ibu Dini tak menyadari kalau menantunya cemburu akan perlakuannya pada Maisya. Sifat sensitifnya karena hamil mungkin lebih dominan daripada ketika sebelumnya. Maisya selalu ingin di manja dan orang lain tak boleh merasakan apa yang di rasakannya. Maisya menghentakkan kakinya menu
"Kamu kenapa ingin menjadi maduku?" Tanya Diajeng pada Risma."Siapa sih mbak Ajeng yang gak mau jadi istrinya ustadz Ayman. Perfect dari berbagai sisi, Baik dan pengertian lagi." Diajeng juga Sifa berpandangan. Risma tak pernah tahu bagaimana keadaan rumah tangga seseorang. Apa yang ddi rasakannya saat ini hanyalah sebuah "Misal suamiku itu miskin bagaimana?" "Saya support lagi agar bisa kaya""Sudahlah jeng, jangan dengarkan kaleng berkas seperi dia. Kaleng bekas seperti dia hanya pantasnya di luar sana." ***Maisya hanya memutar bola matanya saja ketika ibu Tutik mengajaknya berbicara. Ibu Tutik yang kerap kali melihat putrinya itu selalu memesan makanan lewat aplikasi ojek. Bahkan Maisya bisa berkali-kali hanya untuk membeli sesuatu yang bisa di capainya tanpa harus menggunakan kendaraan. "Kalau di kasih uang suamimu itu jangan langsung di habiskan nak, ingatkah ketika kamu sedang tak memiliki uang sama sekali.""Berisik banget sih Bu," jawab Mais
Satu Minggu meliburkan diri dari aktivitas pesantren, kini Ayman juga Diajeng kembali pada kegiatan mereka masing-masing. Rumah mereka yang bisa di tempuh dengan berkendara selama 10 menit itu membuat Ayman tak mau lagi bermalam di pesantren. Diajeng pun menyetujui jika setelah kegiatan mereka selesai, akan langsung pulang ke rumah. Kebahagian mereka sebagai pengantin baru masih terasa hangat. Bahkan Ayman sudah terbiasa bermanja-manja dengan sang istri. Hidup berdua dalam satu atap memang rencana Ayman dari dulu ketika berumah tangga. Namun siapa tahu, kalau tulang rusuknya saat ini adalah gadis cerdas yang selalu berada di depannya di setiap kajiannya. Diajeng di sambut Ning Maya dengan penuh drama. Tangis kepalsuannya sukses membuat para santri yang berseliweran di sana ikut terharu. Diajeng tahu dan sudah sangat hafal, Ning Maya hanya ingin membuatnya di baperin banyak orang. Padahal dalam hatinya tertawa karena sudah berhasil mengerjainya. Di lain sisi, Ayman mendapatkan sambu
Diajeng juga Ayman menjalani aktivitasnya seperti biasa. Diajeng tetap membantu Ning Maya dengan senang hati seperti biasanya. Walaupun sekarang dia sudah sah menjalani seorang istri. Kedatangan Diajeng membuat para santri bersorak gembira. Apalagi disana juga sedang ada Ayman yang melintasi mereka. Semangat para santri pun menjadi pusat perhatian semua orang. Ayman berjalan cuek seperti biasa. Dia bak orang tak mengenal walaupun sekarang sudah berada satu atap bersama. Ayman akan mempertahankan cilik kui "Cieeee…." "Pengantin baruuuu." "Doanyanya Ustadz." Jodoh kamu itu sama Rudi Nak, jadi jangan menyalahkan takdir." "Jika ibu tak memandang uang saja, justru aku kan bisa menikmati uang Ayman dengan leluasa Ibu. Tapi Ibu tak pernah memikirkan sampai kesana. " "Sudah Kak, ayo masuk kamar." "Gantengnya," "Diajeeeeeeeng!" "Diajeng Diajeng." "Happy wedding Ustadz." "Selamat Ustadz." Diajeng pun menanggapi semuanya dengan senyuman. Dia sudah habis berfikir. Un
"Eh kalian dapet mukenah warna apa tadi malam?" Tanya seseorang pada temannya yang berada di depan rumah ibu Tutik sembari belanja sayur."Aku warna marun, bagus banget. Aku langsung cek harga di google, ternyata 350 ribu loh. Kainnya bagus banget, adem." Jawabnya girang."Aku juga dapet warna marun loh, sajadahnya juga bagus poll. Parfumnya MaasyaAllah harumnya, bikin nagih." Sahut yang lainnya. "Iyya, anakku juga bahagia banget loh aku pulang dapat banyak souvenir.""Devinisi kondangan gak rugi.""Apalagi mereka gak menerima kado ataupun amplop apapun. Sudah pasti itu milyaran keluar uangnya.""Beruntung banget ya jadi Diajeng.""La Diajeng juga kaya raya kan.""Iya, gak jomplang. Mana si Ayman ganteng banget lagi.""Semoga anak kita bisa seberuntung Diajeng ya nanti.""Walaupun kaya raya, mereka gak sombong sama sekali.""Eh iyaa, aku kemarin di sapa loh sama keluarganya Ayman. Mana cantik bangeet, type wanita karir berkelas."Ibu Tutik mengintip mereka di balik jendela rumahnya.
Keluarga Ayman mampir di perumahan milik Ayman. Mereka ingin melihat bagaimna kelayakan rumah yang di tempatinya bersama sang istri. Walupun rumah itu adalah pilihan dari sang opa, namun kedua kakak Ayman tetap ingin mengetahui kenyamanannya. Sesampainya di sana, rumah dalam keadaan bersih dan terawat. Tak banyak barang yang ada karena Diajeng merasa belum memerlukannya. Apalagi mereka juga jarang berada di rumah. "Bagus sih, walaupun kecil. Nanti bisa lah jadi kontrakan kalau kalian dah punya rumah lagi," ujar mbak Naura. "Aamiinkan saja."Setelah puas bermain dan mengelilingi rumah Ayman. Keluarganya pun memutuskan untuk istirahat sebentar sebelum melanjutkan perjalanan. Apalagi mereka yang semalam kecapekan dan kurang tidur, di lanjut pagi harinya harus segera beberes karena harus meninggalkan hotel sebelum jam 9 pagi. Selama keluarga suaminya istirahat, Diajeng memasak ditemani suaminya. Kalau biasanya Ayman hanya bisa merecoki istrinya dengan mulutnya yang tak pernah berhent
Ibu Tutik memasuki rumahnya dengan menghentakkan kakinya. Suami dan anak bungsunya hanya melihatnya saja. Menanti ibu Tutik yang akan bercerita sendiri. Maisya yang mengikuti ibu nya dari belakang itu juga tak berniat mengnyapa ayahnya ataupun sekedar berbicara dengan adiknya. Dia langsung memasuki kamarnya dan menguncinya dari dalam. Anak lelaki ibu Tutik, Bagas kembali mengajak ayahnya mengobrol ria di teras depan rumahnya. Segerombolan ibu-ibu yang juga pulang dari pernikahan Diajeng pun lewat. Mereka berbondong-bondong turun dari bus untuk menuju kerumahnya dengan berjalan kaki. Pak Suryo dan Bagas hanya berpandangan ketika mereka mengetahui itu. "Loh, pak Suryo kog masih begadang saja sama Bagas." "Iya Bu, gak sadar kalau sudah larut malam ternyata." Balas pak Suryo ramah. "Mari Pak.""Iya Bu.""Ayo Pak tidur," ajak Bagas. Keduanya beranjak dari duduknya, namun pemandangan di dalam rumah lebih mencekam di bandingkan suasana gelap di depan rumah. Istri pak suryo bersitatap d
Acara resepsi berjalan dengan lancar sesuai rencana. Para tamu undangan pun sedang menikmati makanan yang terhidang di meja prasmanan. Diajeng di tuntun oleh sang MUA untuk berganti gaun. Di ikuti Ayman yang berada di belakangnya, Diajeng sembari menyapa para tamu yang di temuinya di sepanjang karpet merah. Mulai dari tetangganya, teman pesantrennya, teman bisnis ayahnya juga para tamu yang tak di kenalnya. Diajeng tetap menyapanya meski tak saling kenal. Tak jauh berbeda dengan Ayman, walaipun tak ikut menyapa satu persatu, Ayman tetap tersenyum ketika bersitatap dengan para tamu. "Selamat menikmati semuanya," ujar Diajeng. "Lavyu Mbak Ajeng, kita dah bawa kresek banyak kog," Bisik Riri."Iya silahkan, bawakan temanmu yang di pondok juga." Jawab Diajeng tak kalah lirihnya. "Woooo ya siap kalau itu." Di lain sisi, Bu Tutik juga menikmati semua makanan yang tersedia di sana. Satu persatu menu di cobanya lalu akan berakhir di kantong plastik dengan cantik. Ibu Dini yang melihatnya
Sah sah sahPernikahan Diajeng dan Ayman kembali di ulang sesuai peraturan negara. Jika kemarin mereka menikah sesuai agama saja, kali ini mereka sudah sah di mata keduanya. Tak banyak orang yang mengikutinya. Hanya keluarga inti, kiai Dahlan juga para petugas KUA karena acara akan di laksanakan pada jam 7 malam nanti. Setelah prosesi akad nikah, dilanjutkan dengan foto keluarga. Tak ada acara apapun lagi selain itu. Selesai foto bersama, pengantin bisa kembali istirahat dan akan sambung lagi di sore hari. Diajeng juga Ayman langsung kembali ke kamar mereka, setelah mereka ikut menyambut keluarga dari kiai Dahlan. Selain mereka, keluarga kiai Dahlan juga sudah di pesankan kamar agar bisa beristirahat sampai acara nanti malam di selenggarakan. Diajeng dengan balutan gaun mewah berwarna putih itu sangat terlihat cantik elegan. Laura langsung memesan gaun tersebut dari sebuah galery terbaik yang terkenal di indonesia. Gaun dengan lambang kebaikan, murah Rizki dan penuh hoki tersebut s
Bersama kiai Dahlan, Ayman datang dengan semangat kerumah calon istrinya. Malam itu pun, Ayman di sambut oleh keluarga besar Maisya. Tak hanya Ayman, Maisya juga terlihat menyembunyikan kebahagiaannya di balik senyum malu-malunya. Dari pihak Ayman, mahar yang akan di berikan sebesar 2 juta. Namun keluarga Maisya juga ternyata sudah membuat keputusan, kalau maharnya harus berupa uang yang jumlahnya 100 juta beserta seserahannya. Ayman juga harus menyanggupi uang bulanan 10 juta dan perawatan untuk Maisya. Ibu Tutik, ibunya Maisya hanya memandang Ayman dengan sinis. Sejak awal kedatangan Ayman, Tutik tak ikut semringah menyambut calon menantunya itu. Padahal dia baru pertama kali bertemu sejak kepulangannya dari merantau di luar negri. "Bukankah dulu Maisya tak mematok banyaknya mahar? Kenapa baru di tentukan sekarang Maisya?" tanya Ayman. "Dulu memang dia tak menentukan tapi sekarang berbeda. Pihak perempuan harus mendapatkan banyak mahar dari lelaki," jawab ibu Tutik sembari menga
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments