Share

MEREKA MENGEMIS BELAS KASIHAN

Sekarang hari pertama Bapak dan Ibu tinggal di rumah kami. Mereka terlihat tak enak hati dengan Ibu mertuaku.

Aku cukup paham dengan keadaan ini. Biar bagaimanapun, tinggal serumah dengan besan pasti tak nyaman apalagi ini masih terhitung rumah mertuaku.

Rumah ini memang tak terlalu besar. Hanya memilik tiga kamar tidur tanpa kamar tamu. Untung saja kakaknya Mas Damar sudah punya rumah sendiri. Jadi kamar yang dulu dia tinggali sekarang bisa dipakai oleh orang tuaku.

Pagi ini Mas Damar sengaja enggak ke sawah. Katanya ingin menemani Bapak dan Ibu dulu biar kerasan. Kalau ditinggal takutnya mereka malah merasa diabaikan.

Aku berjalan menuju teras, membawa nampan berisi dua gelas kopi lalu meletakkan di hadapan Mas Damar dan Bapak. Mereka sedang mengobrol seputar pekerjaan suamiku.

“Di minum dulu, Pak kopinya,” tawarku.

“Terima kasih, Sekar. Maaf ya Bapak merepotkan kalian,” ucap Bapak.

“Enggak apa-apa, Pak. Sudah kewajiban kami sebagai anak,” tukas Mas Damar.

Bapak tersenyum, men
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status