"Bagiamana, keadaanmu sekarang? Siapa yang sudah melakukan ini semua, membuatmu harus berakhir begini?"Elisha yang mendapat kabar bahwa Malik diserang dan dilarikan ke rumah sakit terdekat pun, langsung datang menjenguk. Jarak bukan jadi masalah. Kini Elisha sudah duduk tepat di samping Malik yang terbaring lemas tak berdaya di ranjang empuk rumah sakit.Elisha tidak bisa menyembunyikan kecemasannya. Saudara kandung mana, yang tidak khawatir melihat kakak kesayangannya mengalami kecelakaan?"Aku baik. Hanya luka kecil saja," balas Malik bernada candaan."Kecil apanya? Kakak hampir kehilangan nyawa, seandainya tidak buru-buru mendapatkan pertolongan pertama," omel Elisha bercampur cemas.Malik terkekeh kecil, lalu mengacak-acak puncak rambut adik tersayangnya itu. "Aku baik. Jangan mencemaskanku berlebih seperti itu. Tidak ada yang bisa melukaiku. Percayalah!""Tidak bisa dilukai bagaimana? Kau sendiri berkahir di rumah sakit sekarang." Elisha sedikit menggembungkan pipinya dan melipa
[NEW QUEST][Berlatih bela diri dan tingkatkan terus skill serta stamina.][Hadiah kejutan menantimu]***Arsenio sejak pagi-pagi buta, sudah berada di ruang gim. Melakukan olahraga kecil. Terlebih dahulu dia melakukan pemanasan. Melemaskan otot-otot yang tegang.Dirasa otot-ototnya sudah lemas dan lentur, barulah Arsenio mencoba angkat besi. Mulai dari beban yang kecil hingga yang paling berat 100 kilogram. Tentu dengan pengawasan pelatih dan Bastian di sana. Setelah puas angkat beban berat guna membentuk otot-otot lengan dan perut, kini Arsenio beralih berlari-lari kecil di atas treadmill. Keringan bercucur deras di wajah dan seluruh tubuhnya. Aroma yang tercium memacu semangat Arsenio demi menaklukkan misi kali ini. "Ini, minum Anda, Tuan Muda." Bastian menyodorkan segelas jus alpukat yang menjadi favorit Arsenio.Tiga puluh menit berlalu. Arsenio pun mengistirahatkan tubuhnya. Duduk di kursi bersantai sambil mengelap keringat menggunakan handuk kecil. "Terima kasih." Arsenio me
DOOOORRRR ...Peluru itu melesat cepat dan tepat mengenai sasaran hanya dalam hitungan detik saja."Tembakan yang luar biasa, Tuan Muda. Anda semakin hebat saja dalam menembak," puji Bastian tulus."Ah, kau ini bisa saja, Bastian. terima kasih pujianmu. Sebenarnya, aku masih belum sepenuhnya menguasai senjata ini." Arsenio melepaskan pengaman telinga, mata dan sarung tangan yang melekat di tubuhnya. "Senjata yang kugunakan sekarang jenis baru dan daya tembakan yang dihasilkan pun sungguh luar biasa. Aku tidak yakin, jika di luar akan mampu mengimbangi kekuatannya."Arsenio juga menyerahkan senjata api jenis FN 200, yang baru saja ia gunakan itu, kepada Bastian."FN 200 memang jenis terbaru, Tuan Muda. Jenis ini belum banyak di pasaran. Tuan Alex membeli ini beberapa bulan lalu dan baru menggunakannya satu kali, sebelum ia jatuh sakit," terang Bastian. Arsenio mengangguk pelan sambil membuka mulutnya membentuk huruf o kecil."Oh iya, apakah, Tuanku ingin minum sesuatu?" tawar Bastia
Tujuh hari berlalu tanpa terasa. Halaman belakang All Star Group pun dihias sedemikian rupa. Ada banyak hidangan dan minuman di sana. Tempat itu dipilih karena memang ruang terbuka. Orang-orang yang biasa berpakaian rapi dan formal, kini terlihat begitu santai. Dikarenakan acara ini, dinamai Pekan Olahraga, maka para staf yang berpartisipasi dalam acara ini memakai kaos olahraga. Termasuk Arsenio yang memang sudah membaur di sana. "Arsenio!" panggil Anindira sambil melambaikan tangan cepat, lalu berlari menghampiri Arsenio yang sedang berdiri seorang diri di sana. Arsenio menoleh, kemudian tersenyum kecil. "Hay!" sapanya girang saat Anindira sudah berdiri satu meter di hadapannya."Kau ada di sini juga? Apa kau ingin mengikuti perlombaannya?" tanya Anindira menelisik lebih dalam sembari mencubit pinggang Arsenio. Dilihatnya kiri dan kanan Arsenio. Memastikan apakah Arsenio datang seorang diri atau beramai-ramai?Arsenio menggaruk pipinya yang tidak gatal. "Heum, iya. Perusahaan ca
"Katakan! Siapa yang sudah memerintahkanmu?"BRUK!Rain menggenggam pergelangan tangan Arsenio sangat kuat. Kemudian dengan gerakan cepat dan segenap tenaga yang ada, dia membanting tubuh Arsenio hingga jatuh menghantam tanah.Arsenio tidak dalam posisi siap, sehingga Rain mampu melumpuhkannya dengan mudah. DOOR ...Selanjutnya, Rain melepaskan tembakan ke udara. Alhasil, membuat orang-orang di sana kocar-kacir menyelamatkan diri masing-masing. Acara yang disiapkan dari jauh-jauh hari dan seharusnya menciptakan momen bahagia, kini berubah mencekam hanya dalam hitungan detik saja.DOOR ...Tembakan kedua pun terdengar. Kali ini bukan Rain yang menarik pelatuknya. Ada orang lain di sana. Arsenio melihat pria itu samar-samar. Teriakan di mana-mana. Terjadi kepanikan di sana sini. Kesempatan itu, dimanfaatkan Rain untuk pergi dari sana. Arsenio berdiri dan langsung mengejar Rain detik itu juga. Namun, sebelum ia bisa menangkap Rain, Arsenio berhadapan lebih dengan anggota Setan Merah y
"Luis! Bangun!" Rain pun menepuk-nepuk pipi Luis yang tidak sadarkan diri di sana. Kondisi Luis cukup mengenaskan. Darah segar mengalir dari hidung serta mulutnya. Tepi bibirnya bengkak dan berwarna biru gelap. "Dia masih bernapas." Rain menempelkan jari telunjuknya tepat di depan lubang hidung dan di tengkuk Luis. Mendapati rekannya masih bisa terselamatkan, Rain buru-buru membawa pergi Luis dari sana. Luis tumbang setelah mendapat pukulan keras dari Arsenio beberapa saat lalu. Agaknya, Tuhan, masih bermurah hati karena masih membiarkan Luis bernapas. Meskipun dalam keadaan kritis saat ini. Sementara itu, Arsenio, Cale, Bastian dan anggota Naga Merah lainnya sudah bersiap-siap menghadapi situasi yang bisa saja lebih buruk dari sebelumnya. Kali ini Anggota Setan Merah yang datang lebih dari sepuluh orang, membuat Arsenio dan lainnya siaga. Kehadiran mereka, menguatkan, bahwa All Star Group telah berhasil dimasuki musuh. Entah ada berapa anggota Setan Merah yang datang? Kemungki
"Bagaimana bisa, anggota kita banyak terbunuh di sana?!" tanya penuh amarah, seorang pria setengah baya sambil menyapu seluruh benda yang ada di atas meja kerja menggunakan kedua tangan.Lembaran berkas pun berserakan di lantai. Vas bunga yang terbuat dari tanah liat itu, hancur berkeping-keping saat menghantam kaki sofa. Amarahnya memuncak ketika mendengar, bahwa lebih dari 30 anggota Setan Merah tewas, ketika melakukan penyerangan di All Star Group. "Sudah aku katakan! Jalankan misi ini dengan hati-hati. Lawan yang kita hadapi bukan sembarang orang!""Semuanya diluar dugaan, Bos. Kami datang dengan persiapan yang matang. Namun, salah satu dari mereka, sepertinya mengetahui penyamaran anggota kita."Leonardo beralasan. Perlahan-lahan dia mencoba menjelaskan apa yang terjadi di All Star Group, kepada Luke Mallory, ketua Organisasi Setan Merah yang sangat terkenal seantero Apple Blossom City. Ketika ia marah tidak ada satupun yang berani dan mampu menatap maniknya. Kecuali Leonardo.L
Tujuh hari telah berlalu, tanpa terasa. Arsenio yang sempat menjalani perawatan di Sky Blue Hospital, Dokter pun menyatakan ia sudah diperbolehkan pulang. Arsenio senang riang gembira karena selama tujuh hari terakhir mengurung diri di kamar rumah sakit atas perintah ayahnya sendiri. Jenuh serta bosan melanda. Pemandangan yang disuguhkan itu-itu saja, tidak jauh dari kamar pasien, Dokter, perawat dan aroma obat. Paling taman. Itupun Arsenio tidak boleh berlama-lama dan harus dengan pengawasan para bodyguard.Arsenio sudah berada di dalam mobil, duduk santai menikmati perannya sebagai Tuan Muda Keluarga Guan. Bastian berada di kursi kemudi, memegang kendali. Arsenio menggerakkan ibu jarinya ke atas ke bawah, memainkan layar ponsel. Berselancar di sosial media. Mencari informasi yang dalam beberapa hari terakhir tidak banyak ia telusuri karena Alexander Guan melarangnya.Terdengar sebuah kalimat umpatan, "Dasar, wanita licik. Hobinya mengganggu orang saja."Bastian mendelik, melalui k