Главная / Romansa / Maaf Om, Aku Mencintaimu / MOAM# 07. Perasaan Jovan yang sebenarnya

Share

MOAM# 07. Perasaan Jovan yang sebenarnya

Aвтор: Ida Andriani
last update Последнее обновление: 2024-06-21 20:12:22

Huek!!

Itulah yang dirasakan Zehra setiap pagi. Namun, wanita muda itu tidak mengeluh sama sekali. Sebab, Jovan selalu ada dan siaga saat Zehra membutuhkannya.

"Minum dulu, Ra. Kamu harus banyak minum untuk menggantikan cairan tubuh yang kamu keluarkan."

Zehra hanya mengangguk dan mengambil segelas air putih hangat yang diberikan Jovan. "Terima kasih, Om."

"Sekarang bagaimana? Apa masih pusing?" Jovan mengambil kepala Zehra, lalu memijatnya dengan lembut.

"Aku sudah baikan, Om. Aku pengen tiduran saja." Zehra menatap Jovan antara haru juga tidak enak. "Om, terima kasih banyak."

Jovan meraba tangan Zehra. "Untuk apa, Ra?"

"Untuk semuanya."

Jovan tersenyum tipis mendengar ucapan istri mudanya. "Aku yang seharusnya berterima kasih padamu, Ra. Kamu tahu? Aku belum pernah merasa sebahagia ini sebelumnya. Hidupku seolah bersinar semua setelah tahu aku akan jadi seorang Daddy. Maaf ya jika anakku sedikit nakal karena membuatmu harus seperti ini."

Zehra menarik napasnya panjang. Sungguh, ucapan demi ucapan Jovan selalu saja membuatnya terharu. Zehra semakin dilema bagaimana nanti dirinya harus rela melepaskan pria dewasa itu juga anaknya.

"Om, apa Om tidak kerja? Aku perhatikan sudah tiga hari Om enggak ke kantor."

Jovan hanya tersenyum tipis mendengar pertanyaan Zehra. "Aku cuti satu minggu untuk jagain kamu."

Mata Zehra terbelalak. "Apa??"

Hati Zehra semakin dilema. Bagaimana pun dirinya menepis perasaan itu pada Jovan, Zehra tetap tidak bisa. Jovan termasuk suami idaman bagi Zehra. Selain prilakunya yang lembut, Jovan juga sangat perhatian dan pengertian.

"Tapi kenapa harus begitu, Om?"

Jovan menatap Zehra, lalu meraba perutnya yang masih rata karena baru menginjak usia 5 Minggu. "Sudahlah, kenapa juga kamu harus mikirin pekerjaanku? Tugasmu hanya menjaga anakku, Zehra. Pokoknya kamu harus sehat terus tidak boleh setres."

Ada perasaan sedikit tergores mendengar kata 'anakku' dari mulut pria dewasa gagah dan tampan itu. Pasalnya, Jovan seperti menegaskan jika anak itu hanya milik Jovan dengan Laura yang dititipkan pada Zehra. Dengan segera Zehra menepis goresan yang mengenai hatinya itu agar tidak terlalu perih dirasakannya dengan sadar akan posisinya.

"Boy, baik-baik di sana, ya." Jovan selalu saja tak cukup hanya satu dua kali mengecup perut Zehra, mungkin terlalu senang dan hal itu lah yang membuat Zehra semakin menginginkan Jovan.

Percakapan Jovan dengan buah hatinya terhenti saat Laura datang. Suasana selalu saja menjadi canggung jika wanita pemilik Jovan sesungguhnya itu datang. Zehra bahkan harus mempersiapkan hatinya melihat sikap Laura pada Jovan yang sangat manja dan romantis.

"Honey, kamu masih di sini?" ujar Laura menoleh pada Zehra sekilas.

Terlihat sorot tidak suka dari wanita pemilik Jovan itu melihat suaminya selalu saja begitu betah di kamar Zehra. Zehra hanya bisa menarik napasnya dan sadar diri. Walau sebenarnya ingin sekali Zehra pergi daripada harus menyaksikan adegan romansa dua insan yang saling mencintai itu.

"Iya, aku masih ingin bicara dengan anakku, Sayang."

Laura memalingkan wajahnya tak suka. "Mommy besok mau ke sini. Apa yang akan kita katakan pada Mommy tentang Zehra?"

Jovan langsung beranjak dari baringannya. "Besok Mommy mau ke sini?" Jovan menoleh pada Zehra setelah Laura mengangguk. "Jam berapa?"

"Enggak tahu. Mommy cuma bilang besok mau ke sini," ujar Laura lagi sambil masih berdiri seolah tak nyaman berada di kamar itu, padahal semua yang terjadi adalah keinginannya.

"Mungkin aku pergi dulu ke rumah sakit, Om, bagaimana? Aku juga ingin jenguk Daddy. Apa Nyonya mengizinkan?"

Jovan menoleh pada Laura. Entah mengapa Laura semakin acuh tak acuh dengan Zehra setelah menikahkan gadis itu dengan suaminya. Mungkin Laura ingin bilang menyesal, tapi nasi sudah menjadi bubur dan tidak mungkin bisa kembali pada semula. Apalagi kini Zehra sudah mengandung anak suaminya.

"Terserah kamu saja, jika itu memang yang terbaik." Laura menarik tangan Jovan untuk pergi dari kamar Zehra. "Sekarang kita ke kamar, yuk! Aku rindu kamu, Honey. Aku punya gaya baru untuk bersenang-senang dan aku pastikan kamu akan ketagihan."

Jovan menatap Laura sejenak, lalu menoleh pada Zehra yang memalingkan wajahnya jika Laura sudah berbicara tentang hal intim dengan blak-blakan di depan Zehra seolah sengaja. "La, malam ini kan giliran aku tidur di kamar Zehra."

"Kamu tidak bisa menolak, Jo! Kamu sudah seharian bersama Zehra, pokoknya setiap malam kamu harus bersamaku." Laura menarik tangan Jovan dengan kuat dan tidak peduli pada Zehra.

"Ya Allah ... kenapa rasanya sakit sekali?" Zehra meremas seprei melepaskan perasaannya yang sesak.

Jovan menepis tangan Laura sedikit kencang. "La, kamu enggak egois gitu, dong! Kita sudah sepakat jika aku akan tidur bersama kalian bergantian. Dan malam ini giliran aku tidur di kamar Zehra, bukan?"

Laura menatap Jovan dengan penuh selidik, wanita itu pun menggelengkan kepalanya dengan sendu. "Jangan katakan kamu sudah nyaman dengannya, Jo? Apalagi sampai kamu mengatakan jatuh cinta pada gadis itu."

Laura semakin menatap Jovan yang Laura rasa sikapnya sudah sangat berbeda. Laura merasa Jovan tidak seperti dulu yang selalu mengalah dan menurut padanya. Jovan yang sekarang cenderung tak peduli lagi pada Laura.

"Jawab, Jovan!" sentak Laura, membuat pria itu memejamkan matanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 59. Keinginan Elvira

    "Zehra, Leon, kalian pulang lah. Terima kasih karena sudah menjengukku. Aku minta maaf karena sudah merepotkanmu." Zehra menoleh pada Leon yang mengangguk. "Iya, Om." Zehra masih meremas jari-jarinya cemas. Leon melihat Zehra begitu cemas, seperti ada sesuatu yang Zehra ingin katakan. "Ze, ada apa?" Jovan dan Elvira pun menoleh dan menatap Zehra. "Zehra, ada apa?" Zehra kembali meremas jari-jarinya. "Om, bolehkah aku bawa Andrew pulang ke rumahku? Hanya malam ini saja saat Om Jovan di rawat di sini." Jovan dan Elvira saling tatap. Mereka tahu jika Zehra mungkin khawatir pada keadaan Andrew karena Jovan saat ini tidak di rumah. Namun, Jovan merasa hatinya begitu tak rela membayangkan Zehra dan Leon bahagia bersama Andrew. "Zehra, apa itu tidak mengganggumu dengan Leon?" Zehra menoleh pada Leon. Zehra menunduk karena melupakan Leon sebagai suaminya. "Maaf, Le. Aku lupa izin dulu sama kamu." Leon menelan salivanya mendengar ucapan Zehra yang bahkan melupakan diriny

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 58. Haruskah merelakannya?

    Sekian jam Zehra berada di ruangan Jovan, tak ada sedikitpun tanda-tanda kedatangan Laura. Zehra menoleh pada arah Elvira yang masih terduduk lemah di samping Jovan yang masih terlelap. Zehra bingung harus memulai pertanyaannya dari mana. "Mommy." Zehra memberanikan diri untuk menatap Elvira yang terlihat sendu. Elvira pun menatap Zehra dengan sorot mata yang menyedihkan. "Laura selingkuh, Zehra." Deg!! Tak ada sahutan dari Zehra karena Zehra sudah tahu semua itu. Entah harus senang atau tidak mendengar ucapan Elvira. Sebab, nyatanya semua itu membuat Jovan sampai jatuh sakit karena kenyataan yang terjadi pada rumah tangganya. "Selama ini Jovan selalu berusaha menjadi suami yang baik, yang setia, Jovan selalu memberikan apapun yang diinginkan oleh Laura. Tapi, kenapa? Kenapa dia tega melakukan ini pada putraku, Zehra?" Zehra menelan salivanya. Zehra bingung harus menanggapi ucapan Elvira seperti apa. Karena Zehra memang sudah tahu jika Laura berselingkuh. Zehra menyesal ka

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 57. Jovan sakit

    Tok! Tok! Tok! Zehra dan Leon menoleh apa arah suara. Leon pun menarik senyumnya melihat siapa yang datang. Walau bagaimanapun perasaan cemburu itu pasti ada. Apalagi saat Leon teringat bagaimana Jovan menyentuh Zehra. "Apa kami ganggu kalian?" Elvira langsung menghampiri Andrew yang sudah terlelap. "Tidak kok, Moms. Andrew baru saja tidur. Aku stok ASI-nya dulu sebelum pulang." Elvira menoleh pada Jovan yang tidak mengatakan apapun selain hanya terdiam menatap wajah sang putra. Elvira begitu iba karena Jovan pasti saat ini begitu tersiksa. Selain Laura selingkuh, kini Jovan pun harus merelakan Zehra untuk Leon. Elvira pun menoleh pada Leon yang begitu setia menunggu Zehra. "Leon, terima kasih karena kamu masih mengizinkan isterimu memberikan ASI-nya pada Andrew." Leon mengangguk. "Tidak masalah, Aunty. Aku menerima apapun masa lalu Zehra, jadi aku pun harus rela saat-saat seperti ini, bukan?" Zehra menoleh pada Leon. "Terima kasih, Le." Jovan masih belum ingin m

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 56. Milik Leon

    Plak!! Elvira menampar pipi Laura begitu keras. "Ini untuk kamu yang sudah mengkhianati putraku." Plak!! Elvira kembali menampar Laura. "Ini untuk sakit hatiku sebagai ibu dari Jovan." Plak!! Elvira masih belum puas. "Ini untuk kamu yang sudah membodohiku juga Jovan." Elvira hendak kembali menampar Laura, namun. Laura keburu berlutut. "Ampun, Mommy. Aku tahu aku salah, Moms. Aku mohon maafkan aku, Moms. Aku masih mencintai Jovan." "Cih!! Kamu bilang kamu cinta pada putraku? Lalu apa yang sudah kamu lakukan padanya, Laura?? Setelah apa yang Jovan berikan padamu, tapi kamu tega melakukan semua ini? Kamu memang pela**r, Laura!!" Jovan yang baru saja datang, menghentikan langkahnya. Laura menoleh pada arah suaminya. Laura tahu jika Jovan memang pria baik dan setia. Penyesalan itu terlihat dari sorot matanya, hanya saja, Laura memang lebih mencintai Mike dari pada Jovan. "Kita pulang, Moms. Untuk apa Mommy buang-buang waktu datang ke sini?" Jovan meraih tangan Elvira denga

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 55. Jovan yang malang

    Brak!! "Aarghh!!" Jovan menggusar rambutnya prustasi. "Kenapa kamu tega melakukan ini padaku, Laura!" Jovan tidak menyangka jika nasibnya bisa semalang itu. Selama ini Jovan merasa begitu beruntung memiliki istri seperti Laura. Namun, nyatanya Jovan salah. Nyatanya Jovan adalah orang bodoh yang tidak bisa mengenali siapa Laura sebenarnya. Serapat-rapatnya mengubur bangkai, lama-lama tercium juga. Jovan tidak menyangka jika pertemuannya dengan Zehra adalah sebuah anugrah besar. Selain Jovan bisa merasakan rasanya menjadi seorang Daddy, kini Jovan pun bisa tahu siapa Laura sebenarnya. Jovan mengambil handphonenya, lalu menghubungi sang asisten. "Gerald, tolong segera kamu cek siapa nama pemilik di Royal Company cabang 1." Jovan berusaha untuk tetap kuat dan sadar karena Andrew. "Andrew, putraku." Jovan pun segera menemui sang putera yang untungnya masih anteng dalam mimpinya. Susi pun keluar dari kamar Andrew sesuai perintah Jovan. Pria itu mengecup kening sang bayi deng

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 54. Kamu milikku

    "Honey, apa kamu baik-baik saja? Aku merindukanmu, Mike." Laura mengecupi Mike yang sudah beberapa hari tidak ditemuinya. "Apa ini perbuatan Leon?" Laura meraba luka-luka di tubuh juga wajah Mike. Mike masih terdiam walau nyatanya begitu senang karena akhirnya bisa lolos dari sekapan Leon. Namun, Mike masih bingung siapa orang yang menyelamatkan Zehra hari itu, karena Leon dan asistennya datang setelah Mike babak belur. "Aku bersumpah akan membuat mereka menyesal sudah membuatmu seperti ini, Mike." "La, aku memang di sekap oleh Leon, tapi bukan Leon yang membuatku seperti ini." Laura menatap Mike dengan kening yang mengerut heran. "Apa maksudmu, Mike?" Mike menarik napasnya, lalu beranjak dari baringannya. "Hari itu ada pria asing memasang topeng menyelamatkan Zehra, dan Leon baru datang setelah aku seperti ini." "Apa?" Laura mencoba berpikir. "Jika bukan Leon, lalu siapa yang menyelamatkan Zehra, Mike?" "Aku juga tidak tahu, tapi sudahlah. Untuk saat ini itu tidak p

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 53. Selalu di hati

    "Tidur yang nyenyak, Nak. Daddy ada di sini." Jovan menoleh pada arah jam dinding yang menunjukkan sudah pukul sembilan malam. Jovan mengeluarkan handphonenya. "Ger, tolong kamu selidiki kemana istriku pergi." Jovan pun keluar dari kamar Andrew. "Sus, tolong jaga Andrew dulu. Saya nanti ke sini lagi." "Baik, Tuan." "Bibi juga akan ikut jaga Tuan Andrew, Tuan." Jovan menoleh pada Beti. "Terima kasih, Bi. Apa Bibi tahu kemana Laura pergi?" Jovan menarik napasnya saat Beti menggelengkan kepalanya. "Ya udah, tolong jaga Andrew ya, Bi." Jovan masuk ke ruang kerjanya. Pria itu sudah semakin curiga dengan apa yang dilakukan istrinya akhir-akhir ini. Sikapnya pun semakin membuat Jovan jengah dan tidak peduli pada pria dewasa itu. "Bagaimana, Ger? Apa kamu sudah mendapatkan informasi tentang isteriku?" tanya Jovan pada sambungan teleponnya. "Ok, kirim informasi selengkapnya segera." Jovan mengepalkan tangannya mendengar informasi dari Gerald jika Laura tidak memiliki jadwal pe

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 52. Salah sebut nama

    Leon mulai mendekatkan wajahnya pada wajah Zehra. "Ze, Aku sudah lama menunggu momen ini, tidak ada kebahagiaan yang teramat membuatku bahagia selain memilikimu." Leon mengusap wajah Zehra dengan begitu lembut. "Bahkan aku tidak peduli pada statusmu sebelumnya, karena aku terlalu mencintaimu, Ze. Aku menyesal sempat mengabaikanmu, jika saja waktu bisa diputar, aku tidak akan pernah membiarkan mu menderita." Zehra menatap Leon begitu sendu. Antara terharu juga kasihan karena nyatanya Zehra belum bisa memberikan cinta pada pria itu seperti Leon mencintainya. Namun, Zehra memang akan belajar mencintai Leon. "Terima kasih, Le. Terima kasih atas cintamu padaku." Zehra tak ingin memberontak dan membuat Leon kecewa lagi. Zehra mulai rileks dan membiarkan Leon melakukan apapun pada tubuhnya termasuk pada bibirnya. Leon mencoba memulai aksinya dengan lembut pada benda itu. Tak ada penolakan dari sang istri, Leon semakin mendalami apa yang dilakukannya. Zehra memejamkan matanya. Sa

  • Maaf Om, Aku Mencintaimu   MOAM# 51. Pasrah

    Leon menatap Zehra begitu dalam. "Aku pun berterima kasih padamu, Ze. Karena kamu masih mau menerimaku, padahal aku ini bukan pria baik-baik." Zehra hanya menghela nafasnya. "Di dunia itu tidak ada manusia yang sempurna, Le. Karena kesempurnaan itu hanya milik Allah." Leon mengecup kening Zehra. "Aku sangat beruntung bisa menjadi suamimu. Aku mohon bawa aku ke jalan yang benar." Zehra teringat pada orang tua Leon yang katanya belum bisa datang karena kesibukan mereka. Dan juga karena Zehra dan Leon belum ingin melakukan resepsi. Namun, Zehra khawatir jika nanti orang tua Leon tahu status Zehra sebelumnya. "Le, bagaimana jika Daddy dan Mommy kamu tidak bisa terima statusku?" Leon menatap Zehra sedikit mengerutkan keningnya. "Sudahlah, Ze. Jangan banyak berpikir akan hal itu. Aku sudah mengatakan pada mereka jika aku mencintaimu, jadi mereka pun tidak bisa mencegahku hanya karena statusmu. Lagipula, aku pastikan mereka tidak tahu hubunganmu dengan Om Jovan sebelumnya." Zehra

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status