Setelah enam tahun pernikahan, suami Aina marah besar karena baru mengetahui jika buah hati Aina bukanlah anaknya. Bahkan, Fakhri tak mendengar alasan Aina, dan menuduhnya selingkuh, hingga menginginkan cerai. Namun, siapa sangka, jika Aina malah kedapatan hamil anak kedua. Aina sempat bersyukur karena Fakhri berniat menunda perceraian mereka hingga Aina melahirkan. Tapi sayang, bahagia Aina hanya bertahan sementara, karena Fakhri justru menambah sakit hati Aina dengan memadu Aina.
Lihat lebih banyak“KATAKAN PADAKU SIAPA AYAHNYA? Siapa ayah Zafran, Aina!!” seru Fakhri penuh amarah.
Aina hanya diam, menundukkan kepala dan tak bersuara sedikit pun. Dia benar-benar shock saat suaminya bertanya seperti itu. Semua berawal saat Zafran, putra pertama mereka masuk rumah sakit akibat penyakit demam berdarah.
Trombosit Zafran turun drastis dan membutuhkan transfusi darah secepatnya. Tadi siang, pihak rumah sakit menghubungi mereka mengatakan jika stock darah golongan B habis dan meminta Fakhri serta Aina segera mendapatkannya di luar sana. Fakhri terkejut mendengar hal itu dan setibanya di rumah, Fakhri malah mencercah pertanyaan seperti ini.
“Kenapa diam saja, Aina?? Kamu tidak mau menjawab pertanyaanku?”
Aina masih membisu, ia bingung harus menjawab apa. Fakhri pasti terkejut saat tahu golongan darah putra mereka adalah B, sementara kedua orang tuanya bergolongan darah A. Harusnya Zafran memiliki golongan darah A juga atau O. Ini malah berbeda. Tentu saja menimbulkan tanya seperti itu pada Fakhri.
“Aina!! Aku bukan orang bodoh. Aku tahu apa yang terjadi.” Fakhri diam sejenak, menghela napas sambil menatap tajam ke Aina.
“Zafran bukan anakku, kan? Dia bukan anakku, Aina?”
Aina masih mematung dan terus menundukkan kepala. Rambut hitam kelamnya terjuntai seluruhnya menutupi wajah cantik Aina. Terlihat gerakan naik turun di bahunya dan Fakhri yakin jika Aina sedang menangis.
“JAWAB!!! AINA!!!” Fakhri sudah meninggikan suaranya membuat Aina terjingkat kaget.
Perlahan Aina mengangkat kepala dan tepat tebakan Fakhri jika istrinya sedang berurai air mata. Bibir merahnya tampak bergetar siap berkata-kata. Fakhri hanya diam menatapnya dengan tajam. Kemudian perlahan, Aina mengangguk.
“I—iiya, Mas. Zafran … Zafran bukan anakmu.”
Seketika hancur hati Fakhri mendengar pengakuan istrinya. Putra pertamanya yang sangat disayang, begitu dipuja dan dimanja sepanjang waktu ternyata bukan darah dagingnya. Fakhri membisu beberapa saat, rahangnya menegang, matanya menyalang dengan beberapa kabut bercampur di sana sementara tangannya sudah mengepal menunjukkan buku-buku tangannya yang kekar seakan siap menghantam siapa saja yang mendekat.
“Siapa … siapa yang melakukannya? JAWAB, AINA!!!”
Aina menggeleng dengan cepat. Uraian air mata sudah bertambah di matanya. Wajahnya terlihat menyesal penuh rasa bersalah, rambut hitam legamnya tampak kusut berantakan. Aina belum menjawab dan terus menggeleng.
Fakhri berjalan mendekat, tangannya terulur dan mencengkram leher Aina dengan keras. Aina terkejut mendapati ulah suaminya. Fakhri terus mendorongnya hingga menabrak tembok. Aina tercekik, susah bernapas. Ia meronta, tangannya bergerak memukul lengan Fakhri agar melepaskan cekalannya.
“Jawab pertanyaanku sekarang atau kamu mati saja, Aina!!”
Aina memelotot dan bergerak semakin cepat memukul lengan Fakhri. Fakhri tidak peduli istrinya meronta. Kali ini hanya mereka berdua di dalam rumah. Asisten rumah tangga dan ibunya Fakhri sedang menjaga Zafran di rumah sakit. Jadi tidak akan ada yang menghentikan perbuatannya.
“Egrrkk … eggrkhh … .” Aina bersuara tak jelas dan sepertinya itu membuat Fakhri kesenangan.
Entah setan apa yang bersemayam di benaknya. Kini hanya kebencian yang ada di dadanya dan dia muak melihat wajah cantik di depannya ini. Fakhri bahkan tidak mau melonggarkan cekalannya. Aina semakin lemas, tangannya yang bergerak lincah kini semakin melemah. Wajahnya juga sudah pucat, matanya tidak melotot seperti tadi melainkan sudah mengatup perlahan.
“FAKHRI!! APA YANG KAMU LAKUKAN?” Sebuah seruan membuat Fakhri terkejut.
Fakhri menoleh bersamaan dengan datangnya seorang wanita paruh baya yang langsung memukul lengannya. Sontak cekalan Fakhri terlepas dan Aina langsung jatuh terkulai ke lantai.
“Kalian ini apa-apaan. Tidak mencari darah untuk Zafran malah bertengkar seperti ini,” ucap Bu Rahma.
Fakhri hanya diam, bahunya naik turun sambil menatap tajam ke arah Aina. Aina diam membisu sambil memegang lehernya yang masih terasa sakit.
“Ibu sudah mendapatkan darah untuk Zafran dan pulang untuk memberitahu kalian.”
Aina tersenyum, kemudian bangkit dan menghampiri Bu Rahma.
“Terima kasih, Bu. Kami akan segera ke rumah sakit setelah ini.” Aina yang menjawab. Sementara Fakhri hanya diam, tetap bergeming di tempatnya.
Bu Rahma mengangguk kemudian tanpa berkata apa-apa lagi sudah berlalu pergi meninggalkan mereka berdua. Aina melirik Fakhri yang masih tak bereaksi sedikit pun. Aina mendekat kemudian meraih tangan Fakhri dan bersimpuh di depannya.
“Maafkan aku, Mas. Aku yang salah. Aku telah bohong padamu selama ini. Aku ---”
Belum selesai Aina meneruskan kalimatnya, Fakhri sudah menarik tangannya dan menepis tangan Aina.
“Jangan sentuh aku, Aina!! Jijik aku melihatmu.”
Aina terdiam, ia mendongak, memandang sosok tampan yang tak mau menoleh sedikit pun ke arahnya. Fakhri tahu jika istrinya sedang memperhatikannya. Fakhri menoleh dan menatap Aina yang masih bersimpuh di depannya. Ia menghela napas panjang dan menghembuskannya dengan kasar.
“Mulai hari ini, urus sendiri anakmu!! Jangan pernah libatkan aku, Aina!!!”
Alih-alih mengiyakan ucapan Fakhri, Aina malah sontak memeluk kaki Fakhri.
“Enggak, Mas. Aku mohon … kamu dengar dulu penjelasanku. Aku mohon.”
Fakhri terdiam, menatap Aina yang masih bersimpuh sambil memeluk kakinya erat. Banyak amarah mengendap di dadanya. Ini adalah kenyataan paling pahit yang diterima Fakhri. Istri yang dipikirnya setia malah telah berkhianat, berselingkuh bahkan berani berbohong padanya.
“Aku … aku gak pernah selingkuh, Mas. Sumpah, demi Tuhan. Aku ---”
“CUKUP!! Aku gak mau mendengar penjelasanmu.”
“Tapi, Mas. Kamu harus dengar. Kamu harus tahu kalau semua yang terjadi itu adalah kesalahan.”
Mata Fakhri mengerucut tajam ke Aina. Aina tampak ketakutan, buliran bening terus bergulir dari matanya dan dia tidak tahu harus berkata apa.
“Aku … Aku ---” Entah mengapa Aina malah tidak bisa berkata sedikit pun.
Fakhri menatapnya dengan sendu. Mata coklatnya berkabut dan Aina melihat banyak titik air berkumpul di sudutnya. Baru kali ini Aina melihat suaminya seperti ini. Sepertinya ia benar-benar melukai hati suaminya.
“Aku apa? Apa kamu mau bilang kalau kamu lebih mencintainya daripada aku? Begitu?”
Aina sontak menggelengkan kepala. Dia sibuk merutuk dirinya mengapa tiba-tiba kesulitan untuk menjelaskan semuanya. Fakhri menghela napas panjang, mendongakkan kepala seakan menahan buliran bening itu luruh. Lalu tanpa melihat ke arah Aina, ia kembali bersuara.
“Baik, aku kabulkan keinginanmu. Aku akan menceraikanmu, Aina!!”
“Saudari Wulan Ariani terbukti bersalah telah melakukan penggelapan uang perusahaan … .” Hari ini adalah hari pembacaan keputusan sidang untuk Wulan. Semua bukti yang terkumpul untuk kejahatan yang dilakukan Wulan sama sekali tidak disangkal dan Wulan mengakuinya. Bahkan dia juga mengaku telah menukar bayi Fakhri dan Aina serta menjebak Aina dengan memberi minuman obat perangsang. Fakhri yang ikut hadir di sana hanya diam mendengarkan. Sesekali ia melirik Wulan yang duduk di kursi pesakitan. Wulan sudah jauh berbeda. Wajahnya tidak secantik dulu, rambut indahnya juga tampak ditata dengan asal apalagi kini tubuhnya semakin kurus tidak seksi seperti dulu. Kalau boleh jujur, Fakhri kasihan melihatnya. Aina yang duduk di samping Fakhri hanya diam. Ia sadar siapa yang sedang diperhatikan suaminya saat ini. Aina tidak berkomentar dan terus memperhatikan Fakhri. “Kamu mau menemuinya?” Tiba-tiba Aina bertanya usai pembacaan keputusan berakhir. Fakhri menghela napas dan melihat Aina.
“Udah, Mas. Mau sampai berapa kali kamu melakukannya?” dumel Aina.Ia berkata sambil menyingkirkan wajah Fakhri yang menempel di dadanya. Fakhri terkekeh sambil terus mendaratkan beberapa kecupan di sana. Ia sama sekali tidak mau melepas pelukannya ke Aina.“Memangnya kamu lupa, kalau Ibu bersama Zafran dan Ryan minta oleh-oleh adik. Makanya aku berusaha mewujudkannya.”Aina berdecak, sambil menyelipkan rambut ke belakang telinga. Fakhri sudah mengangkat kepalanya dan kini duduk bersandar di samping Aina.“Iya, aku tahu. Namun, ini sudah sore, Mas. Kita bahkan melewatkan makan pagi dan makan siang. Aku laper.”Fakhri mengulum senyum saat melihat ekspresi Aina. Kalau mau jujur dia juga sudah merasa lapar. Namun, rasanya Fakhri tidak mau kehilangan satu momen pun dengan Aina.“Ya sudah, aku pesan makanan dulu.”Fakhri membalikkan tubuhnya dan bersiap meraih telepon yang ada di nakas. Namun
BRAK!!!Pintu kamar tertutup dan Fakhri hanya diam melongo berdiri di depannya. Matanya mengerjap berulang saat menyadari jika dirinya sudah berada di luar kamar.“Fakhri!! Kamu ngapain di sini?” seru Bu Rahma.Wanita paruh baya itu terkejut saat melihat putranya berdiri di depan pintu kamar dengan ekspresi wajah bingung. Fakhri menoleh sambil menghela napas panjang.“Istriku baru saja disabotase Zafran dan Ryan, Bu.”Sontak Bu Rahma terkekeh mendengar aduannya.“Sudah, biarin saja. Toh, kamu tadi siang sudah melakukannya. Lagian besok kalian sudah berangkat untuk honeymoon. Jadi biarkan anak-anak bersama bundanya malam ini.”Fakhri menghela napas panjang sambil menganggukkan kepala. Untung saja, tadi siang dia sudah melakukan pemanasan tiga ronde dengan Aina, kalau tidak pasti sangat kesal malam ini.“Apa mau ditemani Ibu tidur, Fakhri?” Tiba-tiba Bu Rahma bersuara dengan menggod
“Fakhri!! Kamu ke mana aja? Dari tadi Ibu telepon gak diangkat!” Suara Bu Rahma langsung terdengar di telinga Fakhri.Fakhri menguap lebar sambil mengucek matanya. Usai ijab kabul di KUA, harusnya Fakhri bersama Aina merayakan resepsi dan tasyakuran di rumah Bu Rahma. Namun, Fakhri malah sengaja mengajak Aina pulang ke rumah baru mereka dan menikmati malam pernikahan lebih awal.“Aku ngantuk, Bu,” jawab Fakhri sambil menguap.“Ngantuk? Memangnya kamu di mana? Kenapa juga Pak Udin gak balik ke rumah?”Pak Udin adalah sopir Fakhri yang baru dan kebetulan tadi Fakhri menyuruhnya untuk istirahat. Sepertinya Pak Udin menurut perintahnya.“Banyak tamu mencari kamu dan Aina. Mereka pengen ketemu, Fakhri.”Fakhri menghela napas panjang. Dari awal, Fakhri dan Aina memang tidak mau melakukan perayaan. Toh, ini bukan pernikahan pertama mereka. Hanya Bu Rahma saja yang telah mengundang para tamu hingga mer
Rabu pagi, satu minggu kemudian tampak kesibukan di rumah Bu Rahma. Wanita paruh baya itu tampak berjalan mondar mandir dari ruang tamu ke kamar Fakhri. Wajahnya terlihat gelisah saat melihat pintu kamar Fakhri masih tertutup rapat.“Ryan, Zafran, coba periksa ayahmu!! Kenapa dari tadi belum keluar? Nenek takut kita datang terlambat ke KUA,” ujar Bu Rahma.Hari ini memang hari pernikahan Fakhri. Sesuai permintaan Aina, mereka akan melakukan jiab kabul di kantor KUA. Setelahnya akan mengadakan tasyakuran dan resepsi sederhana di rumah Bu Rahma.Sebenarnya Bu Rahma ingin merayakan pernikahan kedua putranya ini dengan meriah, tapi Aina dan Fakhri menolaknya. Mereka tidak mau lelah, bahkan sehari setelahnya akan melakukan perjalanan keluar negeri untuk honeymoon.“Iya, Nek!!” Ryan dan Zafran menjawab berbarengan.Mereka berjalan beriringan menuju kamar Fakhri. Baru saja Ryan hendak mengentuk pintu kamar Fakhri, tiba-tiba handel
“TUNGGU!!! STOP!!! Jangan bilang kamu mau mencabut gugatanmu ke Wulan!!” sahut Robby.Rini yang mendengar ucapan Robby tampak terkejut. Hal yang sama juga ditunjukkan Fakhri, sayangnya Robby tidak bisa melihat reaksinya kali ini.“HEH??? Mencabut gugatan ke Wulan? Siapa juga yang mau mencabut gugatan?” ucap Fakhri.Sontak helaan napas panjang keluar dengan kasar dari bibir Robby, bahkan pria bermata sipit itu sudah mengurut dadanya.“Lalu kamu mau minta tolong apa tadi?”Fakhri mendengkus sambil melirik interaksi Aina bersama Zafran dan Ryan di ruangannya.“Aku mau minta tolong kamu percepat pernikahanku.”Kini berganti Robby yang terkejut, mata sipitnya melebar usai mendengar permintaan Fakhri.“Bukannya tinggal dua minggu lagi. Kenapa mau dipercepat lagi?”Fakhri tersenyum sambil menyembunyikan wajahnya. Ia berdiri dan menjauh dari Aina serta kedua putranya. F
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Komen