Share

Bab 89

Penulis: Dewiluna
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-17 22:29:53

Bzzzt.

Ada pesan masuk. Tania meraba handphone di atas kasurnya. Ia mendekatkan benda pipih itu ke wajah.

Pacar: Aku sudah di depan rumahmu.

Kedua mata Tania seketika melotot. Ia langsung terduduk di atas ranjang dengan kepala yang masih sedikit pusing.

“Ini jam berapa?” Tania mengecek jam di layar handphone miliknya.

“Jam lima pagi?!” Tania berdecak tak percaya.

Masih pagi buta di luar sana, tapi Rafael sudah bertandang ke rumahnya.

Pacar: Aku akan menunggu.

“Hm?” Tania memicing sesaat. “Apa maksudnya aku tidak perlu terburu-buru?”

Tania menghela panjang. Ia merapikan rambutnya yang seperti singa sebelum masuk ke kamar mandi.

Anggi juga baru keluar dari kamar dan menyiapkan sarapan. “Tumben?” serunya sedikit heran.

Tania tidak banyak berkomentar. Ia langsung duduk di meja makan, menunggu sarapan siap.

“Kamu enggak bisa tidur semalam?” tanya Anggi khawatir.

Pembicaraan mereka selesai tanpa petunjuk satu pun tentang Rafael. Setelahnya, Tania cuma diam di kamar tanpa keluar sama
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 102

    “Kenapa?” Rafael bisa merasakan Tania yang terus menatapnya tajam. “Ada yang ingin kamu tanyakan padaku?” Tania sedang membantu proses administrasi Rafael sebelum keluar rumah sakit. Ia memaksa ingin menemani. “Tidak,” sahut Tania. “Aku cuma sedang ingat pada adikku yang menyebalkan ….”Tuduhan Tyo benar-benar membuat Tania jadi menaruh curiga pada Rafael. Ia sampai jadi memiliki rencana untuk menggeledah apartemen Rafael diam-diam.“Terima kasih. Semoga cepat sembuh!” Setelah perawat memberi izin, Tania pun mendorong kursi roda Rafael ke pintu keluar. Di sana, sudah ada Dika yang menunggu. “Hati-hati, Pak Direktur!” Dika memperingatkan Rafael saat masuk ke mobil.Tania membantu Rafael duduk sebelum mobil mereka bergerak menuju apartemen. Di lobi apartemen, Tania membantu mendorong kursi roda Rafael seperti sebelumnya. Sementara Dika, setia mengekor di belakang, membawa barang-barang.“Pak!” Dika memanggil saat Rafael membuka pintu apartemennya. “Saya lupa kalau ada pekerjaan yan

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 101

    “Bisa tidak kamu katakan padaku sejak kapan kita saling mengenal?” Tania lelah juga karena Rafael terus memancing rasa penasarannya.Rasanya kepala Tania sampai botak. Ia mencoba mengingat, tapi tak ada satu pun yang terlintas. “Ayo makan bersamaku. Akan aku jawab pertanyaanmu nanti.” Rafael mengajukan penawaran. Tania memicing curiga. Namun, rasa penasaran mengalahkan kewaspadaan Tania. “Aku beli makanan dulu,” ucap Tania seraya beranjak. Namun, Rafael mencegahnya. Ia meraih handphone dari atas nakas dan menghubungi Dika dalam satu gerakan jari. “Siapkan makan malam.” Rafael mengakhiri panggilan setelah satu kalimat. Tania memandang Rafael sambil mendengus. Hidup memang akan lebih mudah jika memiliki jabatan.“Ini makanannya, Pak Direktur.” Dika membawakan pesanan Rafael tak lama kemudian. Tania mewakili menerima makanan itu sambil mengucapkan terima kasih. Dika langsung pamit setelahnya. “Kamu makan duluan, baru aku.” Rafael mengajukan syarat. Tania berdecak kesal, tapi tet

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 100

    “Wah, pilihan yang bagus!” Dika berseru senang. Mereka sudah ada di sebuah toko terkenal di dalam mal, dan Tania sudah menentukan apa yang akan ia berikan sebagai hadiah. “Tentu saja bagus,” sahut Tania sinis. Ia mendengus kesal. Tania menghabiskan waktu semalaman hanya untuk memilih hadiah ini. Ia sampai tidur larut karena terus-terusan bimbang. ‘Hadiah seperti apa yang disukai Rafael? Apa ini cocok untuk Rafael?’ Berkali-kali Tania meyakinkan dirinya sendiri sebelum memutuskan. Ia tidak mau sembarangan. “Pak Direktur pasti suka,” sela Dika. Tania tidak menanggapi Dika lagi. Ia sibuk menyelesaikan proses pembayaran. Tania sedang menyodorkan kartunya pada kasir. “Aku akan menangis kalau dia tidak suka,” lirih Tania pelan. Satu hadiah itu menghabiskan lebih dari satu bulan gajinya. Beruntung Tania masih memiliki sisa uang dari tabungan. Jika tidak, ia pasti tak akan mampu bertahan hidup sampai hari gajian di bulan depan. “Terima kasih!” seru kasir sambil tersenyum lebar. Ta

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 99

    “Maaf aku enggak bisa kasih hadiah yang lebih bagus,” lirih Tania. Ia jadi menyesal sekarang. Padahal Rafael memberikannya cincin berlian seharga miliaran, tapi Tania cuma membeli mainan anak-anak yang tak sampai seratus ribu. “Kupaskan buah itu untukku.” Rafael tiba-tiba saja mengalihkan pembicaraan. Sebelah tangannya yang tidak digips menunjuk menuntut. Rafael sudah mengabaikan tabnya. Pria itu sedang meminta perhatian Tania. “Sebentar. Aku cari pisaunya dulu.” Tania berjalan ke pantry. Ia membuka sebuah lemari kecil, tapi hanya menemukan piring dan peralatan makan di sana. Saat Tania hendak keluar untuk bertanya, Dika langsung membantunya. Tak lama, seorang perawat membawakan pisau buah untuk Tania. “Terima kasih,” ucap Tania pada Dika dan perawat yang membantu. Ia segera kembali ke ruang rawat, lalu mencuci apelnya di wastafel. Tania kembali duduk di samping Rafael dan mulai mengupas apel lalu memotongnya kecil-kecil.“Ini.” Tania menyodorkan sepiring apel pada Rafael. Pr

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 98

    Pacar: Asistenku akan mengantarmu.Tania menghela berat. Ia terbangun di pagi hari dengan perhatian Rafael yang membuatnya sesak. Tania terus saja merasa malu pada Rafael. Jari Tania bergerak. Ia berniat untuk menuliskan penolakan, tapi pesan Rafael masuk bahkan sebelum Tania sempat menekan tombol kirim.Pacar: Dia sudah di depan rumahmu. “Aku jadi tidak bisa menolak,” keluh Tania. Ia terpaksa beranjak dari ranjang. Tania bersiap cepat. Ia tak ingin Dika menunggu lama. “Makan dulu, Tania,” panggil Anggi dari ruang makan.Anggi sudah menyiapkan sarapan untuk semua anggota keluarga, tapi baru Tania saja yang siap berangkat. “Aku masih kenyang, Bu,” tolak Tania. Ia sudah tidak berselera makan sejak kemarin. Makanan yang diberikan Dika semalam saja, hanya berhasil Tania makan tiga sendok. “Makan dulu.” Anggi memaksa. “Kamu harus punya tenaga buat kerja.”Tania terpaksa menurut. Ia duduk di kursi dan hanya mengisi piringnya dengan setengah porsi biasa. “Nanti, kamu mau menjenguk te

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 97

    “Jadi dia sengaja nabrak aku?” Suara Tania bergetar. Ia tidak tahu sudah separah apa kebencian Gilang padanya. Apa yang membuat pria itu sampai ingin menghilangkan nyawa Tania. “Padahal dia pernah menjadi orang yang paling aku sayangi.” Tania tak bisa menutupi rasa kecewanya. Masa lalu tentang hubungan mereka terkadang membuat Tania sakit. Ia sudah tak ada rasa, tapi perihnya masih tersisa. “Kamu hampir mati,” sinis Rafael.Dingin suara Rafael menyadarkan Tania jika ia sudah melakukan kesalahan. Kesalahan Tania yang paling fatal: masih peduli pada Gilang. “Maaf, aku sudah membuatmu terluka.” Tania menyesali lagi kebodohannya.Rafael menghela keras. “Bukan salahmu!” Tania hanya bisa menunduk dalam. Ia terlalu malu untuk berucap lebih banyak. Ruang rawat itu hening, sampai seseorang mengetuk pintunya.“Pak Direktur!” Dika masuk setelah Tania membuka pintu.Keringat bercucuran dari dahi sang asisten. Sepertinya, Dika langsung berlari saat Rafael mengabarinya. “Bagaimana keadaan Pa

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 96

    “Kamu boleh tutup mata kalau capek!” gerutu Tania. “Masa harus aku ajari?”Tania ingin marah, tapi ia juga bersyukur. Keadaan Rafael yang tidak parah membuat Tania merasa tenang.“Kamu sudah menghubungi adikmu? Bagaimana dengannya?” Rafael mengingatkan Tania.Tania tersentak sesaat. Ia baru ingat alasan yang membuatnya sampai jadi begini. “Belum!” Tania meraih handphone di dalam tasnya. Ia langsung memeriksa benda pipih itu dan mendapati pesan dari ibu dan adiknya. Mereka berdua ternyata baik-baik saja. “Maaf!” Tania menutup wajahnya malu.Air mata meleleh lagi dari kedua matanya. Padahal Tania baru berhenti menangis, tapi ia sudah merengek lagi sekarang. “Aku bodoh. Harusnya aku tidak langsung percaya dengan ucapan Gilang. Dia kan buaya pembohong,” sesal Tania. Rafael menghela pelan. Pria itu berdehem keras untuk menarik perhatian Tania. “Jangan menangis.” Rafael berdecak pelan. Ia berusaha duduk, hendak mengulurkan tangan. Namun, Tania langsung mencegahnya. “Aku sudah tidak

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 95

    Dinnn!Klakson berbunyi nyaring. Teriakan dan pekikan terdengar bersahutan. Tania merasakan tubuhnya berguling di jalan sebelum akhirnya berhenti.“Tania ….” Suara Rafael lirih terdengar. Tania membuka matanya perlahan. Ia mendapati dirinya di dalam pelukan Rafael. “Kamu baik-baik saja?” Rafael melepaskan pelukannya. Pria itu meringis, membiarkan tubuhnya terbaring di jalan. Tania yang masih syok tidak langsung bergerak. Ia menarik napas dalam sebelum bisa menyadari keadaan sekitar.“Ada kecelakaan!” Teriakan demi teriakan mulai merayap masuk ke telinga Tania. “Cepat tolong!” Sebuah tangan terulur untuk Tania. Ia masih memandang bingung, mencoba untuk mengingat semua yang terjadi. “Kamu enggak apa-apa, Mbak?” Seorang wanita membantu Tania duduk. “Mobil yang nabrak udah kabur tadi!”Kerumunan menjadi semakin ramai, dan Tania jadi merasa sesak. Saat itu, tangan Rafael meraih tangan Tania. Tania baru menoleh. Ia mendapati dahi Rafael yang dengan darah yang mengalir. Wajah pria i

  • Malam Penuh Gairah Bersamamu   Bab 94

    “Kenapa kamu memberikannya pada orang lain?!” Rafael mendesis tidak terima. Wanita pejalan kaki yang baru saja dihentikan Tania jadi kabur karena takut. Tania mendengus kesal. Ia menoleh, menatap Rafael tajam. “Kamu mau buat aku mati muda?!” Tania balas membentak.“Aku bisa kena diabetes kalau memakan semua cokelat darimu!” keluh Tania. Bahkan, di rumahnya saja, semua makanan pemberian Rafael menumpuk di kulkas, juga di meja makan. Di Grand Velora, Lia dan Keisha sudah menolak dengan halus karena terus-terusan diberi oleh Tania. Fera dan Tasya malah langsung menggeleng. “Ck!” Rafael jadi tidak membalas ucapan Tania lagi. Sebagai gantinya, ia menarik Tania kembali ke wilayah Grand Velora. Sebelah tangan Rafael terangkat, memanggil petugas keamanan Grand Velora mendekat. “Bagikan ini,” ucap Rafael pada petugas itu. Satu kantong besar cokelat diserahkan Rafael. Pria itu lalu menarik Tania kembali ke tempat mobilnya terparkir. Di dalam mobil, Tania melirik Rafael sekilas. Ia mend

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status