Lyra menyesal telah berbicara terlalu banyak.Kalau tahu Kaisar akan begini, dia takkan membicarakan hal penting di kamar.Untungnya, Kaisar tidak melangkah lebih jauh, dia hanya mengusap-usap punggungnya, dan berkata, “Kau melakukan semua ini, sebenarnya untuk apa?”Tubuh Lyra menegang, dia terdiam sejenak lalu menjawab, “Hamba nggak mau dimanfaatkan lagi. Kalau bisa membantu Yang Mulia sekaligus balas dendam, bukannya itu seperti sekali mendayung dua pulau terlampaui.”“Hanya itu?” tanya Kaisar tidak puas.Lyra berpikir sejanak, lalu menambahkan, “Hamba juga berharap Yang Mulia bisa menyelidiki kasus kakaknya Selir Sienna. Kalau kesalahannya kecil, mohon Yang Mulia bisa memaafkannya.”Kaisar berkata dingin, “Kalau kesalahannya cuma kecil, mana mungkin sampai membuat Selir Sienna kehilangan nyawanya? Kau benci ayahmu, tapi nggak benci Selir Sienna? Bukannya dia yang sudah membuatmu gagal keluar istana?”Lyra balik bertanya, “Kalau bukan karena dia, apa Yang Mulia akan benar-benar mele
“Itu memang pantas buat dia,” jawab Lyra tidak mengakui maupun menyangkalnya.Kaisar menatapnya. “Pikirkan lagi baik-baik. Dia itu tetap ayahmu. Kalau dia jadi pengkhianat, kau juga jadi anak pengkhianat. Ini bukan hanya merusak reputasimu, tapi juga akan membuatmu susah naik pangkat di masa depan.”“Hamba nggak peduli,” Kata Lyra. “Meskipun hamba seorang wanita, hamba mengerti bahwa urusan negara adalah yang terpenting. Yang Mulia, tolong bunuh saja dia. Kalau harus diturunkan pangkat sekalipun, hamba bersedia.”Kaisar terdiam.Siapapun pasti merasa bangga dengan pengorbanannya demi kepentingan negara, tetapi raut wajah Kaisar justru berubah muram.Kalau tak peduli dengan pangkatnya, berarti dia juga tak peduli padanya.Lagipula, tindakannya tidak sepenuhnya tentang mengorbankan keluarganya demi menegakkan keadilan, tetapi lebih seperti sedang menyelesaikan dendam pribadi. Dia tahu Lyra membenci Andrian karena telah mengirimnya ke istana. Jadi, hanya dari hal itu, terlihat jelas kal
Lyra menceritakan tentang kematian Selir Sienna dan rencana Ibu Suri. Melihat Kaisar tak menunjukkan reaksi yang berarti, dia menduga kalau Kaisar sudah tahu sejak awal.Menghadapi seorang Kaisar yang mengendalikan segalanya, dia tak punya alasan untuk berbohong. Jadi, Lyra bicara langsung tanpa berbelit-belit.“Ibu Suri demi kepentingan pribadi, mengabaikan negara dan rakyat. Hamba tahu Yang Mulia ingin menumpas seluruh kekuatan mereka sekaligus, dan hanya tinggal menunggu waktu yang tepat.”“Kini waktunya sudah tiba, mereka mulai bergerak. Hamba rela membantu Yang Mulia menyingkirkan mereka, dan membersihkan istana dari pengkhianat.”Kaisar terdiam, memainkan kertas catatan Selir Sienna, ekspresi wajahnya tak terbaca.Lyra bertanya hati-hati, “Yang Mulia nggak percaya pada hamba?”“Aku tentu saja percaya.” Lalu dia balik bertanya, “Aku tadi sudah memperlakukan Mario seperti itu, apa kau tak marah?”Lyra tersentak. Dia tak mungkin bilang tidak marah, tetapi juga tak bisa bilang marah
Lyra berjalan terus tanpa menoleh, tetap mengabaikannya.Damian buru-buru berkata, “Nyonya jangan cemburu. Di hati Yang Mulia hanya ada Anda. Gelar Selir Utama untuk Putri Maura, dan memberinya tempat tinggal di Istana Tulip, semua itu hanyalah formalitas saja.”“Bagaimanapun, perang itu melelahkan dan menguras sumber daya. Selama kedua negara bisa berdamai, satu gelar selir nggak akan berarti apa-apa.”Lyra berhenti, menatapnya sejenak, tampak ingin mengatakan sesuatu namun mengurungkannya.Damian menepuk dada menunjukkan kesetiaannya. “Kalau Nyonya ada perintah, katakan saja. Hamba rela mati untuk melaksanakannya.”Lyra berkata, “Bukan apa-apa. Kalau kau sudah selesai, tolong sampaikan pada Yang Mulia kalau aku ingin bicara dengannya. Tanyakan, apakah malam ini beliau bisa datang ke tempatku.”Damian hampir tak percaya dengan telinganya sendiri. Dia mendongak ke langit, memastikan matahari masih terbit dari timur. Benar, matahari masih terbit dari timur.Mengapa Lyra tiba-tiba berub
Tangan Ibu Suri bergetar, cangkir tehnya berbunyi pelan.Lyra langsung memasang wajah dingin, lalu bangkit berdiri. “Permintaan ini hamba nggak bisa turuti. Ibu Suri sebaiknya mencari orang lain saja!”Ibu Suri buru-buru meletakkan cangkir dan menahannya, “Tunggu dulu, dengarkan penjelasanku dulu.”“Nggak perlu.” Nada Lyra keras dan dingin. “Bangsa Hulu sudah menyerang perbatasan, membunuh dan merampok. Mario dan banyak prajurit sudah mengorbankan nyawa untuk memperoleh perdamaian hari ini. Sekarang kalian malah ingin dia bersekongkol dengan musuh? Di mana hati nurani kalian?”Ibu Suri tak menyangka dia tiba-tiba begitu marah. Dia berusaha menjaga wibawanya.“Bukan begitu. Di dunia ini nggak ada teman abadi, juga nggak ada musuh abadi. Bekerja sama dengan Bangsa Hulu hanya untuk sementara. Setelah Pangeran Andre naik tahta, kita bisa melawan mereka lagi.”“Hah!” Lyra mencibir, “Apa tahta itu sebegitu berharganya sampai kalian rela menghalalkan segala cara?”“Meski Yang Mulia bukan oran
“Ibu Suri, tolong jangan dilanjutkan lagi.” Lyra menutupi wajahnya dengan tangan, suaranya teredam keluar dari sela jarinya, “Memangnya apa yang bisa hamba lakukan? Hamba sendiri saja tak bisa lepas, bagaimana mungkin bisa melindungi mereka?”“Kau bisa.” Ibu Suri berkata tegas, “Asalkan kau mau, kau bisa melindungi mereka seumur hidup.”Lyra menurunkan tangan, matanya memerah, tampak bingung. “Ibu Suri, maksudnya apa? Hamba nggak mengerti.”Ibu Suri mencondongkan tubuh ke depan, menggenggam tangannya erat, lalu berkata pelan. “Katakanlah sejujurnya, apakah di hatimu ada sedikit saja perasaan suka pada Yang Mulia? Kalau kau jujur, aku baru bisa memberitahumu apa yang harus dilakukan.”Lyra segera menggeleng, berkata dengan nada tegas, “Nggak ada, hamba nggak pernah menyukainya.”“Kalau begitu, apa kau ingin dia mati?” tanya Ibu Suri lagi.Lyra mengangguk, “Iya!”Ibu Suri tersenyum puas, “Bagus, anak baik. Aku bersama ayah dan kakakmu sudah menunggu saat yang tepat selama bertahun-tahun.