Anna berdiri di antara keduanya dengan dua tangan membentang menahan tubuh Eldwin dan Raka untuk tak saling mendekat. Raka bersikukuh untuk terus menyerang.
“Sebenarnya apa maumu selalu saja mencampuri urusanku?” bertanya Raka dengan wajah memerah, berusaha maju dan menyerang Eldwin kembali.Anna kembali menghalanginya dengan tangannya.“Asal kau tahu dia adalah orangku, sedangkan kau sudah berani mengganggunya bahkan ini bisa dianggap penculikan. Apa kau pikir aku akan membiarkannya?!” balas Eldwin pun tak mau mengalah.“Kau bilang tidak ada hubungan apa pun dengannya, sekarang berusaha melindunginya. Setelah Anna sekarang perempuan ini kau ingin menguasainya juga.”“Jaga bicaramu!”“Stop!” teriak Anna geram. Dia memandang dua laki-laki di hadapannya bergantian dengan tatapan tajam. Lalu kembali lagi pada Raka. “Kau apa maksudnya dengan menyamar menjadi sopir taksi, kau ingin menculikku?” tanya Anna kesal.“Sayangnya kebetulan itu selalu datang paDi ruangan Eldwin.“Raka datang Tiba-tiba ke restoran ingin membawa Aisha pergi. Kami berusaha melarangnya, Arga bahkan sempat bersitegang dengannya. Tapi, Bu Aisha berubah tiba-tiba dan bersedia ikut dengan Raka setelah Raka mengatakan sesuatu seperti sebuah ancaman,” cerita Fariz.“Ancaman seperti apa, bisa kau jelaskan?”“Arga bilang, pergi denganku atau aku akan membongkar semuanya.” Fariz menirukan gaya bicara Raka dan kata-katanya.“Jelas sekali itu sebuah ancaman. Ada rahasia yang tidak kita ketahui tentang Aisha. Fariz, kau yang menerimanya bekerja di sini apa kau menemukan keanehan atau sesuatu yang janggal darinya?”Mendapat pertanyaan tiba-tiba seperti itu Fariz bertambah panik. Dia jelas tahu maksud ancaman Raka, karena dia sendiri dan karyawan lain mengetahui bahwa Aisha adalah Anna yang sedang menyamar. Namun mereka harus menyembunyikan itu dari Eldwin atas permintaan Anna.“Tidak Pak Eldwin,” jawab Fariz singkat. Eldwin beralih pada Viona dan Arga.“Viona dan Arg
Di dalam mobil di sepanjang perjalanan Anna hanya duduk diam. Membuang pandangan ke luar jendela mobil. Dia tak sepenuhnya memperhatikan apa yang dia lihat di luar sana, yang bergerak begitu cepat seiring mobil yang terus berjalan dengan kecepatan sedang, yang semakin membuat kepalanya menjadikan pusing.Di sampingnya duduk pria lebih dewasa yang sepertinya terus memperhatikan ke arah dirinya. Anna seakan merasakan tatapan itu yang membuatnya merasa risi.“Aku sudah tahu kau ini Anna, jadi kenapa masih menyembunyikan wajahmu di balik kain itu.”Anna merasakan pergerakan tangan Raka hampir menyentuh kain di wajahnya. Anna menghindar dengan cepat hingga Raka gagal melakukan niatnya. Anna memelototinya tajam.“Jangan bersikap tidak sopan, kau pikir aku ikut denganmu untuk diperlakukan seperti ini? Kita tidak ada hubungan apa pun Raka, ingat itu!” Anna sangat marah, terdengar dari nada bicaranya.Raka seakan tak terpengaruh dengan reaksi Anna. Pria itu tetap bisa tersenyum meskipun
Anna masih duduk di ruang kerjanya. Dia ingin fokus dengan pekerjaannya tapi tidak bisa melepaskan diri dari memikirkan Eldwin. Pemuda itu tidak akan muncul selama beberapa hari di restoran, seharusnya tidak ada masalah. Dirinya yang akan menjaga restoran itu seperti sebelumnya. Barusan Eldwin menemuinya dan mengatakan semua itu, padahal sebelumnya ke mana pun dia akan pergi tak pernah mengatakan apa pun, pergi dan pulang sesuka hati. Tapi hari itu dia seakan berpamitan.Anna merasakan sedikit kecemasan, dan satu-satunya cara adalah menemuinya kembali. Pembicaraan singkat itu serasa tidak cukup untuknya.Anna masih bimbang ingin menemuinya sebagai siapa? Aisha atau Anna? Dan seharusnya kehadiran Anna yang bisa membuat Eldwin bahagia dan bersemangat. ‘Tapi tidak, jika aku menemuinya sebagai Anna dia Mungkin akan menjadi lemah dan berat untuk berpisah, mengingat saat ini Eldwin sedang ingin bertemu dengannya.••Malam harinya Aisha pulang. Dari Fariz dia tahu Eldwin sudah pulang s
Aisha memikirkan alasan apa yang tepat untuk bisa menolak permintaan Eldwin, karena jika Eldwin mengetahuinya hari itu sepertinya belum tepat.“Saya sedang berpuasa, jadi saya tidak bisa menemani Anda makan,” jelas Aisha.Eldwin mendesah. Jika itu sudah menjadi Jawaban Aisha dia tidak bisa memaksanya.“Kalau begitu pergilah, aku tidak bisa makan jika ada yang mengawasi.”Aisha tersenyum dibalik cadarnya.“Saya ingin mendengar pendapat Anda tentang masakan saya, apa terlalu asin, manis atau pedas.” Dan dia tetap duduk menunggu di seberang meja di hadapan Eldwin.Eldwin mengabaikannya, kemudian mulai menikmati makanan dengan tenang. Rasanya makanan yang masuk ke mulutnya sama persis dengan masakan buatan Anna. Dia sesekali memandang ke arah Aisha ketika makanan masuk ke mulutnya, dan mendapati bayangan wajah Anna yang duduk di hadapannya, membuatnya bersemangat.Tapi setelah menyadari itu hanya fatamorgana, Eldwin menggeleng-gelengkan kepalanya berusaha menyingkirkan pikirannya t
Anna ingin sekali beranjak dan pergi meninggalkan tempat itu, tapi sebagai Aisha yang belum ada ikatan hubungan apa pun dengan Eldwin mengapa harus terlihat marah mendengar perkataan Erika tentang foto itu. Anna berusaha menahan dirinya untuk tetap bertahan di sana.“Jadi kau ingin memerasku dengan foto itu?” tanya Eldwin.“Kau pintar sekali Eldwin, tapi jangan katakan ini sebagian pemerasan, terlalu kasar. Bagaimana kalau kita anggap sebagai barter saja. Kau berikan uangnya dan aku berikan foto-foto ini.”Eldwin memajukan tubuhnya. Matanya yang hitam menatap Erika tajam.“Kau anggap aku bodoh, apa kau pikir aku percaya setelah menerima foto itu lalu kau akan berhenti memerasku. Kau menyimpan filenya, kau bisa memerasku kapan saja.”Erika tersenyum seakan menertawakan.“Mungkin apa yang kau katakan itu bisa saja terjadi, tapi sebentar lagi aku akan menikah dengan pria kaya seperti Roy, aku mungkin tidak akan terburu-buru untuk meminta uang darimu.”Eldwin beranjak berdiri.“Be
Eldwin telah bersiap untuk melangkah menghampiri Erika dan selingkuhannya, tapi mendadak dia merasakan pegangan tangan Aisha di lengannya terlepas. Eldwin menoleh. Memandang Aisha dengan tatapan Dingin.Aisha memalingkan wajah dan tertunduk, lalu mundur satu langkah menjauh.Melihat sikap itu Eldwin merasa ada yang tidak beres. Tapi dia tidak ingin semuanya menjadi berantakan karena sikap Aisha yang plinplan.Eldwin mendekati Aisha kemudian meraih telapak tangannya. Sepasang mata Aisha langsung membulat sempurna. Dia ingin protes tapi tak mampu.Tak berhenti hanya sampai di situ, Aisha kembali merasakan jemari tangan Eldwin menyusup di jari jemarinya yang ramping. Wajah Aisha kini tampak semakin bersemu memerah, wajahnya terasa panas dan jantungnya berdebar begitu cepat.“Jangan berusaha merusak rencana yang sudah tertata. Fokuskan dirimu bagaimana membuat perempuan bergaun merah menyala itu cemburu, kesal, Dan marah.” Eldwin mengingatkan kembali tujuannya