Share

2

Penulis: Azura Nucifera
last update Terakhir Diperbarui: 2025-03-24 12:44:32

Matahari baru saja terbit, para pelayan berbondong-bondong masuk ke kamar Ruyan untuk mendandani Ruyan agar terlihat sangat cantik. Hal ini sama sekali belum pernah terjadi sebelumnya. Ruyan belum pernah mendapatkan perlakuan yang begitu istimewa seperti ini setelah ibunya tiada. 

Ruyan tampak begitu cantik dengan tubuh yang berbalutkan gaun pengantin berwarna merah serta rambut yang dihias dengan sedemikian rupa. Tak lupa wajah Ruyan juga didandani agar terlihat lebih cantik.

Sementara Ruyan masih bersiap di kamarnya, dua kereta kuda dan rombongan dari Kekaisaran Tianlong sudah sampai di area istana. Raja dan ratu kerajaan Yunxi sudah bersiap di depan pintu utama istana untuk menyambut kedatangan Kaisar Long Shengli. 

Shengli keluar dari kereta kudanya dan membuat pandangan semua orang tertuju padanya. Sosoknya yang terlihat sangat tampan, gagah dan berwibawa, membuat siapa saja yang melihatnya langsung merasa terintimidasi. Shengli memakai jubah kaisarnya yang berwarna merah, jubah yang hanya digunakan untuk pernikahan pernikahan, senada dengan gaun Ruyan. 

“Selamat datang, Kaisar Long,” sambut Yuefeng. 

“Di mana putrimu?” tanya Shengli. 

“Putri kami masih bersiap di kamarnya. Mari silakan masuk,” kata Yuefeng. 

Yufeng dan sang ratu, Yu Ziyan, mengantar Shengli menuju ke sebuah Aula yang sudah dipersiapkan untuk melakukan upacara pernikahan. Sesampainya di sana, mereka duduk di tempat yang sudah disediakan sambil menunggu kedatangan sang pengantin perempuan. 

“Raja Xi, apa makanan favorit putri Anda?” tanya Shengli pada Yuefeng. 

“Kenapa Anda tiba-tiba menanyakan hal itu, Kaisar Long?” tanya Yuefeng balik. 

“Saya hanya penasaran. Lalu setidaknya saya tahu apa yang harus saya berikan pada putri Anda jika putri Anda rindu kampung halaman,” kata Shengli. 

“Yang Mulia, putri kami sama sekali tidak pernah pilih-pilih makanan,” sahut Ziyan. 

“Benarkah? Atau jangan-jangan Anda yang tidak terlalu memperhatikannya,” kata Shengli. 

“Anda tidak perlu begitu memperhatikannya, Yang Mulia. Saya yakin Anda memiliki banyak wanita cantik di istana Anda,” kata Ziyan. 

“Oh? Kalau begitu, bagaimana kalau kita membatalkan perjanjian kita saja?” tanya Shengli. 

“Maafkan perkataan istri saya, Kaisar Long. Tolong jangan membatalkan perjanjian kita,” kata Yuefeng. 

“Kalau begitu, bukankah Anda seharusnya lebih memilih untuk lebih ‘menjual’ putri Anda pada saya, Ratu Yu? Bukannya malah menyinggung banyaknya wanita cantik di istana saya,” kata Shengli. Ziyan hanya bisa terdiam sambil tersenyum pada Shengli. 

Tak lama kemudian, sang pengantin perempuan memasuki aula ini. Ruyan berjalan masuk dengan begitu anggun memakai gaun pengantinnya. Namun, sayangnya mereka tidak bisa melihat kecantikan wajah Ruyan karena seluruh kepala Ruyan ditutupi oleh kain berwarna merah. Ruyan juga tidak bisa melihat dengan jelas karena kain tersebut. Kain tersebut hanya akan dibuka saat malam pernikahan oleh pengantin pria. 

Ruyan terus melangkahkan kakinya lalu berhenti di depan sang kaisar. Ruyan membungkuk pada sang kaisar dan berkata, “Xi Ruyan memberi hormat pada Yang Mulia Kaisar Long.” 

“Bangunlah,” kata Shengli. 

“Terima kasih, Yang Mulia,” kata Ruyan sambil kembali berdiri dengan tegak. 

“Kalau begitu, mari kita mulai saja upacaranya,” kata Yuefeng. 

“Baiklah, langsung saja. Bao,” kata Shengli sambil memanggil salah satu kasimnya. 

Bao berjalan ke arah Shengli sambil membawa sebuah gulungan berisikan titah dari sang kaisar. Bao berdiri di sebelah Shengli lalu membuka gulungan tersebut. Begitu gulungan tersebut dibuka, Ruyan langsung berlutut di hadapan sang kaisar. 

“Dengan ini, Kaisar Long mengangkat Putri Kerajaan Yunxi, Xi Ruyan, sebagai Selir Tingkat Dua dan ditempatkan di Pavilium Embun Pagi,” kata Bao.

Ruyan bersujud pada sang kaisar dan berkata, “Xi Ruyan menerima titah Yang Mulia Kaisar dengan penuh syukur. Semoga Yang Mulia Kaisar selalu diberkahi oleh kedamaian.”

“Bangunlah,” kata Shengli. 

Ruyan pun berdiri dengan dibantu oleh para pelayan. Bao menyerahkan gulungan berisi titah sang kaisar pada Ruyan. Ruyan menerima gulungan tersebut sambil membungkuk. 

“Ayo pergi,” kata Shengli sambil berjalan keluar dari aula ini. 

“Eh? Kaisar Long, kami sudah menyiapkan kamar untuk Anda bermalam di sini,” kata Yuefeng. 

“Tidak perlu. Kami masih harus melakukan perjalanan yang panjang,” kata Shengli tanpa menghentikan langkahnya. 

“Mari Selir Xi,” kata Bao mengajak Ruyan untuk berjalan keluar. Ruyan pun mengikuti arahan dari Bao.

Shengli langsung naik ke atas kereta kudanya tanpa menunggu Ruyan. Bao mengarahkan Ruyan untuk naik ke kereta kuda yang satunya. Setelah Ruyan naik, rombongan mereka mulai bergerak meninggalkan istana ini. 

Tak terasa beberapa jam telah berlalu. Matahari sudah menyingsing ke arah barat, menandakan bahwa sebentar lagi malam akan segera tiba. Rombongan ini berhenti di sebuah penginapan di kota terdekat. 

Pintu kereta kuda yang ditunggangi oleh Ruyan terbuka. Beberapa pelayan membantu Ruyan untuk turun. Setelah Ruyan turun, para pelayan membawa Ruyan ke sebuah kamar. 

Ruyan duduk di atas tempat tidur untuk menunggu kedatangan Shengli. Tak lama kemudian Shengli datang dan para pelayan keluar dari kamar ini sambil menutup pintu. 

Shengli membuka penutup kepala Ruyan. Betapa terkejutnya Ruyan saat melihat wajah Shengli dengan jelas. Wajah Shengli terasa sangat tidak asing bagi Ruyan. 

“Lihan?” kata Ruyan. Ruyan langsung menutup mulutnya menggunakan tangannya begitu dia sadar bahwa dia berkata tidak sopan pada sang kaisar. 

 “Ternyata kau bisa langsung mengenalku, Mao,” kata Shengli. 

Ruyan hanya bisa terdiam sambil ternganga. Ruyan berusaha untuk mencerna informasi yang baru saja masuk ke dalam otaknya. Jadi selama ini Ruyan mengobrol dengan sang kaisar di kedai itu. Terlebih lagi, Ruyan sering bertingkah seenaknya pada Lihan. Ruyan tidak bisa untuk tidak merasa malu saat ini. 

“Maafkan tingkah saya selama ini, Yang Mulia,” kata Ruyan sambil bersujud pada Shengli. 

“Bangunlah. Lagi pula kau tidak tahu kalau Lihan sebenarnya adalah seorang kaisar,” kata Shengli sambil duduk di salah satu kursi yang ada di kamar ini. Ruyan berdiri lalu menuangkan arak ke cangkir Shengli. 

“Kalau boleh tahu, kenapa Anda menyamar menjadi pemilik kedai selama beberapa bulan, Yang Mulia?” tanya Ruyan. 

“Aku hanya ingin mengamati keadaan kerajaanmu saja sebelum aku mengambil alih kerajaanmu,” kata Shengli secara terang-terangan. 

“Jadi, apakah Anda akan tetap menyerang kerajaan saya walaupun saya sudah dijual pada Anda?” tanya Ruyan. 

“Tentu saja. Aku tahu rencana busuk ayahmu itu untuk merebut sesuatu dari wilayahku. Apa kau sedih saat kau tahu aku akan menguasai kerajaanmu?” tanya Shengli. 

“Tidak sama sekali, Yang Mulia. Kalau bisa, saya ingin membantu Anda,” kata Ruyan. Ruyan sama sekali tidak ingin melewatkan kesempatan di mana dia bisa balas dendam pada Ziyan atas kematian ibunya dan perlakuan Ziyan padanya selama ini.

“Ah, kau pasti menaruh dendam pada ibu tirimu itu seperti yang biasa kau bicarakan padaku,” kata Shengli.

“Benar, Yang Mulia. Saya ingin membalaskan dendam kematian ibu saya,” kata Ruyan. 

“Sayangnya aku tidak akan mengambil alih kerajaanmu dalam waktu yang dekat. Jadi kau harus bersabar,” kata Shengli. 

“Saya mengerti, Yang Mulia,” kata Ruyan dengan sedikit kecewa.

“Bagus. Sekarang lepas pakaianmu dan jangan sia-siakan kesempatan malam ini,” kata Shengli sambil menyeruput arak dari cangkirnya.

***

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   21

    Hari ini Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga di kediamannya. Tamu itu adalah Yuyan. Ruyan bertanya-tanya apa maksud kedatangan Yuyan ke tempat ini. "Apa yang kau lakukan di sini? Apa kau sudah dibebaskan?" tanya Ruyan."Sebenarnya aku kabur ...," kata Ruyan sambil memalingkan wajahnya dari Ruyan. Ruyan menatap Yuyan dengan wajah yang datar. "Apa kau belum puas terkena hukuman kemarin?" tanya Ruyan dengan nada sedikit mengancam. Yuyan langsung cemberut lalu berlutut di hadapan Ruyan. "Saya hanya ingin berterima kasih. Tolong jangan hukum saya," kata Yuyan dengan memelas. "Oh? Ternyata kau bisa berbicara dengan lebih sopan," sindir Ruyan. "Tentu saja saya bisa," kata Yuyan. Ruyan menghela napas lalu duduk di tempat duduk terdekat. Sementara itu, Yuyan masih berlutut di atas lantai. "Mau sampai kapan kau seperti itu? Duduklah," kata Ruyan. "Terima kasih Selir Xi," kata Yuyan kegirangan. Yuyan segera duduk di sebelah Ruyan. Yuyan sengaja duduk sangat dekat dengan Ruyan hing

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   20

    Permaisuri mengirimkan dua peti hadiah berukuran besar pada Ruyan. Hadiah itu diberikan pada Ruyan sebagai tanda terima kasih. Ruyan merasa ini semua terlalu berlebihan. Ruyan membuka salah satu peti yang dikirimkan oleh permaisuri. Ternyata isinya adalah perhiasan. Ruyan membuka peti satunya lagi dan ternyata isinya adalah pakaian. Ruyan mengambil salah satu pakaian yang ada di peti itu lalu melihatnya. Ini adalah pakaian dengan ikatan di dada. Itu artinya, ini adalah pakaian yang bisa Ruyan gunakan selama masa kehamilan. Ruyan berpikir bahwa ternyata permaisuri cukup pengertian. "Oh, dari mana barang-barang itu?" tanya Shengli yang baru saja masuk ke dalam kamar Ruyan. Ruyan berbalik lalu membungkuk pada Shengli. "Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Ruyan. "Kau belum menjawab pertanyaanku," kata Shengli. "Ini adalah pemberian Yang Mulia Permaisuri," kata Ruyan. "Ah, sepertinya dia sedang menyindirku," kata Sheng

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   19

    Ruyan terbangun dari tidur cantiknya karena Ruyan merasa bahwa ada seseorang yang mencolek pipinya. Ruyan membuka matanya dan mencari tahu siapakah itu. Ternyata orang yang membangunkannya adalah Wenyuan. "Apa yang kau lakukan di sini, Pangeran?" tanya Ruyan. "Ayah menyuruh saya untuk datang ke sini dan membangunkan Anda," kata Wenyuan. Ruyan tertawa kecil sambil membayangkan Shengli menyuruh Wenyuan untuk datang ke sini. "Kau tidak perlu berbicara dengan formal padaku," kata Ruyan. Ruyan duduk dari posisi berbaringnya. Setelah itu, Ruyan memberi isyarat pada Wenyuan untuk duduk di sebelahnya di atas tempat tidur. "Apa Yang Mulia Kaisar menitipkan pesan untukku?" tanya Ruyan."Ayah bilang, Selir Xi harus lihat Ibuku," kata Wenyuan. "Sekarang?" tanya Ruyan. Wenyuan mengangguk menanggapi pertanyaan Ruyan. "Baiklah, aku akan ganti baju dulu," kata Ruyan. Ruyan segera memanggil Mei untuk membantunya

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   18

    "Ada apa dengan Permaisuri?" tanya Shengli pada tabib yang memeriksa permaisuri. Permaisuri terbaring di atas tempat tidurnya dengan wajah yang terlihat pucat. "Yang Mulia Kaisar, Yang Mulia Permaisuri hanya terkena demam biasa. Sepertinya Yang Mulia Permaisuri terlalu memaksakan diri untuk tetap bekerja hingga akhirnya pingsan," kata sang tabib."Apa Permaisuri akan baik-baik saja?" tanya Shengli. "Yang Mulia Permaisuri akan baik-baik saja setelah beristirahat. Saya akan membuatkan obat penurun demam," kata sang tabib. "Baiklah, pergilah," kata Shengli. Tabib itu membungkuk pada Shengli lalu segera bergegas untuk pergi. Setelah itu, Shengli memberi isyarat pada semua orang di kamar ini untuk keluar. Ruyan dan yang lainnya membungkuk pada Shengli lalu keluar meninggalkan Shengli dan Wanyin berdua di kamar ini. Begitu Ruyan baru saja melangkahkan kakinya keluar dari kamar Wanyin, ada sesosok anak kecil yang menabraknya. Ruyan

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   17

    Saat ini masih tengah hari. Namun Ruyan sedang tertidur pulas di dalam kamarnya. Akhir-akhir ini Ruyan memang sering tidur tanpa mengenal waktu. Shengli datang ke kediaman Ruyan di Paviliun Embun Pagi. Begitu melihat kedatangan Shengli, Mei langsung menyambutnya."Salam pada Yang Mulia Kaisar," kata Mei sambil membungkuk. "Di mana Selir Xi?" tanya Shengli. "Selir Xi sedang tertidur di dalam kamar," kata Mei. "Tidur? Di tengah hari seperti ini?" kata Shengli tidak percaya. "Iya, Yang Mulia. Akhir-akhir ini Selir Xi banyak tidur," kata Mei. Shengli mengangkat satu alisnya. Shengli penasaran kenapa Ruyan jadi banyak tidur seperti itu. Rasa penasaran Shengli berubah menjadi rasa khawatir. Apakah Ruyan sedang sakit?Shengli bergegas masuk ke dalam kamar Ruyan. Matanya langsung tertuju pada Ruyan yang tertidur lelap di atas tempat tidurnya. Shengli duduk di atas tempat tidur Ruyan lalu menggoyangkan bahu Ruyan perlahan untuk membangunkannya. "Ruyan, bangunlah," kata Shengli. Ruyan m

  • Mawar Berduri di Istana Kaisar   16

    Hari ini, tiba-tiba Ruyan mendapatkan tamu yang tidak terduga. Orang itu adalah Selir Tingkat Tiga Meng Qinghe. Ruyan sangat bertanya-tanya kenapa Qinghe datang mengunjunginya.Qinghe membungkuk pada Ruyan dan berkata, "Salam pada Selir Xi.""Bangunlah," kata Ruyan.Qinghe pun kembali berdiri dengan tegak. Ruyan memberi isyarat pada Qinghe untuk duduk hadapannya."Ada perlu apa datang kemari Selir Meng?" tanya Ruyan penasaran."Saya hanya ingin berbincang santai dengan Anda, Selir Xi," kata Qinghe."Oh baiklah," kata Ruyan sambil mengangkat satu alisnya.Qinghe memberi isyarat pada pelayanannya untuk mendekat. Qinghe membuka keranjang yang dibawa pelayannya lalu mengambil isi dari keranjang itu. Ternyata isi dari keranjang itu adalah sepiring kue. Qinghe menyajikan piring itu di atas meja."Selir Meng, apa maksudnya ini?" tanya Ruyan."Saya hanya membawakan camilan untuk An

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status