Hitungan mundur menuju start berbunyi. Tepat saat hitungan mundur berakhir, kedua go-kart itu melesat secara bersamaan.Candra berjinjit, menjulurkan leher untuk melihat ke bawah ke lintasan. Pandangannya dan Sandro terus mengikuti kedua go-kart yang sedang melintas di arena.Melihat Anne tertinggal beberapa detik, kegembiraan di mata mereka langsung lenyap.Candra menggaruk rambutnya sembari berkata, "Kupikir Anne akan memimpin."Hati Sandro menegang begitu melihat Anne tertinggal. Dia berkata, "Tunggu sebentar lagi."Setelah mengatakan itu, dia melihat jarak Anne dan go-kart di depannya semakin melebar"Wah!" seru Candra. Dia menoleh kepada Andre dan berkata, "Tuan Andre, temanmu hebat juga!"Candra kemudian memperhatikan Sasha dan Ziko yang berdiri di samping Andre. Dia tersenyum dan berkomentar, "Tuan Andre, kamu kebagian tugas buat jaga anak-anak ya?"Dia kira Wanda masih sibuk, jadi Andre membantunya mengasuh anak.Andre mengabaikannya.Sasha membusungkan dadanya dan dengan bangg
Dia menyesap kopi, lalu berkata dengan santai kepada Candra dan Sandro, "Tadinya aku cuma main go-kart santai di perusahaan, siapa sangka malah jadi rekor tercepat. Akhirnya ada yang memecahkan rekorku, hebat juga. Tapi ....Anne menaruh tangannya di atas pagar, kemudian menunduk. Dalam sehari, rekornya dipecahkan oleh dua mobil go-kart, bahkan kedua mobil itu sedang membawa dua anak kecil. Artinya, kalau mereka tidak membawa anak kecil, putaran mereka akan lebih cepat lagi.Anne mengernyit. "Sudah bawa anak kecil, masih saja nyetir secepat itu. Bahaya sekali."Ada nada mencela dalam suaranya. Candra lalu berkata dengan niat menyanjung, "Main santai saja kamu sudah bisa pecahkan rekor, gimana kalau kamu main serius? Bukankah itu artinya nggak ada yang bisa memecahkan rekornya nanti?"Anne menjawab, "Rekor tercepatku mungkin sepertiga kali lebih cepat dari ini.""Wah!" seru Candra dan Sandro dengan kaget, kekaguman di mata mereka semakin terlihat."Ssst!"Di lintasan, go-kart terdepan
Wanda menyadari bahwa ekspresi kecil Ziko sangat beragam.Dia sepertinya lebih menahan diri daripada sebelumnya. Anak kecil dewasa berusia 5 tahun ini, memandang Wanda dengan kagum juga ketergantungan. Namun, anak ini malah mengepalkan tangannya erat-erat di hadapan Wanda, tidak membiarkan dirinya melangkah maju.Dia berusaha sekeras mungkin untuk menjaga jarak dari Wanda.Dia datang ke sini karena ingin bertemu Wanda, tapi malah tidak berani mendekat.Wanda berjongkok dan mengulurkan tangannya.Ziko tertegun menatapnya. Dia merasa seolah baru saja dipeluk oleh kelembutan dan kehangatan.Sementara itu, perhatian Sasha sudah dicuri oleh permainan di ruang rekreasi. "Wah, ada go-kart!""Ibu, kita boleh main go-kart, nggak?" tanya Sasha dengan senyuman polos.Pertanyaan ini, Wanda tanyakan kembali kepada Ziko, "Apa kita mau main go-kart?"Mata gelap Ziko berbinar bagaikan bintang di langit. Dia mengatupkan bibir merah mudanya sambil mengangguk ke arah Wanda.Dia mengulurkan tangannya, lal
Giana berseru, "Wanda, kamu terlalu ambisius!"Di matanya, Wanda tidak pantas memiliki ambisi sebesar itu.Wanda tersenyum dan membalas, "Tapi Bu Giana, kamu juga mulai bersemangat, bukan?"Karena pemikirannya sudah tertebak, Giana pun tertawa pelan, kemudian berkata, "Lima persen saham Grup Lukita. Bagus, bagus sekali! Kalau kamu mampu, aku tunggu kamu merebut saham Grup Lukita ini dari tanganku! Dalam tiga bulan, kalau ada kesalahan dalam kerja sama kita dengan pemerintah kota, kamu cuma punya dua pilihan, yaitu mati atau dipenjara!"Bukan sembarang orang yang bisa menantang Giana untuk bertaruh. Setiap orang yang berusaha mengambil keuntungan besar darinya, harus mati di tangannya. Wanda merendahkan suaranya dan menekankan, "Karena aku telah berjanji, aku harap Bu Giana akan bekerja sama sepenuhnya denganku." Giana menanggapi kata-katanya, "Tentu saja aku akan bekerja sama denganmu. Orang bodoh dan orang gila itu beda tipis. Wanda, entah kamu ini bodoh atau gila, aku ingin lihat
Dia tampaknya tak menyadari bahwa kata-katanya ambigu. Anre hanya menatap dengan mata berbinar, menantikan apa yang akan Wanda lakukan selanjutnya.Pria itu menatapnya cukup lama, berusaha keras memutar otak untuk mencari tahu isi hati Wanda yang sebenarnya.Akhirnya, orang yang pertama jatuh cinta, dialah yang kalah duluan."Kubuatkan .... Kamu minta apa pun, pasti akan kukasih."Andre pun langsung membuatkan teh untuk Wanda, sementara Wanda memandangi pria itu, mengagumi postur pria itu saat membuatkan teh untuknya.Melihatnya begini, sungguh menyenangkan.Wanda terus duduk di meja dan membaca dokumen, tapi dia juga menantikan dengan tenang.Setelah tehnya siap, Andre membawakan cangkir teh itu, kemudian meniupnya sebentar sebelum menyerahkannya pada Wanda.Aroma teh menyeruak ke hidungnya. Saat meminum teh itu, dia merasa gembira.Saat itu juga, muncul lagi undangan panggilan video dari Giana.Bibir Wanda menyungging. Dia menekan tombol jawab, matanya yang cerah itu menatap Giana de
Ketukan di pintu kantor presdir itu terdengar sangat mendesak.Pria yang menahan Giana semakin bersemangat. Dia mencium wajah wanita itu dengan penuh gairah, seolah enggan melepaskannya.Giana berdecak dan mendorongnya. Pria itu pun langsung menahan diri begitu melihat ketidaksenangan dari pria itu.Seluruh staf perusahaan duduk di depan komputer masing-masing, menyaksikan kejadian ini.Ternyata, mereka sedang disuguhi gosip terbaru!Yang ditayangkan ini bahkan bukan video cabul Giana, jadi tidak perlu dilakukan verifikasi wajah untuk tahu keasliannya.Ini merupakan siaran langsung!Asisten pria itu dengan hati-hati mengancingkan pakaian Giana dan merapikan ujung gaunnya.Saat Giana sudah berpakaian lengkap, asisten pria itu berbalik untuk membuka pintu.Pintu kedap suara kantor presdir terbuka. Ekspresi sekretaris administrasi langsung muram begitu melihat asisten pria itu. Dia sadar bahwa video barusan adalah siaran langsung, bukan video rekayasa wajah buatan AI."Ada apa?" tanya Gi