Share

Kalap

Author: Kiki Miki
last update Last Updated: 2025-03-13 12:58:14

Perjalanan dari rumah dinas Pak Hartawan normalnya memakan waktu sekitar dua puluh menit, namun Kai yang membawa mobil itu secara ugal-ugalan mampu menempuh perjalanan kurang dari lima menit karena amarahnya.

Sesampainya di rumah, Kai langsung turun dari mobil dan menarik tangan Raya dengan paksa dan menyeretnya ke dalam kamarnya.

“Kai, kamu mau ngapain?” tanya Raya berusaha bersikap tenang ketika ia melewati pintu kamarnya sendiri.

Ya, selama ini Raya dan Kai tinggal dalam kamar terpisah. Kamar Kai berada di lantai dua paling pojok.

Meski tidak yakin terhadap apa yang ingin dilakukan Kai, namun Raya tahu bahwa Kai hanya ingin mengintimidasinya.

“Kamu mau tau aku mau ngapain kan? Sini biar aku kasih tau!” katanya sambil menarik Raya masuk ke dalam kamarnya dan menghempaskan pintu kamar dengan keras.

“Kamu sudah sejauh ini, Raya! Kamu bersikap seolah kamu adalah istri sungguhan. Kamu membuat ayah dan ibuku membenci aku anaknya sendiri! Kau dengar tadi? Papa bilang aku tidak usah menganggapnya ayah lagi sebelum aku memperlakukan kamu seperti istriku yang semestinya. Kamu senang kan? Baik, sekarang aku akan membuatmu menjadi istri sungguhan!”

“Kamu …”

Raya belum menyelesaikan ucapannya ketika Kai menarik pinggangnya dan langsung menyatukan bibir mereka. Tak hanya kecupan, Kai juga langsung melumat bibir Raya tanpa persetujuan wanita itu sebelumnya. Ini adalah ciuman pertama mereka sejak dua tahun menikah.

Sudah sejak lama Kai menginginkan Raya terintimidasi olehnya, namun kenyataannya wanita itu terlalu tangguh dan tak bisa diremehkan. Tapi lihat saja nanti apakah dengan cara ini wanita ini masih tidak terintimidasi juga?

Kai tidak yakin! Dalam lima menit kedepan Kai yakin wanita itu akan ketakutan dan memohon ampun untuk tidak menyentuhnya. Dengan begitu Raya akan mundur dengan teratur dan menghilang dari hidupnya.

Tapi Raya masih bergeming, meski kaget dan membatu seperti pohon pisang, perempuan itu tetap bertahan tak mendorong ataupun menolaknya.

Tak cukup hanya dengan mencium, Kai memeluk dan mendekap Raya sambil memasukkan tangannya ke dalam baju istrinya itu. Tangannya mengusap punggung halus yang sebagian masih terhalang oleh pengait bra yang menyangga gundukan kembar itu

Ayo minta ampun padaku, Ray! Katakan kalau kau menyerah dengan pernikahan ini dan bersedia meninggalkan aku!

Sebelah tangan Kai mencoba melepaskan pengait bra di belakang punggung istrinya itu, sementara tangan yang satu menelusup masuk ke dalam cup bra Raya dari depan. Terasa lembut dan …

Hati Kai berdesir. Tiba-tiba saja hasrat ingin memberikan Raya pelajaran tadi berubah menjadi penasaran.

Kai meremas payuudara yang berukuran segenggaman tangannya itu. Terasa kenyal dan menggoda untuk dimainkan.

Klik!

Pengait bra itu terlepas hingga penyangga dada yang penuh itu turun. Kai tak tahan lagi untuk tidak mengangkat naik kaos milik Raya.

Masih dengan posisi berdiri, Kai menyesap puncak dada itu.

Ahh ..

Raya menggigit bibir untuk mencegah suara erotis itu keluar dari mulutnya. Ia tak menyangka kalau Kai akan sejauh ini menyentuhnya. Sekarang otaknya ingin agar ia mendorong Kai, namun gelenyar aneh dan rasa seperti ada ratusan kupu-kupu menyergap perutnya, membuat Raya tak berdaya.

Masih menyesap gundukan kenyal di sebelah kanan Raya, sambil tangannya memilin dan memutar puncaknya, Kai menuntun Raya untuk mengikuti langkahnya sampai ke ranjang.

“Lumayan!” kata Kai sedikit mengejek.

Kai menghapus bibirnya yang basah dengan liur setelah bermain dengan benda kenyal itu beberapa saat. Sungguh dalam hatinya ia mengakui bahwa ia candu memainkan benda padat namun kenyal itu.

“Kai, sudah cukup … “

Raya berusaha mencegah Kai melakukan hal yang lebih jauh lagi. Tapi terlambat, Raya tidak tahu kalau Kai saat ini benar-benar penasaran ingin mencicipi tubuhnya. Selama ini dia tidak pernah tertarik karena tubuh sintal itu selalu dibalut oleh outfit sederhana bernuansa elegan sehingga kesan seksi tubuh itu tertutupi.

Kai kini melepas sepenuhnya kaos raya dan juga branya. Tak bisa ia sembunyikan kilatan kagum dari matanya. Pulen, berisi, dan ranum, sangat sayang jika barang sebagus itu dianggurkan.

“Kai, kita harus bicara, tolong stop!”

Raya berusaha melakukan negosiasi dan berusaha melakukan perlawanan, tapi Kai sigap menangkap tangan Raya dan mengikat kedua tangan wanita itu dengan bra ke tiang dipan tempat tidur.

“Kai, dengarkan aku dulu …”

“Berisik! Ini yang kamu mau kan? Bercinta seperti suami istri sungguhan!” kata Kai dengan suara napas menderu.

Kai kini berada di antara kaki Raya. Ia lantas membuka kancing celana dan menarik turun celana itu beserta celana dalamnya. Terlihat pemandangan yang membuat salah satu bagian tubuhnya langsung mengeras di bawah ssana.

“Kamu mau apa? Lepasin aku, Kai!” tanya Raya yang mulai panik setengah mati.

Raya tidak menyangka akan terjadi hari ini. Ia berharap kalau Kai tidak benar-benar ingin mengambil kesuciannya hari ini.

Raya terkesiap ketika merasakan kakinya dibuka lebar-lebar oleh Kai dan pria itu menundukkan kepalanya di area V Raya.

Raya menggelinjang tak karuan merasakan benda licin tak bertulang itu bergerak-gerak menyapu benda v miliknya. Gila, ini gila! Apa yang dilakukan pria ini? Kenapa bisa? Apa dia tidak jijik?

“Kai, jangan begini … ah …”

Kepala kai terlihat bergerak-gerak di bawahnya, jari jempol pria itu jg ikut memainkan daging kecil di antara labial itu di sana sana. Terkadang bibir lelaki itu menyesap dan melumat juga.

“Apa yang kau lakukan?” tanya Raya sambil terengah-engah mencengkram seprai.

“Aku ingin meruntuhkan kesombonganmu, Ray. Perempuan yang merasa sok suci, kau yakin tidak menikmati ini?”

Kai kini memilin-milin daging kecil di antara paha Raya, memutar-mutarnya bergantian arah. Sementara Raya di luar kemauannya tak sadar menggeliat-geliat menggoyangkan pinggulnya ke sana kemari.

“Ayo mendesah, Ray. Aku bantu. Agar kau bisa merasakan jadi jalang juga,” bisik Kai dengan tawa jahat.

Ya, Kai geram karena pernah beberapa kali Raya bahkan orang tuanya menyebut Vero dengan sebutan itu. Bagaimanapun Kai tidak suka orang yang dicintainya dikata-katai seperti itu.

Raya tak berdaya meski ia sakit hati saat Kai kembali memainkan tangannya di bawah sana sementara mulut dan sebelah tangannya meremas dan melumat puncak payuudaranya.

Kai menggesek jarinya di belahan labia Raya naik turun semakin cepat dan cepat sampai terdengar suara becek yang memalukan di sana. Dan setelah berupaya menahan serangan Kai selama beberapa menit dengan cara itu akhirnya Raya mengalami pelepasan itu.

“Ahh …” erang Raya tertahan. Sesuatu dari dalam dirinya terasa melebur keluar. Dirinya seketika lemas. Ini pertama kalinya ia merasakan ini. Rasa nikmat bercampur sakit hati.

Kai melepas tangannya dari bawah Raya dan melihat dengan puas hasil perbuatannya.

“Bagaimana? Kamu basah sekali. Enak?” ejek Kai seraya turun dari ranjang dan mengelap tangan dan mulutnya yang belepotan cairan Raya dengan tisu.

Raya lemas tak berdaya. Sungguh, dia benar-benar kalah malam ini.

“Kau memang brengsek!” umpat Raya di antara deru napasnya yang memburu.

“Itu baru awal, Ray. Belum permainan intinya. Pokoknya aku akan mengabulkan keinginanmu dan ayahku untuk menjadikanmu istriku yang seutuhnya.”

Setelah itu Kai membuka kancing celananya dan mengeluarkan senjata andalannya dari sana. Kai mengocok alat vitalnya. Dari kantong celananya pria itu mengeluarkan ponsel dan membuka galeri.

Raya tidak mengerti dan tidak ingin tau apa yang sedang dilakukan Kai sekarang. Lututnya terasa lemas oleh pelepasan pertama yang dilakukan oleh Kai tadi kepadanya. Sungguh ini benar-benar orgasssme pertama untuk dirinya.

Raya berusaha untuk bangkit sebelum Kai benar-benar membuat kata-katanya menjadi nyata.

“Kai lepaskan aku!” pinta Raya.

Sekarang dirinya merasa khawatir melihat Kai yang sedang melakukan gerakan yang sama berulang-ulang agar miliknya mengeras sempurna.

“Lepaskan? Kita bercinta dulu, Sayang. Jangan egois, aku tadi sudah memuaskanmu lebih dulu. Sekarang giliranku!”

Andai Kai hanya meminta haknya, mungkin Raya akan berusaha ikhlas meski lelaki itu menyentuhnya tanpa cinta, tapi tidak …

Kai memegang ponselnya dan mendengar suara erangan dari ponsel itu.

“Ini making love pertama kita, tapi sungguh aku tidak mencintaimu dan sedikitpun aku tidak bisa ‘bangun’ meski melihat kau telanjjang begini. Aku butuh bantuan Vero untuk melakukannya,” dusta Kai tanpa perasaan sambil menunjukkan layar ponselnya di mana Vero sedang polos mengerang karena ulahnya.

Entah kapan video syur Vero itu direkam, dan entah sejak kapan Kai menyimpannya, Raya tidak pernah tau. Yang dia tau ini menyakitkan. Bagaimana bisa seseorang suami berhubungan intim dengan istrinya sambil melihat video syur wanita lain yang dicintainya

Kai kembali membuka kaki Raya lebar-lebar sambil sebelah tangannya memegang HP dengan suara Vero yang mendesah nikkmat di HP.

“Kamu sudah basah, Sayang. Ini mah gampang dimasukin. Nggak bakal sakit. Kamu masih perawan kan?” ejek Kai.

“Kamu keterlaluan Kai. Kamu seharusnya nggak boleh melakukan ini kepadaku. Kamu jahat!!!” kata Raya hampir menangis.

“Kalau kamu tahu aku jahat, harusnya kamu menolak permintaan Papa untuk menikah denganku. Harusnya kamu jauh-jauh dari kehidupanku!”

Kai menyeringai tak peduli. Ia kini menggesek-gesek ujung senjatanya dan mulai mencari-cari pusat kenikmatan Raya dengan meraba-rabanya.

Ok, pas!

Baiklah, Kai! Mari menuju tak terbatas dan melampauinya.

Senjata tumpul itu ia dorong dan merengsek masuk.

Terasa ada yang menghalangi. Ternyata benar Raya masih original virgin.

Kai menuntun lagi miliknya dan memposisikannya agar pas. Lalu … ia dorong sekuat mungkin.

Senjata itu terasa sesak namun tetap memaksa masuk, sementara itu Raya meringis sambil mengernyitkan kening. Terasa ada yang robek di bagian bawah tubuhnya, terasa ngilu saat pertahanannya didobrak masuk.

Sekali lagi! Kai menarik mundur benda itu dan memasukkannya lagi secara berulang hingga goa hangat itu terasa sedikit leluasa. Usai itu, pria itu pun melakukanya dengan brutal sambil menonton video Veronica.

Sakit. Rasanya sakit tak hanya tubuhnya, tapi jiwa dan raganya juga.

Air mata Raya menetes di sudut matanya tanpa ia keluar sepatah katapun. Ia membiarkan saja Kai maju mundur di atasnya, melakukan apa pun yang dia mau, meremas, memilin puncak dadanya dan juga memilin k*cang kecil di antara labianya.

Setelah beberapa saat pria itu pun memperlambat gerakannya dan membasahi v Raya dengan cairan kental itu.

Raya pikir itu sudah usai , nyatanya Kai belum cukup. Pria itu kini melempar ponselnya lalu membuka ikatan bra pada pergelangan tangan Raya namun bukan untuk melepaskan Raya melainkan menelungkupkan badan istrinya itu dengan posisi kepala Raya di atas bantal.

Kai mengangkat sedikit perut Raya untuk membuat posisi Raya n*ngging.

Raya merasa dua jari kai masuk ke dalam lobangnya dan keluar masuk di sana sebelum pria itu memasukinya lagi sambil memeluknya dari belakang. Raya tak berdaya saat ia merasakan milik Kai menghunjamnya dalam-dalam. Perih seakan terbakar.

Raya bergetar saat posisinya diubah lagi. Kali ini posisi ia menduduki barang Kai. Dan kembali pria itu mengayun dirinya dari belakang sambil meremas payudaraa Raya. Sementara Kai mengecupi belakang telinganya.

“Keluarkan, Ray! Kita bareng-bareng!”

Entah kenapa nada Kai kali ini lebih lembut di telinganya seperti merayu, tidak sama seperti beberapa waktu lalu.

Raya enggan menuruti karena sakit hati, tapi saat Kai menstimulasi kliitorisnya lagi, Raya seperti menggila ikut mengimbangi ritme Kai di belakangnya.

“Kau seksi, Raya. Beri aku denyutan itu lagi, ayo! I love it. Kamu seksi, Honey. Shiiit!”

“Ahhhh ….”

Raya mengerang merasakan bagian bawahnya berdenyut kuat seiring Kai meremas kuat dadanya dan memaksa ia menoleh ke samping. Di saat bersamaan Kai menciumnya, mencubit kliitorisnya dan menghunjam dalam-dalam V-nya. Puncak pelepasan yang sempurna! Raya melenguh nikmat.

Kai merasakan denyutan yang diinginkannya, hangat dan menjepit membuatnya merasakan orgasssme detik itu juga.

“Rayaaa, arhh shit, … aku keluar …”

Bersamaan dengan itu, cairan Kai keluar lagi menyirami v Raya, dan mereka pun tumbang bersama.

***

Bersambung...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Membuatmu Takluk Padaku   Bandara

    “Apa-apaan orang ini? Menyebalkan sekali!” gerutu Raya.Ia memilih mengabaikan chat Kaisar dan berniat untuk merobek tiket yang baru saja diberikan oleh ARTnya itu. Namun niatnya itu urung ia lakukan karena tiba-tiba mertuanya meneleponnya.“Ya, Ma?” sapanya setelah panggilan telepon itu tersambung dengannya.“Raya, kamu nggak lupa kan kalau minggu ini kamu dan Kai mau menghadiri undangan pernikahan putra Pak Wapres?” tanya Bu Irma to the point.Astaga! Raya menepuk jidatnya sendiri. Kenapa untuk hal sepenting itu dia lupa? Beberapa minggu ini sepertinya dia terlalu terlena oleh masalah hubungannya tidak jelas itu dengan Kai. “Ada telepon dari butik loh. Katanya baju yang kita pesan untuk kamu dan Kai itu sudah jadi, tapi kamu belum jemput-jemput. Lupa atau gimana, Ray?” Raya menghembuskan napas kesal terhadap dirinya sendiri.“Ah, iya Ma. Maaf, aku sampai lupa. Nanti sore aku ke butik deh buat ambil bajunya,” janji Raya. “Nah gitu. Coba Mama nggak kasih tau kamu, bisa-bisa sudah d

  • Membuatmu Takluk Padaku   Kamu Pilih Yang Mana?

    “Aku nggak setuju kamu pergi. Kalaupun memang kamu harus pergi, aku harus ikut!” tuntut Vero lagi.Kai geleng-geleng kepala sambil menatap Vero tak habis pikir. Semakin lama Veronica semakin keras kepala berbeda dengan sifat yang dia tunjukkan di awal-awal mereka pacaran dulu.“Ver, semakin lama semakin nggak ngerti sama kamu. Kamu tahu sendiri kita itu terlibat dalam skandal. Dan Pak Abhi sudah menyuruh kita untuk saling menjauh dulu selama beberapa waktu ke depan. Dan lagi bagaimana ceritanya kamu mau ikut sementara ada mama sama papaku di situ. Kamu mikir donk!” tandas Kai.“Pokoknya aku nggak mau tahu, Kai. Kamu nggak boleh pergi! Kalau memang kamu capek karena syuting ya liburan aja di rumah nggak perlu ada acara ke luar kota segala kan?” Kai menghela nafas panjang. “Dengar, Ver. Kami ke Bali sekalian menghadiri undangan nikahan anak pak wakil presiden. Gimana ceritanya nggak datang? Dan kamu nggak usah mikir yang aneh-aneh ya! Aku dan Raya nggak bakal melakukan sesuatu sepert

  • Membuatmu Takluk Padaku   Aku Nggak Setuju!

    Raya sengaja baru keluar dari kamarnya agak siangan, walaupun dia telah bangun dari sejak subuh tadi. Wanita itu enggan keluar kamar karena malas jika harus bertemu dengan Kai. Raya baru keluar setelah ia memastikan Kai sudah keluar dari rumah. Entah itu untuk syuting atau bertemu dengan Vero Raya sama sekali tidak peduli. Dia jenuh selalu terlibat konflik dengan Kai. Saat hendak turun ke bawah untuk sarapan, ponselnya berdering. Raya memutuskan untuk membawa ponsel itu turun sekalian mengangkat panggilan telepon yang rupanya berasal dari Daniel itu.“[Baru bangun?]” tanya Daniel yang bisa mendengar dengan jelas suara parau Raya. “Umm, iya,” jawab Raya berdusta.Raya tidak ingin Daniel tahu suara parau yang didengar oleh sahabatnya itu berasal dari sisa ia menangis tadi malam. Ya, dia memang sempat menangis dan meratapi nasibnya yang selalu diperlakukan oleh Kai semena-mena. Namun rupanya Daniel tidak begitu saja percaya. Dia curiga sepeninggalannya pergi tadi malam, pasangan su

  • Membuatmu Takluk Padaku   Jangan Pikir Aku Akan Cemburu!

    “Kai!!” protes Raya tak terima kan sikap Kai yang dia pikir tidak sopan itu.“Kenapa, Sayang? Apa yang aku bilang benar kan? Ini sudah jam 10.00 malam dan kamu baru pulang? Kamu bahkan nggak pamit ke aku mau pergi ke mana. Tau nggak, dari tadi aku nungguin kamu pulang?!” balas Kai tak kalah sengit. “Yang nyuruh kamu nungguin aku siapa? Terus apa katamu? Pamit? Nggak sal …”“Ray, sudah!” sela Daniel menengahi pertengkaran pasutri yang ada di depan nya itu. Raya mendengus kesal. Hampir saja dia menunjukkan di depan Daniel bagaimana hubungannya yang sebenarnya dengan Kai. “Aku nggak apa-apa, kok. Benar Apa kata Kai, harusnya kita sudah sedari tadi pulang. Kai, maaf. Aku harusnya minta izin ke kamu dulu sebelum membawa Raya pergi ke acara pernikahan guru SMA kami,” ucap Daniel memohon maaf pada Kai.“Bagus kalau kamu ngerti,” jawab Kai sinis.Daniel mengangguk. Ia merasa masih perlu memberikan sedikit penjelasan lagi alasan keterlambatan mereka pulang hingga malam seperti ini.“Sebena

  • Membuatmu Takluk Padaku   Kelewat Malam

    “Udah ya, Ver. Aku sebenarnya lagi buru-buru nih. Tadi Mama suruh aku Jangan lama-lama karena harus mampir di apotik ini juga untuk beli obatnya Papa,” kata Kai beralasan.“Ah, itu mah alasan kamu aja itu. Kok aku merasa akhir-akhir ini kamu suka menghindar dari aku ya? Kamu nggak sedang ada perempuan lain di hati kamu kan?” tuduh Vero.“Duh, Ver. Kamu jangan suka mengada-ngada. Perempuan lain apa sih? Siapa?”“Raya misalnya?” Vero semakin memicingkan matanya. Kai geleng-geleng kepala. Sebenarnya sudah sejak lama Kai merasa kurang nyaman dengan sikap posesif Vero yang satu ini. Dan dia selalu kewalahan untuk memberi pengertian kepada kekasihnya itu.“Satu-satunya perempuan di hati aku cuma aku. Sudahlah, jangan drama! Kalau kamu merasa akhir-akhir ini aku agak sedikit menjauh, ya karena memang aku agak menjaga jarak saja dengan kamu. Itu untuk kebaikan kita berdua, kebaikan semua pihak. Aku rindu situasi kondusif tanpa banyak konflik, Ver. Tolong kamu bersabar. Ini nggak akan lama,”

  • Membuatmu Takluk Padaku   Membujuk Vero

    Selama hampir setengah jam Kai berada di ruangan Abhi Seta, untuk membicarakan rencana perjalanan bulan madu Kai Raya yang akan disponsori sutradara itu.“Jadi gitu ya, Kai. Nanti di Bali, akan ada tim yang akan memotret kemesraan antara kamu dan Raya. Pokoknya kita ambil foto seromantis mungkin. Jika memungkinkan kita setting tempat di tempat-tempat yang intim seperti ranjang atau kolam renang dengan kamu dan Raya beradegan yang sedikit hotlah … paham-paham aja ya kan? Selain itu ya terserah kamu sama Raya akan menghabiskan waktu di Bali seperti apa,” kata Abhi.“Siip …siip! Pahamlah, masa nggak? Jadi gitu aja ya, Pak? Soalnya saya masih harus pulang ke rumah ini. Ada bini yang nungguin di rumah ini,” kata Kai sekalian berpamitan.“Wah, buru-buru amat. Tumbeen … Jadi curiga saya ini soalnya kamu hari ini tampak beda Kai, berenergi. Apa ada kabar baik?” tanya Abhi kepo.“Ah, perasaan bapak saja. Sudah ah, saya pergi Pak. Yuuuk …”Kai setelah berjabat tangan dan bertos-ria dengan Abhi

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status