Bab 2. AYAH
Semua orang segera menoleh ke arah sumber suara, di hadapan mereka terlihat sesosok pria kurus tinggi dengan pakaian lusuh berjalan ke arah mereka. Wajah sosok pria ini sangat dingin, matanya begitu tajam menatap ke arah ketiga rentenir yang akan mengganggu Angeline, seakan ingin menelan mereka bertiga hidup-hidup. “Siapa kamu? Kalau ingin selamat pergilah!”Dengan suara kesal, ketua Rentenir balik membentak Darko. Ketua Rentenir sama sekali tidak merasa takut melihat wajah dingin Darko yang tiba-tiba datang mengganggu pekerjaan mereka. Mereka bertiga yang biasa bersikap arogan kepada siapapun, tentu saja memandang rendah Darko yang berpakaian kumal dan tampak kurus. Berbeda dengan ekspresi wajah Angeline ketika mendengar suara Darko, seketika ekspresi wajahnya tampak berseri dan jantungnya penuh dengan kebahagiaan. Apalagi setelah melihat sosok pria yang selama ini selalu di rindukannya. “Kak Darko…” Mendengar suara Angeline yang seperti bisikan, Darko segera tersenyum dan menghampirinya. “Kak Darko…”Angeline langsung memeluk Darko yang sudah berada di dekatnya tanpa menghiraukan sekelilingnya. Ketua Rentenir dan anak buahnya memandangi Darko dan Angeline yang sedang berpelukan dengan perasaan kesal. “Apa yang kalian lakukan? Segera lunasi hutangmu atau kamu harus membayar dengan tubuhmu?” “Apa yang kamu katakan?!”Darko yang sedang memeluk Angeline langsung melepas pelukannya dan bertanya sambil menatap dingin kearah ketua Rentenir dan kedua anak buah nya. “He he he he… sepertinya ada orang yang ingin menjadi pahlawan, baiklah saya akan memberitahukan kepadamu. Wanita ini mempunyai hutang sebanyak sepuluh milyar kepada saya dan sekarang sudah jatuh tempo, jadi… hari ini saya menagih hutangnya. Kalau kamu tidak mempunyai uang untuk membantunya pergilah, biar saya menikmati tubuhnya untuk membayar bunganya, he he he he….”Ketua Rentenir tertawa menghina sambil menatap kearah Darko dengan tatapan jijik. Dalam pikiran ketua Rentenir mana mungkin Darko yang memakai pakaian lusuh mempunyai uang untuk membayar hutang Angeline. Akan tetapi apa yang dipikirkan ketua Rentenir tampaknya salah, karena orang yang sedang dihadapinya adalah Darko, yang kekayaannya tidak bisa dihitung saking banyaknya. “Hanya sepuluh milyar saja kenapa kamu begitu tidak sopan dengan seorang wanita?” “Ha ha ha ha… hanya seorang wanita? Tentu saja saya tahu siapa Angeline ini. Sebelumnya dia adalah nona muda yang terkenal sebagai wanita tercantik di kota Mandiraja, tapi sekarang dia hanya seorang wanita biasa yang miskin, tentu saja siapa saja biasa menikmati kemolekan tubuhnya.”Ketua Rentenir berkata dengan sinis, seakan Darko bukan siapa-siapa di hadapannya. Tentu saja Darko sangat marah mendengar perkataan ketua Rentenir yang menghina Angeline. Demikian juga dengan Angeline, wajahnya langsung memucat saking marahnya atas penghinaan ketua Rentenir yang memandang rendah dirinya. Plak…! “Auw….!”Tiba-tiba terdengar suara benda dipukul dengan keras diikuti suara teriakan seseorang yang menjerit kesakitan. Ternyata suara jeritan kesakitan dan suara benda dipukul adalah wajah ketua Rentenir yang ditampar dengan keras oleh Darko hingga melayang keluar sejauh lima meter dan terjatuh dengan keras diatas tanah. Saking cepatnya gerakan tangan Darko sehingga tidak ada orang yang tahu siapa orang yang sudah menampar ketua Rentenir. “Si… siapa yang sudah berani menamparku?”Sambil memegangi pipinya yang membengkak berubah seperti bola dan darah yang menetes dari mulutnya. Kedua anak buah ketua Rentenir segera menghampiri Boss mereka dan membantunya berdiri. “Boss mana yang sakit?” “Brengsek, apa matamu buta? Lihat wajahku bengkak seperti balon! Apa kamu tahu siapa yang sudah menampar wajahku?”Wajah ketua Rentenir tampak sangat buruk saat memaki kedua anak buahnya. Sementara itu Angeline juga tampak kebingungan melihat kejadian di depannya, dia menatap kearah Darko dengan tatapan penuh selidik. Sementara itu anak kecil yang sejak tadi berdiri di belakang Angeline sedang memandangi sosok Darko dengan wajah penasaran. Apalagi saat melihat Darko memeluk Angeline tepat di hadapannya. “Ayah…”Dengan suara pelan Faizi memanggil Darko dengan sebutan ayah. Meskipun suara yang keluar dari mulut Faizi sangat pelan, tapi masih bisa didengar telinga Darko yang mempunyai pendengaran sangat baik. Darko segera menoleh ke arah sumber suara, seketika matanya menangkap sosok kecil yang sedang menatapnya dengan mata berbinar bagai bintang. Segera saja Darko melepaskan pelukannya pada tubuh Angeline dan segera berjongkok sambil merentangkan kedua tangannya ke arah Faizi dengan senyum merekah di wajahnya. “Faizi… sini ayah peluk..” Faizi yang dipanggil oleh Darko seketika menampilkan senyum cerah, akan tetapi Faizi tidak langsung berlari ke dalam pelukan Darko. Dengan senyum malu-malu mau, Faizi menoleh ke Angeline seakan sedang meminta persetujuannya untuk memeluk Darko. Angeline yang melihat sikap Faizi yang begitu bersemangat untuk berlari kedalam pelukan Darko akan tetapi ragu-ragu langsung tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Seketika Faizi langsung berteriak gembira memanggil Darko sambil berlari dalam pelukannya. “Ayah…. hore… Faizi punya ayah!”Begitu Faizi masuk dalam pelukannya, Darko segera memeluknya dengan erat dan mengecup kedua pipinya dengan penuh kasih sayang sebagai ayah yang tidak pernah bertemu dengan anaknya. “Ayah, angkat Faizi keatas seperti teman-teman Izi yang lain, mereka dilempar ke atas oleh ayahnya, Izi ingin seperti itu juga.” “Baik, seperti ini?” “Hore… Izi terbang…. ayah terus lempar Izi.”Suasana di depan rumah sederhana yang tampak kumuh seketika berubah menjadi suasana reuni yang penuh dengan gelak tawa, antara Darko dan Faizi. Sementara itu ketua Rentenir memandang kearah Darko dengan wajah gelap dan penuh dengan dendam. “Kalian hajar pria itu cepat! Balasan penghinaan ini, patahkan kedua tangan dan kakinya!” Setelah mendengar perintah ketua Rentenir, kedua pengawal segera berjalan dengan cepat mendekat kearah Darko yang sedang bermain dengan Faizi. Meskipun Darko sedang bermain dengan Faizi, kesadarannya tetap terjaga. Sehingga pada saat kedua pengawal ketua Rentenir berjalan mendekat ke arahnya, dia hanya tersenyum dingin. “Matilah kau..!”Pengawal ketua Rentenir berteriak sambil melayangkan tinju besarnya ke arah Darko yang sedang memunggunginya. Akan tetapi keinginan mereka untuk bisa melumpuhkan Darko hanyalah mimpi disiang bolong. Mana mungkin seorang Jendral Besar yang telah memenangi ribuan peperangan dan membantai ratusan ribu prajurit musuh bisa dengan mudah dipukul oleh seseorang yang hanya mempunyai keahlian biasa. Bahkan seorang pendekar kultivator kuat pun masih bukan lawannya, apalagi hanya dua orang pengawal kecil yang hanya kuat biasa saja. Bugh…! bugh…!Dua tendangan melesat ke arah belakang, dimana kedua pengawal ketua Rentenir sedang melayangkan tinjunya secara bersamaan. Kecepatan tendangan Darko tidak bisa dilihat dengan pandangan mata manusia awam.saking cepatnya. Tanpa diketahui maupun dilihat Faizi yang sedang dilempar keatas oleh Darko, kedua pengawal ketua Rentenir sudah terbang sejauh sepuluh meter dengan mulut menyemburkan darah. Seperti tidak pernah terjadi apa-apa, Darko terus bermain dengan Faizi hingga Faizi minta diturunkan dari gendongannya. “Sudah ayah, Izi sudah senang seperti teman-teman Izi.” “Betul kata ibu, kalau Izi juga punya ayah.”Faizi berkata dengan mata berbinar dan wajah menggemaskannya membuat Darko sangat bahagia mempunyai anak yang begitu pengertian serta dewasa di usianya yang baru empat tahun. “Izi ayah sedang capek, bagaimana kalau kita masuk dan biarkan ayah beristirahat?”Angeline berkata sambil mengusap kepala Faizi dengan penuh kasih sayang. Pada saat mereka akan memasuki rumah, terdengar suara ketua Rentenir yang mengancam Angeline dan Darko. “Kalian berdua, jangan senang dulu sebelum melunasi hutangmu. Tunggu orang-orang ku datang untuk membereskan kalian!” Langkah Darko langsung terhenti begitu mendengar perkataan ketua Rentenir, dia segera menatap kearah Angeline dengan tatapan penuh dengan tanya. “Apa kamu hutang dengan orang itu?”Bab 216. AKHIR BAHAGIA Kini Rossa dan Abimanyu baru tersadar kalau pesan kakek Wibisono ternyata sangat benar dan bukan omong kosong biasa. Akan tetapi kekecewaan dan penyesalan pasti selalu datang terlambat setelah semuanya terjadi dan terlewati, apalagi saat ini kebesaran keluarga besar Wibisono benar-benar sudah musne Pepatah asli dari Indonesia bisa mengungkapkan apa yang dialami keluarga besar Wibisono yaitu ‘Ibarat nasi sudah menjadi bubur’. Maka tidak ada yang bisa dilakukan keluarga besar Wibisono yang sudah hancur, sekarang yang ada hanya keluarga besar Mangkusadewo, karena Angelina sebagai generasi ketiga keluarga besar Wibisono sudah menjadi istri dan bagian dari keluarga besar Mangkusadewo. Kenapa menjadi keluarga Mangkusadewo bukannya keluarga besar Tegar dan Siti, hal ini disebabkan kedua orang tua kandung Darko tidak ingin merubah nama Darko yang memakai nama Mangkusadewo sejak kecil atau sejak mereka tinggalkan di depan pintu panti asuhan A
Bab 215. WASIAT KAKEK WIBISONO Keinginannya Rossa untuk membelot dan menolak permintaan Darko seketika menghilang setelah di bentak oleh pengawal yang bersama mereka. Dengan gugup dan dengan hati yang dipenuhi rasa penasaran mereka berdua berjalan memasuki Bandar udara kota Mandiraja tanpa tahu akan dibawa kemana oleh Darko. Hingga akhirnya ketika mereka melihat ada sebuah pesawat jet pribadi yang sangat indah berada di depan mata mereka, seketika rasa bingung dan shock mulai menghantui pikiran Rossa dan Abimanyu. Darko dan Angelina sama sekali tidak banyak bicara selama perjalan hingga memasuki jet pribadi milik Darko, hingga saking tidak sabarnya ingin tahu mereka akan dibawa kemana oleh Darko, Rossa memberanikan diri berbicara. “Darko, sebenarnya kami akan kamu bawa kemana? Dan kenapa kita naik jet pribadi yang begini bagus, apa maksudnya?” “Diamlah, jangan banyak bicara atau kalian akan saya lempar keluar dari pesawat.”Darko yang merasa kesal kep
Bab 214. NYALI ROSSA MENCIUT Sebelum Rossa tersadar dengan apa yang terjadi, Angelina sudah ditarik Darko ke sisinya. Seketika wajah Rossa menjadi jelek mengetahui Angelina sudah berpindah tempat lebih tepatnya di samping menantu yang tidak berguna itu. Ekspresi wajah Angelina juga terlihat sangat terkejut ketika tiba-tiba tubuhnya bergeser kesamping Darko sesaat setelah terdengar suara Darko memanggil pengawal. Apalagi Rossa emosinya seakan meluap mengetahui Angelina sudah berdiri di samping Darko. Pada saat dia akan menarik tangan Angeline kembali, tiba-tiba ada sesosok tubuh kekar berdiri tepat di depannya seakan sebuah benteng yang kokoh sebagai pembatas antara dirinya dengan Angelina. “Minggir, jangan halangi jalanku.”Dengan kasar Rossa berusaha mendorong pengawal kekar yang diperintahkan Darko untuk melindungi Angelina. “Argh… Lepaskan.”Rossa menjerit kesakitan mengetahui tangan yang sebelumnya akan digunakan untuk mendorong pria kekar di depa
Bab 213. DOKUMEN DARI MAHKAMAH AGUNG Hal ini tentu saja menimbulkan kecurigaan di pihak kepolisian yang menyelidiki musibah kebakaran ini. Mereka sama sekali tidak tahu kalau sumber bencana itu ada didepan mereka, andai saja mereka tahu tentu Darko akan langsung ditangkap dan dimintai keterangan. Akan tetapi saat ini orang yang sudah membuat keonaran itu ekspresinya tampak datar dan tidak menunjukkan ekspresi wajah sedih maupun belasungkawa mengetahui salah satu kerabatnya mengalami musibah. Untungnya tidak ada yang mencurigai Darko, karena banyak juga warga sekitar yang menonton lokasi kebakaran dengan ekspresi datar seperti halnya Darko. Angelina menangis di pelukan Rossa seakan dia lupa kalau sebelumnya Rossa sangat jahat kepada dirinya. Bagi Angelina sejahat apapun Rossa dia sudah sangat memahami sifatnya yang seperti flamboyan selalu berubah-ubah mengikuti arah angin. Meskipun dia selalu tidak setuju dengan nasehat serta saran Rossa, sebag
Bab 212. PULANG KE KOTA MANDIRAJA Darko tetap diam tidak ada satu katapun keluar dari mulutnya setelah Widyawati menyuruhnya untuk pergi ke kota Mandiraja melihat situasi terkini keluarga Wibisono. Hal ini membuat Widyawati menatap tajam ke arahnya, sementara itu Angelina sudah menghentikan tangisannya dan mengusap air mata yang terus mengalir di pipinya sambil menunggu jawaban Darko dengan hati berdebar-debar. “Baiklah, saya akan mengajak Angelina menengok keluarga Wibisono. Ibu saya titip Faizi bersama kalian.”Setelah menghela nafas sebentar Darko menyetujui saran Widyawati untuk pergi ke kota Mandiraja, tak lupa dia menitipkan Faizi dalam pengawasan dua neneknya ini. Dengan mengatakan hal ini maka secara otomatis dia hanya ingin berdua saja tanpa mengajak Faizi maupun yang lainnya. “Kamu tenang saja, Faizi pasti akan kami jaga dengan baik. Pergilah, jangan lama-lama di rumah ingat kamu harus menjaga menantu ibu yang cantik ini dengan baik.” “Ba
Bab 211. PERINTAH WIDYAWATI Widyawati membelai punggung Angelina untuk menenangkannya sambil menghibur agar Angelina tidak khawatir dengan Darko. “Tapi ibu?”Angelina masih khawatir kalau Darko tidak mengizinkan dia pulang ke kota Mandiraja untuk melihat dan mencari informasi lebih jelas keadaan nyonya besar Wibisono. Karena Angelina tahu kalau Darko sangat membenci keluarga nya, lebih utamanya kepada nenek dan pamannya. Karena hal inilah dia merasa sangat tertekan dan hanya bisa menangis saja. Melihat Angelina tampak bersedih seakan perkataan Widyawati masih belum cukup untuk membuatnya tenang. Hal ini membuat Widyawati segera mengambil ponselnya dan menelepon seseorang. Angelina masih diam dengan air mata terus membasahi pipinya. Sebenci apapun dia kepada nenek dan pamannya sebagai bagian dari keluarga besar Wibisono, tentu saja hatinya akan merasa sedih melihat mereka mati terpanggang oleh kebakaran di villanya. Sedangkan