Anna sangat cemas, mengapa nomor Amel enggak bisa dihubungi? Berkali-kali ia mengecek HP tidak ada panggilan masuk ataupun pesan dari Amel. Tidak biasanya Amel seperti ini. Biasanya Amel akan berkali-kali kirim pesan mengingatkan Anna.Anna mencoba menghubungi si bibi, tapi nomor si bibi pun tidak aktif. Kenapa semua nomor di rumah itu tidak ada yang aktif? Ini aneh. Anna mondar-mandir, ia sangat mengkhawatirkan Amelia.Anna mencoba menghubungi Harry, namun sepertinya Harry sangat sibuk, hanya pesan suara. Akhirnya Anna mencoba kirim pesan ke kotak suara Harry."Halo Mas, ini Anna. Ada sesuatu yang urgent, tadi aku mau ke rumah, tapi di halangi oleh tunangan Mas Harry, dia bilang aku enggak boleh lagi datang ke rumah dan harus menjauhi Amelia. Yang aku heran nomor Amel nggak bisa di hubungi, Amel pun tidak menghubungi aku, nomor rumah enggak bisa di hubungi sampai nomor si bibi pun enggak bisa. Oya security sudah diganti, jadi aku enggak dibolehin masuk. Aku khawatir sama Amel Mas, to
Hampir semalaman Anna berada di samping tempat tidur Amelia, hingga menjelang subuh akhirnya gadis kecil itu membuka matanya, saat itu Anna tertidur di atas kursi di sampingnya."Kak Anna ..." panggil Amelia pelan.Anna seperti sedang bermimpi, ia mendengar suara yang memanggilnya dari jauh. Perlahan Anna membuka mata dan mengangkat kepalanya, ia seperti linglung melihat Amelia sedang menatapnya."Amel? kamu sudah bangun sayang?" Anna berdiri, ia mengusap kepala gadis cilik yang tergolek lemah itu."Amel di mana kak?" tanya Amelia menatap Anna."Amel di rumah sakit sayang," jawab Anna sambil tersenyum.Amelia mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan."Kenapa Amel bisa ada di rumah sakit kak?"Amelia memperhatikan botol infus yang tergantung disamping tempat tidurnya, ia juga mengangkat tangan kirinya yang ditempel selang infus yang terhubung ke botol yang menggantung."Umm ... Amel keracunan tepatnya over dosis obat tidur," jawab Anna."Siapa yang meracuni Amel Kak? pasti peremp
"Apa? Apa maksudmu?" tanya nenek bingung, ia menatap mama Anna yang sama bingungnya. "Siapa kamu?" tanya mama penasaran. Wanita itu perlahan bangkit, wajahnya sangat menyedihkan. Nenek tidak tega melihatnya ia mempersilahkan wanita itu duduk dan memberikan air minum padanya. "Saya Elsa, Elsa Delilah. Saya sebentar lagi akan menikah, namun belakangan ini tunangan saya menjauhi saya, bahkan putrinya jadi ikut membenci saya. Padahal saya sangat mencintainya, dan menganggapnya sebagai putri kandung saya sendiri. Tapi kehadiran orang ketiga diantara kami, telah merusak kebahagiaan kami." Elsa menangis pilu, seolah sangat menderita. "Memangnya siapa calon suami kamu?" tanya mama. "Harrison Barnes, biasa dipanggil Harry." "Harry?" Nenek dan mama tampak terkejut. "Ya Mas Harry, belakangan seorang gadis bernama Joanna menggodanya dan mendekati putrinya." "Putri? Harry punya putri?" Nenek bingung, "kamu pasti salah orang, mungkin Harry yang lain." Elsa tersenyum sinis. "Apa cucu
"Apakah Elsa yang menyerahkan foto-foto ini?" tanya Anna. Mama yang sudah melangkahkan kakinya akan meninggalkan Anna segera berhenti, wanita itu membalikkan tubuhnya dan menatap Anna. "Kamu sudah tahu, kan? Tapi mengapa An, mengapa kamu masih lanjutkan hubunganmu dengan Harry? apakah kamu bangga dicap sebagai pelakor, perusak hubungan orang lain?" "Tapi, Ma. Elsa bukan tunangan Mas Harry. Mereka tidak ada hubungan apa-apa." "Sudahlah Anna, kamu sedang dibutakan oleh cinta, jadi tidak bisa lagi berpikir realistis." "Ma, percaya sama Anna ...." Mama segera berlalu tak menghiraukan kicauan Anna, wanita itu sudah terlanjur kecewa kepada Anna. Ia tak pernah membayangkan putrinya akan berprilaku seperti itu, seperti nggak ada laki-laki lain aja. Anna segera masuk ke kamarnya, ia membanting pintu dengan keras dan melemparkan tubuhnya ke tempat tidur, pikirannya kacau. "Kurang ajar si Elsa itu, licik! beraninya main belakang," umpatnya. Drrtt Tiba-tiba ponsel Anna bergetar, ia sege
Anna tertegun, ia diam mematung sambil melihat ke ruang tamu. Itu memang benar Amelia dan pak Rama asisten Harry. Di atas meja tergeletak tumpukan berkas, Pak Rama sedang berbicara sambil menunjuk pada berkas-berkas di atas meja, mama dan papa Anna juga ikut melihat ke meja sambil mendengarkan penjelasan Pak Rama. Papa nampak manggut-manggut. Tiba-tiba Amelia mendongak, ia melihat ke arah Anna yang sedang berdiri tak bergerak di tangga. "Kak Anna!" panggil Amelia senang. Sontak Pak Rama, papa dan mama Anna ikut menoleh. Anna jadi linglung, ia menggaruk kepalanya yang tak gatal. "Loh, kamu ngapain berdiri di situ, An. Sini ke mari." Papa memanggil sambil tersenyum. "Baik, Pa." Anna bergegas turun. Amelia menghambur, memeluk Anna. "Kamu nggak sekolah, sayang?" "Amel izin, Kak. Mau jenguk nenek yang sakit." Anna menoleh, menatap Pak Rama, yang dibalas anggukan oleh lelaki itu. Tatapan Anna berpindah ke papanya, yang juga mengangguk sambil tersenyum. Sedangkan mama, perhatian
Elsa membeku sesaat, "Bagaimana bisa ketahuan?""Saya juga nggak tahu, Pak Rama melakukan interogasi kepada beberapa orang termasuk saya. Pertanyaannya sangat menjebak.""Bodoh! nggak bisa diandalkan!" Elsa memaki."M-maaf, Nyonya." Gemetar suara lelaki di ujung telepon."Dasar sampah! Sudah, kamu hapus semua bukti, termasuk chat saya dan foto-foto yang kamu kirim.""Baik Nyonya."Usai menutup panggilan, Elsa melempar gelas kosong yang ada di meja, ia mendengus marah."Kurang ajar si Rama. Go to the hell!!" umpatnya sambil melempar apa saja yang ada di meja.Orang-orang yang dia bayar itu adalah sumber informasinya untuk mengetahui segala sesuatu tentang Harry, kenapa si Rama tiba-tiba curiga?Elsa segera menghubungi seseorang, ia memberi perintah untuk mencari semua informasi tentang Joanna. Bagaimana bisa gadis tomboy dan urakan itu dekat dengan Harry? Apa memang selera Harry yang seperti itu?"Hmh, buruk sekali seleramu Har!" Wanita itu mendengus sinis, salah satu sudut bibirnya te
Untuk sesaat Anna terdiam, seorang wanita dengan tubuh tinggi langsing berpakaian seksi berdiri di hadapannya. "Ngapain wanita ular itu di sini? mau apa dia?" Anna membathin di dalam hatinya. Tapi kemudian ia bisa menguasai diri kembali, ia tetap tenang dan santai. "Malam," jawabnya datar. Merasa tidak disambut, Elsa menjadi geram. "Gadis ini benar-benar batu, kenapa dia begitu santai? harusnya dia gugup, dan bertanya mau apa kamu di sini? ini kok tenang aja sih." Kali ini Elsa yang bergumul dengan hatinya sendiri, ia merasa kecewa karena reaksi Anna tidak sesuai yang ia harapkan. "Ehem, tidak mempersilahkan saya duduk nih?" tanya Elsa. Ia berusaha menekan suaranya agar terdengar natural. Anna tersenyum mendengarnya, "Oh mau duduk? kalau mau duduk ya duduk aja sih, kenapa repot pake nanya, toh ini bukan rumah saya juga." Elsa tidak menyahut, dengan sedikit kasar ia menarik kursi dan duduk dengan menyilangkan kaki, gadis di hadapannya ini benar-benar tidak menghormatinya. Kedua
Anna pun terdiam, ikut menunggu. Sebenarnya apa yang mau ditanyakan Harry? kenapa sepertinya sangat serius?"Halo, Mas?" ulang Anna."Hmm, ya. Anna, mengapa kamu menemui Elsa?" tanya Harry spontan.Sontak Anna terkejut, bagaimana Harry bisa tahu?"M-mas Harry tahu?" tanya Anna bingung."Aku kan memang sedang mengawasi wanita itu An, aku nggak mau dia melakukan hal buruk lagi pada kamu dan Amel."'Duh gimana ini, mas Harry kan memang memintaku menjauhi Elsa, tapi malah aku terlibat kerjasama begini.' Anna membathin."Mas, memang benar Elsa itu seorang model?""Ya, dulu memang dia seorang top model, tapi sekarang aku nggak tahu lagi. Nggak ada beritanya, mungkin udah nggak laku, karena karier seorang model wanita gemilang-gemilangnya itu di usia 20-25 kan?""Waduh, kenapa Mas nggak bilang? tapi kok aku nggak pernah dengar ya ada top model bernama Elsa?""Dia nggak pake nama sebenarnya, kamu tahu Mis. Dela? itu dia.""Oh, jadi Dela itu Elsa?" Anna terkejut setelah mendengar penjelasan H