Home / Romansa / Mendadak Jadi Istri Artis / Permintaan Terakhir

Share

Permintaan Terakhir

Author: Stary Dream
last update Last Updated: 2025-11-20 17:32:17

Maryam dibawa ke unit gawat darurat dan menerima tindakan dari tim medis. Oleh karena tak darurat, Maryam diizinkan untuk pulang ke rumah.

"Hanya sakit maag biasa. Pasien diperbolehkan pulang." Ucap dokter wanita yang berjaga malam itu.

"Tapi kenapa ibu saya masih terlihat lemas ya, dok?" Tanya Andra keheranan karena melihat Maryam memejamkan matanya dengan rapat.

"Mungkin karena muntahnya tadi. Tapi saya sudah memberikan obat suntikan untuk meredakan nyeri."

Andra mendekati ibunya dan memanggil. Tapi Maryam hanya melenguh tanpa membuka matanya.

"Masih terasa sakit, bu?"

Maryam mengangguk. Kini bulir air mata terlihat meleleh di matanya.

"Dok.. apa ibu saya perlu rawat inap?" Andra kembali memburu dokter yang berjaga di nurse station. Dia jadi tak tega dengan keadaan ibunya.

"Sebenarnya tidak perlu." Dokter wanita itu jadi menghela nafas panjang. Sebenarnya dari segala pemeriksaan, dokter ini tak menemukan hal yang parah pada Maryam. Ia malah menduga ibu paruh baya itu mengalami psikosomatis saja.

"Tapi saya nggak tega, dok. Ibu saya masih terlihat kesakitan." Andra menunjukkan wajah cemasnya.

Nah, kalau sudah begitu dokter dan petugas lainnya tidak bisa berkata apa-apa. Demi menghormati nama Andra sebagai artis besar, dokter tersebut jadi menawarkan rawat inap pada Maryam.

Andra pun mengurus administrasi agar ibundanya bisa mendapatkan perawatan yang ternyaman.

"Kamu jangan kemana-mana," pinta Maryam.

"Aku sudah mengosongkan jadwalku." Ucap Andra. Dia sudah menunda seluruh kegiatannya sampai beberapa hari ke depan untuk menjaga ibunya di rumah sakit.

Baru satu hari dirawat, Andra tidak menemukan perbaikan dari kondisi ibunya. Padahal dokter spesialis yang merawat Maryam mengatakan jika sakit ibunya tidak parah.

"Apa perlu USG, dok?" Tanya Andra.

"Sebenarnya.." Ah, Dokter tersebut jadi tak enak ketika melihat wajah cemas Andra. Apalagi yang dihadapinya ini adalah bintang besar. Jelas berpengaruh pada reputasi rumah sakit. "Baik, kita akan melakukan USG."

Pemeriksaan USG dilakukan, tak ditemukan kelainan pada perut Maryam alias normal.

"Dari hasil darah dan usg normal, bu. Nggak ada kelainan katanya. Tapi sakit perut ibu nggak hilang-hilang?" Dahi Andra sampai mengernyit.

"Tapi ini beneran masih sakit, An.. coba kamu rasain." Jawab Maryam sambil meringis.

Andra langsung menggaruk tengkuknya. Bagaimana juga caranya ia bisa merasakan sakitnya Maryam. Apa harus bertukar tubuh dulu?

"Mungkin ini saat terakhir ibu, nak.."

"Astaga.." Andra sontak kaget dan mendekat pada ibunya. "Jangan ngomong aneh-aneh, bu."

Maryam menggeleng lemah.

"Ibu punya permintaan terakhir.. tolong kabulkan permintaan ibu."

"Ibu hanya sakit maag biasa." Ucap Andra mengingatkan.

Maryam kembali menggeleng.

"Sebelum ibu meninggal, ibu ingin melihat kamu menikah.."

Nah, tangan Andra yang tadi mengenggam erat tangan ibunya jadi terlepas. Dia jadi sadar apa maksud dari sakit Maryam ini. Ternyata..

"Jadi ini maksud sakitnya ibu? Ibu ingin memintaku melanjutkan perjodohan ini?"

"Sayang.. kamu anak ibu satu-satunya.. tumpuan ibu, harapan ibu.. hanya kamu yang bisa membahagiakan ibu sekarang." Dan cara Andra membahagiakan Maryam adalah menikah dengan Andini.

"Tapi tidak dengan menikahi Andini!" Tegas Andra.

"Sayang.. percayalah pada pilihan ibu."

"Aku nggak menyukai wanita bercadar itu, bu!"

"Apa yang membuatmu nggak menyukainya?" Suara ringisan yang sejak tadi ditunjukkan oleh Maryam berubah menjadi nada biasa. "Dia itu wanita baik, pekerjaannya mulia, sayang sama ibunya dan juga sholehah."

"Tapi tetap aja aku nggak menyukainya, bu!" Seru Andra. Dia jujur saja kalau memang belum menemukan sesuatu dari Andini yang menarik. Baginya, wanita itu sombong. Jika bersitatap ingin sekali Andra mengambil dua mata tajam itu dan membuangnya ke tengah laut.

"Nak.."

Andra menepis tangan Maryam yang hendak menyentuhnya. Ia bangkit dari duduknya.

"Terserah apa kata ibu! Keputusanku sudah bulat!" Andra main pergi saja tanpa memperdulikan panggilan Maryam.

Sementara di rumah, Lastri juga tengah berbaring lemah. Wanita yang memiliki sakit maag ini juga mengeluh sakit perut hingga membuatnya pusing berputar.

"Mama makan apa tadi sampai sakit begini?" Tanya Andini datar. Padahal, ketika pulang bekerja tadi mamanya tampak sehat saja.

"Makan rujak terus sama mie goreng." Jawab Lastri terbata.

"Kombinasi yang bagus. Besok makan itu lagi." Sindir Andini yang membuat Lastri berdecak.

Andini lalu mengupas dua obat dan memberikannya pada Lastri.

"Sekarang istirahat lah." Ucap Andini.

Baru saja 10 menit masuk ke kamarnya sendiri, Andini sudah mendengar suara Lastri yang mengaduh muntah. Lantas saja, ia keluar dari kamar dan menemukan ibunya tergeletak di lantai. Malam itu juga, Lastri dibawa ke rumah sakit.

Ternyata Lastri juga mengalami vertigo hingga membuatnya harus dirawat. Bersama Tiara, Andini mengurus administrasi rawat inap.

"Kamu aja yang jaga mama, gimana? Mbak besok mau kerja pagi."

"Tapi aku juga ada jam ngajar pagi loh, mbak." Jawab Tiara. "Atau gini aja. Mbak yang jaga malam ini, terus aku besok sore. Gimana?"

Andini mengangguk setuju.

"Mbak mau ke minimarket beli keperluan ibu sebentar."

Untung saja di tengah gedung rumah sakit ini ada sebuah minimarket. Andini membeli perlengkapan untuk ibunya dirawat di rumah sakit ini seperti alat mandi, makanan ringan dan juga air mineral.

"Nasib buruk apa yang membuat kita bertemu seperti ini."

Andini terkesiap mendengar suara dingin itu, ternyata ada Andra yang menyerobot antriannya.

"Tolong scan ini dulu." Andra menyerahkan satu kaleng soda kepada kasir padahal jelas-jelas ada belanjaan Andini di atas meja.

Kasir wanita itu menatap Andini sekilas seolah meminta izin.

"Saya antri loh, mbak. Masa main disalip begitu aja!" Tegur Andini.

"Cuma satu aja. Nggak perlu marah-marah!" Jawab Andra yang tahu jika teguran Andini itu sebenarnya untuknya.

"Lalu kamu mau membenarkan sikapmu itu? Kamu artis besar, kan? Harusnya bisa mencontoh dengan baik. Bukannya melakukan nepotisme." Andini menatap tajam.

Oh, Andra sampai mengepalkan tangan. Berani sekali wanita ini menantangnya.

"Jadi bagaimana ini, mas, mbak?" Kasir ini jadi merasa tersesat karena pertengkaran dua orang di depannya.

"Perempuan bercadar ini saja dulu!" Ketus Andra akhirnya. Ia jadi mengalah dan menunggu sampai gilirannya.

Selesai membayar, Andra mengejar Andini yang berjalan ke arah lorong rumah sakit.

"Mau ngapain kamu kemari? Ah," Andra menatap kantong belanja yang ada di tangan Andini. "Ingin membesuk ibuku? Jangan repot-repot, Nona. Tidak perlu membuktikan bahwa kamu adalah calon istri yang baik."

Andini menghentikan langkahnya dan menatap pria di sebelahnya dengan tidak suka.

"Ibu Maryam dirawat? Sakit apa?" Tanya Andini tak tahu.

"Jangan pura-pura kamu. Aku tahu tujuanmu kemari!"

"Bukannya kamu yang suka berpura-pura. Oh, apa itu sebutannya.. acting, ya kan?"

"Kamu!" Andra kesal karena Andini selalu bisa menangkis ucapannya.

"Aku disini karena ibuku sakit. Dia dirawat."

"Mamamu sakit?" Tanya Andra keheranan. "Sakit apa?"

"Untuk apa kamu mau tahu?" Tanya Andini dingin.

Andra berdecak. "Dengar, wanita sombong. Ibuku juga dirawat di rumah sakit ini, begitu juga dengan ibumu. Aku yakin ini konspirasi."

"Maksudmu?"

"Ibuku mengatakan hal yang aneh-aneh tadi. Dia mengajukan permintaan terakhirnya." Andra sampai berdecih. "Dia ingin kita menikah."

"Permintaan terakhir?" Andini sampai terkejut. "Apa ibu Maryam sakit keras?"

"Cuma maag aja. Tapi ibuku mendramatisir semuanya."

Andini kembali terkejut akan ucapan Andra. Dia lalu menatap lekat.

"Apa kamu nggak pernah dengar ada orang yang meninggal mendadak karena sakit maag? Kumohon jangan sepelekan sakit ibumu."

Andra tersentak akan ucapan Andini barusan.

"Kamu serius?"

Andini mengangguk. "Dulu ketika aku masih jadi perawat di igd, ada pasien yang kutemui meninggal karena sakit maag."

"Oh, Tuhan.." Andra jadi cemas lagi dan main pergi dari hadapan Andini.

Tergesa-gesa Andra kembali ke kamar rawat ibunya dan tidak menemukan wanita itu di atas tempat tidur.

"Ibu.." panggil Andra. "Ibu dimana?"

Ia lalu berlari menuju kamar mandi yang tertutup dan terkejut ketika melihat Maryam yang terkapar di kamar mandi dengan posisi terduduk.

"Ibu!!" Teriak Andra histeris.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Mendadak Jadi Istri Artis   Setuju Menikah

    "Kamar mama ada di lantai 4." Ucap Tiara setelah Andini baru pulang dari minimarket."Kapan pindahnya?""Sebentar lagi."Oleh karena Lastri yang masih mengalami pusing, ia lalu dibawa pindah ke kamarnya menggunakan brankar. Sebuah kamar VIP di lantai 4. Lastri yang cerewet ingin istirahat dan tidak mau bergabung dengan pasien lain, sebagai anak, Andini dan adiknya memberikan yang terbaik saja.Sesampainya di lantai 4, Andini terkejut karena bertemu dengan teman sekolahnya yang merupakan perawat di lantai ini."Ra.. kamu jaga mama sebentar. Mbak mau ke depan, rupanya ada temen mbak kerja disini."Tiara mengangguk dan membiarkan Andini ke nurse station. Sementara Andini menemui Risa teman lamanya yang sedang mengerjakan laporan di nurse station."Ya Allah, Andini. Ini kamu?" Risa tersenyum dan memeluk Andini. "Apa kabar?""Baik sekali. Kamu apa kabar?""Baik juga! Udah lama kita nggak ketemu.""Hmm.. terakhir reuni beberapa tahun yang lalu."Jadi gimana sekarang? Udah dapet pangerannya?

  • Mendadak Jadi Istri Artis   Permintaan Terakhir

    Maryam dibawa ke unit gawat darurat dan menerima tindakan dari tim medis. Oleh karena tak darurat, Maryam diizinkan untuk pulang ke rumah."Hanya sakit maag biasa. Pasien diperbolehkan pulang." Ucap dokter wanita yang berjaga malam itu."Tapi kenapa ibu saya masih terlihat lemas ya, dok?" Tanya Andra keheranan karena melihat Maryam memejamkan matanya dengan rapat."Mungkin karena muntahnya tadi. Tapi saya sudah memberikan obat suntikan untuk meredakan nyeri."Andra mendekati ibunya dan memanggil. Tapi Maryam hanya melenguh tanpa membuka matanya."Masih terasa sakit, bu?"Maryam mengangguk. Kini bulir air mata terlihat meleleh di matanya."Dok.. apa ibu saya perlu rawat inap?" Andra kembali memburu dokter yang berjaga di nurse station. Dia jadi tak tega dengan keadaan ibunya."Sebenarnya tidak perlu." Dokter wanita itu jadi menghela nafas panjang. Sebenarnya dari segala pemeriksaan, dokter ini tak menemukan hal yang parah pada Maryam. Ia malah menduga ibu paruh baya itu mengalami psiko

  • Mendadak Jadi Istri Artis   Putus Perjodohan

    "Kepalamu korslet?"Andra tersenyum pahit mendengar pertanyaan dari sebrang sana. Salahnya sendiri yang menelpon dan tiba-tiba mengajak menikah."Kamu dimana?" Tanya Andra akhirnya."Di rumah. Mau kemari? Aku tunggu kalau begitu."Andra mengiyakan. Sudah lama juga tidak bertemu, ada sedikit rasa rindu disana. Sekitar 30 menit dari rumah Andini, Andra tiba di sebuah rumah mewah di perumahan elit. Seorang wanita cantik rambut sebahu menyambutnya."Apa kabar, An?" Wanita ini memeluk Andra dengan erat."Baik. Kamu gimana?" Tanya Andra."Baik juga. Ayo, masuk!"Andra masuk ke rumah mewah ini dan duduk di ruang keluarga. Itu karena Andra sudah dikenal baik dengan keluarga ini. Ia sering bolak balik mengantar Rena, nama wanita ini ketika pulang dari bekerja."Kamu mau minum apa?" Tanya Rena."Minum kopi saja." Jawab Andra memandang lekat. Tak lama Rena kembali lagi dari dapur dan membawa secangkir kopi."Kamu dari mana tadi?""Dari rumah seseorang. Tumben kamu pulang cepat. Biasanya kamu lem

  • Mendadak Jadi Istri Artis   Tawaran Menikah

    Pesta ulang tahun hampir berakhir, apalagi anak-anak Prilia bangun dari tidurnya dan berteriak ingin bergabung dengan acara. Wajar saja, pukul sudah menunjukkan jam 11 malam. Anak-anak yang tadi telah tertidur jadi terbangun karena suara bising orang dewasa."Aku harus pulang, anak-anakku juga pasti menunggu." Ucap Dian."Aku juga. Sebelum suamiku mengomel, aku harus segera pulang!" Sambung Asti. "Belum mau pulang, Bem?" Tanyanya pada Bembi.Bembi lalu melirik Andra. "Mau pulang nggak?""Kenapa nanya aku?" Tanya Andra balik."Apa ini? Kalian berdua pacaran?" Seru Dian hingga geleng-geleng kepala."Sudah pulanglah sana. Nanti ibu Maryam nelpon lagi!" Prilia jadi geli mengingat pesan yang ia terima tadi."Ah.." Dian langsung menatap ke arah pintu depan pada wanita yang baru saja masuk. "Kayaknya Andra nggak bisa pulang.""Kenapa?" Oh, Prilia dan yang lain ikut terkejut akan kedatangan seseorang. Begitu juga Andra yang langsung berdecak kesal."Malam semua.. aduh, maaf aku telat. Tadi ba

  • Mendadak Jadi Istri Artis   Wanita Sombong

    Andini berdiri menatap taman kecil yang ada di depan teras rumahnya. Taman yang dipenuhi dengan aglonema kesayangan ibunya. Andini sendiri mendedikasikan hidupnya untuk bekerja di rumah sakit hingga sedikit sekali dia ikut campur dalam penataan rumahnya.Andra yang baru menyusul melihat wanita bercadar ini sedang berdiri memandang lurus ke sebuah taman."Padahal ada kursi." Gerutunya pelan.Suasana menjadi canggung karena keduanya sama-sama tak mau membuka suara. Padahal dari dalam, suara dua ibu paruh baya itu sangat memekakkan telinga. Akhirnya, Maryam menemukan teman sepermainannya. Mereka tampak cocok bergosip bersama"Jadi kamu bekerja sebagai perawat?" Andra mencoba memecah keheningan.Andini menoleh sampai membuat Andra memalingkah wajah. Ada apa dengan mata itu? Andra jadi ingin mencongkelnya saking tajamnya."Seperti yang kamu dengar."Apakah ini di kutub utara? Lagi-lagi Andra menggerutu di dalam hatinya. Suara Andini boleh diadu dengan dinginnya es disana."Jadi kamu lulusa

  • Mendadak Jadi Istri Artis   Perjodohan

    "Apa? Nikah dengan gadis biasa?" Yang benar saja. Mata Andra sampai mau keluar menatap ibundanya.Sudah biasa jika Andra disinggung soal pernikahan. Maklum usianya sekarang sudah 35 tahun. Kalau tinggal di desa, Andra pasti sudah dipanggil bujang lapuk. Tapi, kan Andra ini pria metropolitan. Aktor besar yang sudah membintangi puluhan film ternama. Kalau dia menikah di puncak karirnya, itu sama saja mematikan karirnya."Terus kamu mau nikah dengan siapa? Laki-laki?" Mata Maryam juga mau keluar."Bukan begitu. Cuma aku belum mau nikah!""Kenapa sih? Nggak doyan cewek kamu?""Astaga!" Andra sampai mengelus dada. "Mama tahu sendiri jadwalku sampai dua tahun kedepan itu full. Ada dua film yang akan aku bintangi. Belum lagi modelling, dan membintangi variety show. Jadwalku full.""Lalu hubungan jadwalmu full dengan menikah apa, hah?""Sudah." Andra mengibaskan tangan. Percuma bicara dengan ibunya seperti berbicara pada tembok."Mau sampai kapan kamu nggak menikah, nak?" Maryam menatap putr

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status