Killian berdiri di persimpangan jalan, melihat satu persatu pelayat yang pergi dengan sikap kikuk saat dia mengantar kepulangan mereka. Prilaku mereka agak aneh..“Tuan, kita memiliki masalah besar,” bisik Niki berdiri dibelakang Killian.Killian menghela napasnya dengan berat, melepas sedikit lelah yang menumpuk dipikiran. Dia harus segera menemui Eleanor kembali dan menemaninya yang tengah sendirian.Saat ini, Killian sedang ingin menghibur Eleanor dan menguatkannya yang tengah berduka.“Masalah apa?” tanya Killian sambil menoleh ke arah Niki. “Cepatlah, aku tidak punya banyak waktu,” desaknya dengan nada tidak sabar.Niki tertunduk. “Ini mengenai nona Eleanor,” jawabnya penuh kehati-hatian.“Kenapa dengan Eleanor?”Niki melihat keberadaan Eleanor yang jauh dari posisinya, ia memutuskan untuk mengajak Killian pergi ke bawah pohon agar saat nanti bossnya mengamuk, dia tidak akan membuat keributan yang mengganggu orang lain.Setidaknya, ada pohon yang bisa Killian rubuhkan untuk dija
Upacara pemakaman akhirnya berlangsung lebih cepat, kerumunan orang berdiri dibawah payung hitam menyaksikan peti peristirahatan Hardy sedikit demi sedikit diturunkan.Elenor berdiri tegak, menyaksikan detik-detik Hardy yang akhirnya dikuburkan, sama sepertinya raga Shanie Spancer yang beberapa minggu.Tangan Eleanor terkepal kuat, menggenggam kesedihan yang kembali datang kala dia sadar bahwa mulai sekarang dia tidak akan pernah bisa melihat Hardy untuk selama-lamanya, dan Eleanor sudah tidak memiliki tempat berlindung dimanapun lagi.Andai, pernikahannya dengan Killian berakhir suatu hari nanti, Eleanor akan benar-benar sebatang kara dalam keadaan yang masih teromabang-ambing mencari banyak kebenaran yang belum terbuka, berjuang menopang banyak tanggung jawab yang kini bertumpuk dipundaknya.Termasuk, penyebab kematian Hardy..Eleanor sangat yakin, kematian ayahnya bukan hanya sebatas karena sakit. Ada hal lain yang menyebabkannya.Eleanor akan membongkar semuanya!Disaat proses pe
Suasana rumah duka tampak ramai didatangi oleh pelayat dari berbagai kalangan. Terbalut dalam pakaian hitamnya Eleanor menerima kehadiran orang-orang yang tidak dikenalinya, memberi mereka izin untuk berdoa.Ditengah ramainya orang-orang, suasana ruangan begitu sepi dan dingin, mengosongkan separuh jiwa Shanie yang baru saja hidup sebagai Eleanor Roven.Setiap kali Eleanor memandangi peti jenazah tempat Hardy beristirahat, dadanya sangat sesak dan sakit. Terkurung deja vu yang mengingat dirinya pada suasana kematian dirinya sendiri, Shanie Spancer.Dihari Shanie akan dikuburkan, dia dihujani tangis orang-orang yang tulus peduli padanya, namun dia juga dihujani tawa bahagia dari orang-orang yang menunggu waktu dirinya hancur dengan kematian.Ternyata, hal yang sama telah terjadi pada Hardy..Pandangan Eleanor mengedar dan berhenti pada sosok Sonya yang kini menangis paling kencang hingga membuat orang-orang pelayat datang padanya mengucapkan bela sungkawa, berpikir Sonya tengah hancur
Hardy memejamkan matanya dengan erat, air mata terus beruraian dengan suara napasnya yang dalam tersengal-sengal, menangis dalam pelukan hangat putrinya, menikmati usapan lembut tangannya yang menyentuh wajah, membawa ketenangan ditengah badai gelombang otaknya yang kini saling meledak-ledak mulai melumpuhkan penglihatan, pendengarannya.Tubuh Eleanor gemetar hebat, berkali-kali mengusap air mata Hardy dengan senyuman getirnya.Baru kemarin mereka berbicara, kini Eleanor harus memeluknya yang tengah sekarat. “Ayah..” panggil Eleanor dengan suara bergetar, berusaha keras untuk tidak menangis dan menunjukan kelemahan yang akan membuat Hardy semakin bersedih dan terluka.Shanie jarang sekali menangis, pantang untuknya menunjukan kesedihan, namun saat melihat Hardy yang kini terbaring tidak berdaya, jiwa Shanie terguncang begitu hebat.Sulit untuknya tetap bersikap tenang sambil menegakan wajahnya.Memang, Shanie baru mengenal Hardy kurang dari satu bulan lamanya, namun disetiap kali per
Dipenghujung pagi, Hardy yang telah lama tidak sadarkan diri akhirnya bisa membuka matanya, seluruh tubuhnya dingin tidak berdaya, tidak memiliki banyak kekuatan untuk bergerak.Hardy berkedip lemah, melalui sudut matanya ia memandang keluar jendela untuk melihat langit kebiruan menandakan bahwa sebentar lagi pagi akan segera tiba.Hardy sadar bahwa kini dia sedang berada di rumah sakit dalam keadaan yang lebih parah dari sebelumnya. Disetiap tarikan napasnya ada sakit dan perih menghimpit dada.Pandangan Hardy berpindah pada pintu, dalam hatinya ia bertanya-tanya apakah Eleanor akan pulang untuk menemuinya? Hardy teramat ingin melihat wajah putrinya, Hardy sadar bahwa waktunya pada kematian semakin mendekat, tubuhnya sudah mulai terkunci dan diserang berbagai mimpi.Mimpi yang tidak biasa..Setelah hampir dua puluh tahun Kristal meninggal, untuk pertama kalinya dia datang ke dalam mimpi Hardy dengan menunjukan wajahnya, berdiri di bawah pohon yew memanggil Hardy.Anehnya, ditempat it
“Apa yang terjadi?” tanya Killian menyadari ada sesuatu yang tidak beres pada Eleanor usai menerima panggilan telephone.Eleanor menelan salivanya dengan kesulitan, jantungnya mulai berdebar kencang ditelusupi oleh sebuah firasat buruk yang begitu kuat. Pagi ini Eleanor dan Hardy bertemu, mereka juga sempat bicara bersama. Meski tubuh Hardy lemah, keadaannya masih sangat baik dan bisa beraktifitas normal. Tapi mengapa kini tiba-tiba Hardy sakit? Apa Hardy jatuh ataukah telah terjadi sesuatu yang telah memicu sakitnya?Eleanor tidak bisa menunda, dia harus segera menemui Hardy dan memastikan langsung keadaannya.Situasi Hardy dan Eleanor mungkin terlihat baik-baik saja, namun jiwa Shanie sangat sadar bahwa tengah terjadi suatu gejolak bahaya yang mengintai. Meski Hardy tinggal di rumahnya sendiri, namun keadaannya membuat dia tampak seperti seekor kelinci di antara dua srigala.Sonya dan Thomas..“Eleanor, ada apa?” tanya Killian menyentak lamunan Eleanor. “Kita harus pulang sekarang