Share

Menikahi Mantan Demi Karir
Menikahi Mantan Demi Karir
Penulis: seorina

Nasib Buruk

Sabila Ayu Nathania adalah atlet bulutangkis nasional, ia salah satu atlet dengan prestasi yang cemerlang dalam Tim Nasional Bulutangkis Indonesia. Sabil masuk ke pelatnas pada tahun 2011 saat itu ia berusia tujuh belas tahun. Tidak butuh waktu lama baginya untuk bersinar.

Sudah empat belas tahun Sabil menjadi atlet bulutangkis, dan selama empat belas tahun itu karirnya sangat gemilang dengan siapa pun pasangannya. Namun di paruh kedua 2023 secara mengejutkan Sabil dan Nadhira tidak pernah meraih gelar sekalipun sekalipun dan sering tersingkir di babak awal dan hal itu akhirnya mengakibatkan Sabil di degradasi.

Sabil pun merasa ia tidak pantas jika sampai di degra hanya karena pertimbangan enam bulan, namun ia sadar tidak ada yang bisa membantunya dan ia harus menerima ini. Kini Sabil datang ke pelatnas lagi untuk mengambil barang-barangnya untuk dibawa pulang karena ia sudah tidak bisa tinggal disini lagi.

"Eh ada yang mau pindahan nih," ujar seseorang yang berdiri di depan pintu.

Sabil menatap sinis pada Amy, sama sepertinya Amy adalah atlet ganda putri. Amy adalah satu-satunya orang di sektor ganda putri yang tidak bisa akur dengan Sabil. Mereka berdua adalah rival abadi, bahkan publik pun tahu hubungan keduanya tidak baik.

"Mau dibantuin ngga?" Amy menghampiri Sabil dan dengan lancang ikut memegang barang-barang Sabil.

Melihat itu Sabil menatap tajam Amy lalu menepis tangannya dengan kasar.

"Wuus, santai dong." Amy menampakkan senyum liciknya.

"Lo suka kan gue didegra?" tanya Sabil dengan nada tinggi, ia berdiri dan melipat kedua tangannya di dada.

"Yaaa." Amy mengangguk-angguk masih dengan senyumnya tadi.

"Lo pikir gue ngga tau kalau ini rencana lo?"

"Rencana gue?" Amy memasang wajah terkejutnya yang dibuat-buat.

Sabil rasanya ingin sekali menampar wajah Amy, ia jijik melihat wajah licik perempuan itu.

"Bil sadar dong, permainan lo itu udah menurun drastis. Ngga sadar lo? Bisa-bisanya bilang lo di degra karena gue," cemooh Amy yang semakin membuat Sabil kesal.

"Menurun drastis lo bilang? Sorry ya, ngga seburuk itu. Bahkan publik aja mengakui ada kejanggalan dibalik degradasi gue," balas Sabil emosi.

"Kejanggalan? Penggemar lo ngga lihat permainan lo selama tiga bulan kemarin? Ya itu cukuplah dijadikan alasan degradasi lo."

"Mana ada atlet yang bahkan masih ada di rangking satu dunia didegra karena menurun di tiga bulan terakhir, menurut lo wajar dijadikan pertimbangan? Apalagi sebentar lagi mau olympic. Rencana lo sama bokap lo sampah banget, ngga rapi," ujar Sabil sangat menohok.

Ketua PBSI saat ini, Anwar Permadi adalah ayah dari Amy. Sabil cukup yakin nasib malang dirinya saat ini disebabkan oleh Anwar dan Amy. Amy yang menganggap Sabil sebagai rival beratnya, yang bahkan berpotensi meraih emas di olimpiade memanfaatkan kekuasaan ayahnya untuk mengeluarkan Sabil dari pelatnas.

"Kalau gue didegra murni karena performa gue yang menurun, harusnya Nadhira pun juga didegra karena tiga bulan kemarin gue rasa dia juga sama-sama lagi menurun. Tapi lo lihat! Cuma gue yang didegra, kaya ada yang ngga rela gue tetap bersaing di dunia bulutangkis ini ngga sih?" Sabil bertanya dengan sedikit tertawa.

"Mau masih rangking satu, mau bentar lagi olympic kalau menurun ya wajar aja dibuang." Amy lagi-lagi tersenyum sinis.

"Bil," panggil seseorang dari luar, memecah adu pandang antara Sabil dan Amy.

"Hai Nad, kenapa?" tanya Sabil antusias.

Nadhira terdiam di depan pintu, ia ingin berbicara namun sepertinya terganggu dengan keberadaan Amy.

"Heh Amy, lo ngapain masih disitu? Keluar!" usir Sabil dengan kasar, ia sudah muak dengan perempuan itu.

Amy pun segera menghampiri Sabil lalu memeluknya "Selamat tinggal ya Bil, semoga pensiun dengan bahagia."

Sabil sebenarnya merasa sangat marah diperlakukan seperti itu oleh Amy, namun ia menahannya, tak merespons tindakan Amy dengan apapun, ia sudah tak punya tenaga.

"Kenapa Nad?" tanya Sabil setelah Amy keluar.

"Gue mengundurkan diri Bil," ucap Nadhira yang membuat Sabil terkejut sekaligus merasa senang.

Karena dengan Nadhira mengundurkan diri dari pelatnas, masih ada harapan bagi Sabil untuk tetap bertanding. Mereka tetap bisa berpasangan seperti dulu.

"Nad, lo serius?" tanya Sabil terharu.

"Iya Bil, gue ngga bisa tetap disini dan biarin pencapaian kita sia-sia. Gue mau keluar aja dan tetap main sama lo." Nadhira memeluk Sabil dengan erat, ia pun juga menepuk-nepuk punggung Sabil.

Sementara itu, Amy sejak tadi masih berdiri di luar untuk menguping pembicaraan Nadhira dan Sabil. Ia mengepalkan kedua tangannya saat mendengar keputusan Nadhira.

"Kenapa jadi sedih gini sih?" ujar Nadhira yang matanya berkaca-kaca, ia sudah melepas pelukannya saat ini.

"Makasih banyak ya Nad." Sabil mengusap air mata yang telah mengucur deras di pipinya.

"Ngga perlu bilang makasih, lo bertahan sampai usia tiga puluh tahun cuma demi gue. Gue yang harusnya berterima kasih." Nadhira mengusap pundak Sabil dengan penuh kasih sayang. " Yaudah gue ke kamar dulu ya, gue juga mau ngemasin barang."

Sabil hanya menjawab dengan anggukan kepala, ia masih sangat terharu sehingga tidak bisa banyak berkata-kata. Nadhira pun keluar dari kamar Sabil dan berjalan menuju kamarnya.

Desas-desus kabar tentang Nadhira keluar dari pelatnas sudah tersebar, semua orang sudah membicarakannya. Arga Wirayudha, kekasih Nadhira, merasa sangat kecewa dengan keputusan Nadhira.

"Nad." Arga memanggil Nadhira yang sedang berjalan di lorong kamar para atlet.

Mendengar itu, Nadhira pun berlari dengan semangat menghampiri Arga

"Kenapa Ga?" tanya Nadhira.

"Kamu mau mengundurkan diri kenapa ngga bilang aku sih?" Arga memasang wajah kecewanya.

"Maaf Ga, aku takut berat ambil keputusan kalau minta pendapat kamu dulu." Nadhira meraih tangan Arga karena merasa bersalah.

"Seengganya kamu kasih tahu aku lah Nad, aku akan tetap dukung kamu. Aku ngga akan egois minta kamu tetap disini." Arga melepaskan genggaman tangan Nadhira darinya.

"Iya Ga maaf ya aku ngga kasih tahu kamu dulu, maaf kamu harus dengar kabar ini dari orang lain." Nadhira menatap mata Arga dengan sedih.

"Aku ngga tau gimana rasanya kalau kamu ngga disini lagi," ucap Arga dengan sangat lesu, ia lalu menghela nafas.

"Kamu kaya anak kecil aja, kita masih ada di kota yang sama Ga. Kita bisa ketemu di turnamen-turnamen juga nanti." Nadhira berusaha menghibur Arga, padahal ia tahu mereka pasti akan sulit bertemu karena kesibukan masing-masing.

"Udah bagus dipertahanin di sini malah mengundurkan diri, pacar lo aneh banget Ga," ujar Amy tiba-tiba ikut masuk dalam pembicaraan Nadhira dan Arga.

"Kalau lo mengalami hal yang sama, lo juga pasti ambil keputusan yang sama kaya gue My. Atlet mana sih yang mau memulai dari awal lagi padahal usianya udah ngga muda lagi?" balas Nadhira.

"Ya gue sih milih tetap disini, di jamin negara. Ikut turnamen ngga perlu keluar biaya, mau disuruh bimbing junior ya oke aja." Amy melipat kedua tangannya di dada dan berbicara dengan senyum mengejeknya.

"Itu namanya bego," sahut Arga kasar "Nad aku ke kamar dulu ya," lanjutnya.

"Iya sayang," jawab Nadhira sambil tersenyum manis, ia lalu melirik Amy yang sepertinya merasa kesal karena ucapan Arga tadi "Tuh, dengar kan? Itu namanya bego. B E BE G O GO BEGO!"

Nadhira tertawa terbahak-bahak setelah mengejek Amy.

"Heh jangan macam-macam ya lo sama gue," ancam Amy pada Nadhira.

"Aduh takut banget nih gue kak," balas Nadhira pura-pura ketakutan.

"Gue akan pastiin lo sama Sabil ngga bisa dapatin medali apapun di olympic," ancam Amy lagi.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status