"Anda Zira Oliviana?" tanya orang tersebut yang di jawab anggukan oleh sang pemilik nama.
"Tuan Bram sudah menunggu, tolong ganti pakaian anda sebelum menemuinya, dan tidak ada penolakan karena ini perintah beliau." ucap seorang pria yang memberikan paper bag pada Zira.
Zira memang tidak punya pilihan saat ini, demi ibunya dia menurut dengan apa yang diperintahkan ayah tirinya. Ia menerima paper bag tersebut dan mengikuti pria yang seperti seorang bodyguard tersebut.
"Silahkan anda ganti pakaian Anda dulu nona Zira," ucap pria tersebut menunjuk arah kamar mandi.
Zira mengangguk dan mengayunkan kakinya ke arah kamar mandi, dan ia pun membuka paper bag tersebut.
"Lepaskan saya tuan," tolak Zira berusaha memberontak."Aku sudah membayar mahal dirimu untuk menyelamatkan keluargamu dan sekarang kamu berani membantahku, cepat ikut aku dan layani aku, setelah itu kita akan bersenang-senang malam ini, hahahaha!""Lepaskan aku! aku tidak mau melayani tua bangka sepertimu!" pekik Zira kembali.Plaaaaaakkkk!Tamparan keras mendarat di pipi Zira hingga terlihat jelas bekas tangan kasar pria tersebut di kulit mulusnya, Zira hanya meringis menahan sakit yang terasa di pipinya."Jika kamu menolak melayaniku malam ini, maka aku tidak akan segan-segan menyuruh orang untuk menghabisi nyawa ibumu," ancam Bramanto.&nb
Zira berusaha bangun dari sofa dan mencoba menghindari Steve, namun Steve menariknya kembali hingga tubuhnya terjatuh di sofa. Kini tubuh Zira di tindih Steve, ia menatap pria yang ada diatasnya dengan tatapan kebencian. "Apa anda tidak punya perasaan dan tidak bisa sedikit saja menghargai seorang wanita yang tidak berdaya," ucap Zira. "Ooohhh, jadi sekarang kamu merasa sebagai wanita yang tidak berdaya?" ucap Steve remeh. Zira diam tak menanggapi ucapan Steve, kini pandangan mereka saling beradu, Zira menatap Steve dengan penuh kekesalan dan kebencian namun sebaliknya Steve menatap Zira dengan tatapan meremehkan. Steve menjauhkan tubuhnya dari Zira, ia menatap gadis yang kini tertunduk di sofa. " Bagaimanapun juga aku sudah melepaskanmu dari pria tua itu, aku mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk menolongmu. jadi..., apa yang akan kamu lakukan untuk membayar semua itu gadis bodoh?" Zira terdiam sejenak dengan pikiran yang dipenuhi kebingungan, namun bagaimanapun juga akhirn
"Maaf ibu siapa dan ada perlu apa?" tanya Zira berusaha tenang dan sopan. "Bukankah aku sudah bilang pada Beni kalo pagi ini rumah sudah harus kosong!" Jawab ibu yang berwajah judes itu di hadapan Zira dengan nada tinggi tanpa menyebutkan siapa dirinya. "Maaf maksud ibu bagaimana?" tanya Zira kembali yang semakin di selimuti rasa bingung. "Aku sudah membayar lunas rumah ini dan aku tidak suka bertele-tele, cepat keluar dari rumah ini atau kami akan memaksamu dengan cara kasar!" "Tapi Bu, aku tidak merasa menjual rumah ini ke siapapun dan ini rumah ayah kandungku, jadi tidak akan ada yang menjual rumah ini tanpa seizin dariku," jelas Zira. "Tapi ke
"Bagaimana keadaanmu sekarang," ucap seorang pria. Ia menghampiri Zira dengan membawa secangkir teh hangat dengan senyum ramah di bibirnya."Aku baik-baik saja ka Rian," jawab Zira pada Rian, Kakak dari sahabatnya, Mia."Syukurlah kalau kamu sudah merasa baikan. Minumlah ini untuk menghangatkan tubuhmu."Zira menerima teh hangat yang Rian berikan, "Terima Kasih ka." ucapkan di balas senyum Rian. "Apa ka Rian yang membawaku kemari?""Bukan," jawab Rian sambil menggeleng. "Mia menemukanmu tidak sadarkan diri di gubuk ronda saat dia hendak menjemputmu untuk berangkat kerja, ia membawamu kemari dan memintaku untuk menjagamu dan kebetulan hari ini aku libur."Zi
"Benar, lebih baik kamu tinggal di sini bersama kami," Mia menambahkan."Terimakasih, tapi aku tidak mau merepotkan kalian,""Kami tidak merasa direpotkan, justru aku akan lebih tenang jika kamu berada di sini dan bisa menjadi teman Mia. Kamu tidak perlu kuatir, aku tidak akan mengganggumu," jelas Rian."Benar kata kak Rian Zira, siapa tau juga dengan kalian sering bertemu kamu bisa mengingat sedikit kenangan tentang kak Rian." Mia menatap kakak yang tengah menatap Zira lekat. Zira pun akhirnya menyetujui saran Mia dan kakaknya."Ckckck liat deh yang kemarin nggak masuk kerja, kelihatannya hari ini seneng banget, hmmmm enak ya? baru satu tahun kerja di sini tapi sudah dapat perhatian khusus dari pak Hardi? apa sih r
"Tu, tuan! anda?" ucap Zira menatap orang yang mencegatnya yang ternyata adalah Steve. Zira menggigit bibirnya merasa sedikit takut menatap Steve, ia tau Steve pasti sangat marah dan tidak akan memaafkannya karena dia sudah melewati batas waktu untuk mengembalikan uang Steve. "Apa kamu berusaha menghindar agar tidak perlu membayar hutangmu gadis bodoh?" "Bukan begitu tuan, saya hanya...," "Hanya apa? dasar wanita licik, beraninya kamu bermain-main denganku!" "Tuan saya bisa jelaskan," "Maaf nona, apa anda jadi saya antar?" ucap supir taxi yang sedari tadi menunggu Zira. "Diam dan
Pintu lift terbuka. "Aduuuuhhhh!" rintih Zira karena merasa sakit pada pergelangan tangannya yang sedari tadi di genggam Steve dengan kuat, Steve pun melepaskan tangan Zira dengan kasar. Zira melihat sekeliling apartemen yang besar dan tertata rapi, sembari mengelus pergelangan tangannya yang masih terasa linu. "Rumah ini indah banget, semuanya tertata rapi!" batin Zira takjub. Matanya semakin tak berkedip saat mendapati Steve yang sudah melepaskan kemejanya dan memperlihatkan keindahan tubuhnya yang kekar. "Apa kamu masih ingat konsekuensi karena tidak tepat waktu?" tanya Steve. Namun Zira tak memberikan jawaban dan masih terhipnotis dengan tubuh Steve yang di hiasi beberapa kotak tahu di perutnya. "Hei gadis bodoh apa kamu tuli sekarang!" Hardik Steve membuat Zira seketika merasa kaget hingga hampir melototkan matanya dan terbangun dari lamunannya, dan seketika Zira membuang pandangannya. "Maaf tuan tapi aku belum memiliki uangnya," jelas Zira. "Aku tidak peduli." "Tapi aku be
"Apa kabarmu Zira?" tanya wanita tersebut."Maaf apa aku mengenalmu?"Wanita tersebut menyeringai, "kenal...? bahkan lebih dari kenal."Zira tetap mencoba dan berusaha untuk mengingat siapa wanita cantik di hadapannya, namun dengan susah payah ia tetap tidak bisa mengingatnya."Bella, apa kamu mengenal wanita ini?" tanya rekan kerjanya."Ya. Dia teman sekelasku dulu. Tapi sayangnya, setelah dia hilang ingatan dia melakukan hal yang membuatku malu mengakui jika pernah mengenalnya." Bella menyunggingkan senyuman dan kembali menatap Zira."Bella apa kamu lihat tadi wanita ini diseret oleh tuan Steve n