Layla masih memutar otaknya untuk mencerna beberapa kata yang barusan Abidzar ucapkan.Layla menghentikan aktivitas nya waktu memilih buah-buahan. "Bukannya kebalik ya Mas? Siapa yang menyembunyikan nya terlebih dulu. Bukannya Mas Abi yang tidak menceritakan padaku masalah teror itu yang ternyata pelakunya adalah Jihan."Abidzar terdiam, dia mengalihkan pandangannya yang semula tertuju kepada buah pisang itu.Abidzar menatap Layla dengan lekat dan lurus."Aku bisa jelaskan itu, tapi tidak disini.""Sepertinya kita masih belum terbuka satu sama lain, lanjutkan di rumah saja Mas." Pinta Layla yang langsung mendapat anggukan dari Abidzar.Mereka pun langsung memilih semua kebutuhan yang belum mereka ambil. Setelah itu mereka langsung menuju ke kasir dan membayarnya.***Setelah berbelanja, mereka langsung membersihkan diri masing-masing. Layla juga langsung menata barang belanjaan nya ke dapur dan tempat yang sesuai dengan jenis barangnya.Setelah itu dia juga bergegas membersihkan diri,
"Jangan berucap sembarangan kamu Jihan. Mas Abi tidak mungkin seperti itu. Tolong jangan ganggu rumah tangga kami. Silahkan keluar dan tinggalkan rumah kami." Ucap Layla mengusir Jihan.Jihan yang kesal pun segera pergi dari rumah itu. Tapi dia sedikit puas karena rencananya berjalan dengan lancar. Setidaknya informasi tentang dia yang hamil sudah diketahui oleh Layla. Meskipun itu hanya kepalsuan saja.Layla langsung masuk ke kamar lagi. Pikiran dia sekarang lagi berkecamuk tentang pernyataan Jihan. Layla harus bisa menahan emosi nya. Dia tidak boleh gegabah, karena yang Jihan katakan belum tentu sepenuhnya benar."Siapa Layla? Kok gak di suruh masuk." Tanya Abidzar."Bukan siapa-siapa kok Mas, tadi orang salah alamat saja." Ucap Layla beralasan.Kembali Abidzar melanjutkan pekerjaannya. Sedangkan Layla langsung berpura-pura tertidur. Supaya pikiran nya tidak macam-macam hingga dia terlelap seutuhnya.***Pagi itu Abidzar sudah kembali mengajar di Pesantren Modern. Dia sudah sembuh
Layla dan Abidzar sudah sampai di rumah mereka. Mereka tadi sudah menebus obat untuk wajah Layla."Masih perih?" Tanya Abidzar."Udah mendingan Mas, nanti juga sembuh kok setelah rutin pakai salep sama obat nya ini." Ucap Layla sambil melihatkan beberapa salep dan obat.Abidzar langsung mengangguk mendengar jawaban Layla. Dia terlihat sangat lemah."Layla." Panggilnya dengan suara serak.Layla menikah kemudian tersenyum, "Kenapa Mas Abi?""Aku mencintaimu." Ungkapnya.Layla semakin tersenyum, kata-kata dari Abidzar mampu membuat pipi nya merona."Sampai kapan Mas?" Tanya Layla sedikit menggoda Abidzar."Sampai kapanpun, Insya Allah." Ungkapnya yakin."Aku juga mencintai mu Mas Abidzar. Tolong jangan tinggalkan aku." Pinta Layla.Abidzar mengangguk mantab. Kemudian dia merentangkan tangannya. Layla langsung menghamburkan tubuhnya ke dalam pelukan Abidzar.Pelukan yang selalu menghangatkan, pelukan yang selalu menenangkan. Layla sangat menyukai moment seperti ini.Abidzar juga tidak mau
Arsya dan Abidzar sudah berada di kamar Arsya. Mereka sedang membicarakan masalah tadi, mereka sengaja berpindah tempat untuk lebih fokus dan supaya Layla dan Ummah Ratna tidak mengetahui kejadian ini.Kamar itu terlihat rapi, tidak jauh berbeda dengan kamar milik Abidzar. Sama-sama bernuansa gelap. Bedanya hanya pada koleksi. Dimana Arsya banyak sekali mengoleksi barang-barang maninan, mulai dari robot dan sejenis karakter anime.Sebenarnya Arsya dan Abidzar itu tidak ada bedanya, sama-sama cuek dan pecinta anime. Cuma kalau Arsya masih sering ada gurau nya, tapi kalau Abidzar sangat dingin. Hampir ke semua orang. Mungkin hanya orang-orang tertentu saja.Tapi dibalik itu semua, Abidzar dan Arsya sangat akur. Dibalik sikap mereka berdua, tapi mereka selalu tolong menolong jika ada salah satu yang membutuhkan. Contohnya seperti sekarang, Arsya membantu Abidzar untuk menyelesaikan masalah yang menimpa kakak iparnya itu."Ini Bang, rekamannya. Aku tadi sudah ikutin Jihan itu, dia menyuru
Hari itu, cuacanya sangat tenang, matahari begitu cerah menembus lingkungan sekitar. Mungkin keadaan bumi sekarang lagi bahagia, dan penduduk nya pun yang sedang beraktivitas, memiliki kebahagiaan juga masing-masing diwaktunya yang tepat.Seorang perempuan cantik, mamakai gaun yang begitu besar dan mekar. Gaun itu semakin indah di pakai oleh wanita itu. Dan samping nya seorang laki-laki memakai Jas hitam lekat, mereka sedang bersanding di atas pelaminan menyambut dengan senyuman terbaik nya. Banyak beberapa orang berdatangan untuk menyalami mereka berdua. Dan juga mereka sangat terlihat serasi dan penuh nahagaia.Jihan dan Ryan, mereka sedang melangsungkan pernikahan di sore ini. Bertepatan di suatu gedung mewah di salah satu pusat kota di Jakarta. Tamu-tamu mereka sangat banyak, jadilah mereka sangat sibuk menyambut nya. Entah dari sanak keluarga, saudara dari kedua belah pihak dan juga teman-teman mereka yang datang bergantian.Di pintu depan, juga terdapat beberapa orang yang sedan
Kebersihan nya patut diacungi dua jempol, dan di ujung tempat itu juga terdapat beberapa orang yang menjual street food. Jadilah tempat itu banyak peminatnya, khususnya para pasangan yang sedang ingin beristirahat sebentar dari berbagai macam ujian nya, seperti Abidzar dengan Layla sekarang yang juga memilih taman ini untuk bersantai."Mas, aku mau bunga, aku mau makanan itu dan aku juga mau disini agak lama, boleh kan Mas?" Layla mode manjanya sedang kumat, alhasil dia meminta banyak permintaan kepada Abidzar."Boleh Humaira, tapi jangan sampai merusak taman ini, juga kalau mau beli makanan jangan yang pedas ya, terus jangan sampai malam juga disini. Semuanya lakukan dengan dengan sedang-sedang saja Humaira, berlebihan juga tidak baik." Jawab Abidzar dengan lembutnya.Layla mematuhi ucapan suaminya itu, dia mulai mengambil beberapa bunga dan merangkai nya mnejadi satu. Satu tangkai bunga juga dia buat untuk jadi sebuah mahkota, sangat indah. Kemudian Layla seidkit berlari kecil untuk
Layla dan Abidzar pun segera bersiap, hari itu mereka benar-benar akan melakukan semua kegiatan yang telah mereka susun untuk menjaga keharmonisan mereka dan melupakan kejadian barusan yang sedikit membuat permasalahan dalam rumah tangga mereka.Layla langsung membereskan semua kekacauan barusan, dia segera membersihkan dirinya dan segera berkemas. Layla memakai gamis hutan dengan cadar hitam, jilbab panjang berwarna hitam juga. Sedangkan Abidzar memakai jubah navy, mereka berdua seperti pasangan ala Madinah saja.Setelah itu mereka langsung menuju ke tempat dimana mereka akan melakukan semua kegiatan nya. ***Di lain tempat, tepat nya di pesantren modern, Arsya sedang berada di kamarnya. Dia sedikit sibuk akhir-akhir ini, lebih tepatnya dia menyibukkan diri untuk melupakan seseorang yang telah membuat hatinya patah. Arsya ikut banyak kegiatan, seperti dia juga mengikuti organisasi keagamaan dan organisasi umum di tempat kuliahnya. Arsya ingin lebih aktif lagi untuk kedepannya.Tiba-
Pagi itu cuaca nya sangat terang, semua beraktivitas seperti biasanya. Layla memasak untuk sarapan nya dengan Abidzar, sementara Abidzar sudah bersiap untuk pergi mengajar di pesantren modern.Layla terlihat bersemangat di pagi hari ini, mood nya sedang baik. Layla memasak dengan sangat semringah. Begitu juga dengan Abidzar yang terlihat juga senang, pagi hari nya di awali dengan semua yang baik."Makanan sudah siap, ayo Mas kita sarapan sulu biar Mas Abi ngajarnya fokus. Kalau fokus kan kita bisa berbagi ilmu dengan baik kepada para santri." Layla berucap sambil menyendok kan beberapa lauk setelah mengambil nasi ke piring makan untuk Abidzar."Iya Humaira, kamu memang yang terbaik. Gak di malam hari, gak di pagi hari, kamu selalu membuat Mas bersemangat." Abidzar memeluk Layla dari arah belakang yang langsung dapat rengekan dari sang empu nya.Mereka pun langsung memakan sarapan dengan sangat lahap, terlihat kalau Abidzar sangat menyukai masakan dari istrinya itu. Layla juga sangat s
Abidzar pun meng iya kan permintaan istrinya itu, tapi dengan syarat rujak yang akan di beli nanti bukan rujak yang berada pedas. Abidzar melarang Layla melakukan hal itu, Layla tidak boleh mengonsumsi makanan pedas selama dia hamil.Mereka pun akhirnya pergi ke pesantren modern, lebih tepatnya di samping pesantren modern, karena disanalah kedai rujak buah itu nangkring."Pak, beli satu yang tidak pedas dan buahnya jangan yang kecut." Abidzar memberitahu kepada bapak penjual rujak itu.Mereka sudah sampai di samping pesantren modern, dan Abidzar langsung memesan rujak keinginan Layla. Meskipun Layla sempat tidak menyetujui permintaan Abidzar yang request buah tidak kecut, padahal kan Layla malah ingin buah yang amat kecut sekali.Bapak penjual rujak itu mengangguk, dia langsung memotong beberapa buah segar dan langsung di siram dengan bumbu rujak. Beruntung sekali sore ini sedang tidak ramai, jadi Abidzar dan Layla tidak perlu antri.Setelah selesai, Abidzar pun menyodorkan uang sehar