Suara tangisan orang-orang terdengar samar di telinganya. Matanya membuka perlahan lalu menelisik ruangan yang keseluruhannya berwarna putih. Ruangan yang ia rasakan bau khasnya dari sebuah rumah sakit."De Jasmine," panggilan suara lembut dari dua wanita paruh baya berada dekat di sisinya. Ia mengenali suara itu. Mama Alma dan bunda Astrid."Bagaimana mereka ada di sini?" dan apa yang terjadi?"pikirnya."Mama, Bunda," desisnya seraya menatap keduanya."Iya, nak," sahut keduanya."Kenapa aku ada di sini?"tanyanya heran. Namun seketika ia teringat bagaimana dirinya bisa ada di sini.Beberapa jam yang lalu saat ia menerima telpon dari Indra, yang memberitahukan tentang keadaan Justin dan asistennya yang sebenarnya. Seketika itu juga dunianya terasa hampa. Tapi ia menafikan segalanya dan belum mau percaya sambil berkata, " tidak mungkin,".Akan tetapi, sesaat setelah Indra memberi kabar. Mulailah pemberitaan Media tentang kecelakaan yang menimpa Justin. Kali ini lebih ramai dari yang s
Justin menatap tajam ke arah lawan. Ia tak menyangka lelaki yang dulunya ia segani ini, ternyata seorang bajingan, perusak, dan pengecut tua yang pintarnya bermain curang."Kenapa?" tanya Justin datar.Aqio tersenyum sinis."Kenapa anda belum kapok juga?".Aqio terkekeh."Dasar gila!" pikirnya. Lalu ia teringat Midea. "Apakah kegilaan Midea di sebabkan oleh orang ini?"pikirnya."Tidak. Midea terpaksa melakukannya karena harus membebaskan dirinya dari orang-orang seperti mereka,". Justin mencoba berpikir positif."Aku sudah memperingatkan anda sebelum nya, bukan? Seharusnya kejadian di Jepang tempo lalu sudah cukup memberikan anda pelajaran. Jangan ganggu milik orang lain!" ucapnya sarkas pada pria paruh baya itu."Dia itu milikku, Justin. Kau yang mengambil nya dariku. Kamu pikir aku akan diam saja, meskipun kalian berdua telah menghajarku habis-habisan waktu itu," sahut Aqio santai tapi memendam amarah."Anda sudah tua. Seharusnya anda malu dengan umur anda. Dia istriku. Milikku yang
"Apa kamu bilang?" tanya Justin tiba-tiba yang kebetulan mendengar kalimat terakhir yang di lontarkan oleh Jasmine.De Jasmine menjawabnya dengan tersenyum sinis. Sementara Justin melihat istrinya itu bersikap demikian membuatnya semakin gerah."De, kamu ini kadang-kadang keterlaluan, tau ga? Suami pulang kerja capek-capek, tapi kamu menyambutnya seperti ini. Kalau kamu nya lagi bad mood, ya, udah. Minimal jangan tambah kepalaku pusing, dong," omel Justin mencoba bersabar meskipun ia sudah berusaha. Namun wanita itu tetap saja pada sikap keras kepalanya."Oh, ya Rabbi, nasib-nasib. Punya bini begini," dumel nya."Kenapa? kenapa dengan aku? Ada yang salah?" tanya Jasmine sewot yang mendengar omelan Justin untuknya."Eng-enggak," sahut Justin pelan."Apanya yang enggak? Kamu nyesal nikah ma aku? Siapa suruh nikahi aku lagi? kan dulu kamu nya udah pernah aku tinggalin dan ku tuntut cerai, kan? Terus ngapain di nikahi lagi?"ketus De Jasmine sewot.Justin terperanjat dengan tuntutan dari
De Jasmine keluar dari ruangan tersebut dalam keadaan tergesa-gesa dan panik. Di otaknya hanya memiliki satu tujuan, yaitu menemukan kedua bocah tersebut. De Jasmine menelusuri tiap ruangan di restoran tersebut. Tapi sayangnya, Dean dan Keyra tak ada di sana. Ia kembali lagi ke ruangan yang tadi dan bertanya pada dua orang yang terlihat santai dan tenang sambil melihat tingkah De Jasmine yang panik."Mana anak-anak ku, Tante!"Sonya dan Mr. Aqio menanggapi dengan senyuman."Tante, jawab aku. Di mana mereka?"tanyanya ketus."Kan, sudah tante bilang. Kamu sabar dulu, dong," ucap Sonya."Apa yang kalian inginkan? Kenapa selalu saja mengganggu hidupku?" tanyanya gemas. Hatinya semakin geram pada wanita ini."Tak banyak, sayang. Ya, kan Mr. Aqio?" jawab Sonya lalu melirik ke pria paruh baya yang ada di sebelahnya ini."Hmm, iya. Betul sekali!" sahut pria itu santai.De Jasmine melirik sinis ke arah dua sejoli ini. Namun Sonya semakin melebarkan senyum liciknya."Tidak ada hal yang harus ak
Jasmine tersentak dari mimpi saat denting jam kembali berbunyi sebelas kali. Ia teringat pada kedua anaknya yang masih berada di sekolah."Keyra, Dean," gumamnya. Lalu segera bangun dari tidurnya dan bersiap menjemput kedua bocah itu.Hari ini mendadak supirnya anak-anak ijin libur karena suatu musibah di kampungnya. Jasmine lah yang memberi ijin untuk libur sementara waktu. Selama itu juga ia yangberinisiatif untuk menjemput sendiri buah hatinya.Jasmine bergegas turun, lalu menerobos ke luar rumah dan menggunakan mobil pribadi. Hadiah dari papanya saat wanita itu berulang tahun tempo lalu. Semenjak insiden kejadian di jepang waktu itu. Jason menyadari akan kesulitan putri dan suaminya. karena itu lah Jason menghadiahi Jasmine mobil agar memudahkan segala urusan yang berkaitan dengan rumah tangganya. Momen Jasmine ulang tahun adalah momen yang tepat agar Justin tak tersinggung.Suara notifikasi dari salah satu grup sekolah anak-anak terdengar. Memberitahukan bahwa hanya tinggal Dean
Tanpa berkata apapun Jasmine bangun dari duduknya dan berkata ketus plus sewot, "Lain kali kamu aja yang hamil!"."Aduh, enggak gitu, De," ralat Justin yang terlambat. Jasmine sudah keburu naik tangga dan memilih masuk kamar."Tuh, kan, Bunda, marah. Daddy sih," tegur Keyra."Bunda, lagi sensi. Ga apa, nanti baik sendiri. Kalian makan terus. Nanti telat ke sekolah. Habiskan. Sayang Bunda udah capek-capek masak,"sahut Justin.Pria itu menemani anak-anaknya sarapan terlebih dahulu. Lalu baru balik ke kamar, dan mendapati istrinya sedang bersandar pada headbord ranjang. Wanita itu sedang membaca buku tanpa memperdulikan kehadirannya."De, aku pamit kerja, ya?" ujar Justin. Namun yang diajak ngomong hanya membisu tanpa mau merespon apapun.Justin mendekati Jasmine dan hendak menciumnya tapi Jasmine mengelak. Dan terjadi lagi. Justin harus membujuk istrinya lagi."De, aku mau kerja, kamu jangan gitu, dong. Senyum ya," bujuk Justin.Jasmine tetap pada mode cuek bebeknya. Wanita itu terus fo