Share

Over bahenol

Pagi ini, tepat pada jam istirahat awal pukul 9 pagi, suasana gaduh memenuhi ruang UKS. Para gadis berlomba memberikan makanan untuk Liam. Cowok pembohong yang mengaku sakit padahal dia terlambat.  Putri benar-benar kesal melihatnya. Bukan karena cemburu, tapi karena heran. Bagaimana mungkin pria macam Liam digandrungi remaja putri di sekolahnya. Bagi Putri pria itu tak ada baiknya, preman sekolah, tukang bohong, tukang nyontek, mungkin kelebihannya hanya tampan dan atlet bela diri yang selalu membawa mendali. Itu saja.

"Permisi," ucap Putri membawakan bubur ayam untuk para siswa dan siswi yang beristirahat di UKS. Sebagai anak Palang Merah Remaja yang dipercaya mengurus UKS, memang tugas Putri memberikan pelayanan di sana.

"Ini bubur sama obat sakit perutnya. Diminum ya," ucap Putri meletakkan nampan di atas nakas. Liam yang merasa diperhatikan gadis gendut nan cantik pujaannya pun tersenyum.

"Makasih ya," ucap Liam.

"Sini, Liam. Aku aja yang suapin kamu," ucap Citra pada Liam. Suara gaduh pun segera memenuhi ruangan. 

"Cieee cieeee," ucap gadis-gadis centil satu geng Citra.

"Iya dong, kan calon pacar idaman," ucap Citra membuat Liam muak. Pria itu pun segera menarik mangkuk di tangan Citra.

"Gue bisa makan sendiri. Sana balik aja ke kelas. Berisik banget," ucap Liam kesal.

"Ih Liam, kan aku perhatian sama kamu. Sini aku aja yang suapin kamu," ucap Citra berusaha menggapai mangkuk yang ada di tangan Liam.

"Kalau gue bilang pergi ya pergi," ucap Liam ketus. Namun karena gadis centil dengan make up berlebihan itu terus memaksa, akhirnya Liam pun segera bangkit dari pembaringan dan keluar ruangan. Tak peduli dengan teriakan Citra yang menggema. 

Liam pun mengejar langkah santai Putri. Pria itu benar-benar penasaran dengan sosok putri si juara kelas yang cuek. 

"Put, tunggu dong Put," ucap Liam saat berhasil menyamakan langkahnya dengan Putri.

"Ada apa?" Tanya Putri santai.

"Nanti pulang naik apa?" 

"Angkot."

"Owh..." Mendengar jawaban Liam yang hanya ber-oh ria, Putri pun kembali melangkahkan kakinya. Dia benar-benar tak mau jadi bulan-bulanan para gadis yang menggilai pria bandel ini.

"Put, yeee kok malah ditinggalin sih?" gumam Liam kesal.

"Apa lagi?" Tanya Putri menahan kesabaran.

"Pulang bareng mau?" Tanya Liam.

"Enggak," jawab putri cuek.

Liam pun menghela nafas berat. Dia pikir gadis gendut ini mudah ditaklukkan, tapi ternyata tidak. 

"Mau enggak mau, aku bakal nunggu kamu. Aku anter kamu pulang pokoknya," ucap Liam mengedipkan matanya kemudian berlari menjauh. Sedangkan Putri benar-benar kesal karena pria itu tak hanya tukang bohong tapi juga pemaksa.

Mengabaikan kepergian Liam, putri segera masuk ke kelas. Sedangkan Liam berlari ke kantin mencari Rendi. Beruntung dia bisa segera menemukan Rendi yang sibuk meniup kuah bakso yang mengepul.

"Woy," teriak Liam menepuk bahu Rendi cukup keras. Hal itu sukses membuat Rendi kesal.

"Kaget tau! Kalo gue keselek bakso gimana?" Teriak Rendi kesal.

"Ya tinggal telen. Gitu aja repot," ucap Liam.

"Ganggu aja Lo. Orang lagi makan bakso enak-enak jadi ilang moodnya," ucap Rendi kesal. Bagaimana tidak? Saat dia memasukkan bakso ke mulut tiba-tiba dikejutkan dengan tepukan yang rasanya seperti serangan tiba-tiba. Beruntung bakso itu tidak tertelan bulat-bulat.

"Hahahaha... Ya maap," ucap Liam santai sambil terkekeh kemudian meraih sendok di tangan Rendi untuk ikut menikmati bakso.

"Woy bakso gue woy. Wah parah. Katanya orang kaya makan bakso aja minta," ucap Rendi kesal karena Liam tak hanya mencaplok satu bakso tapi tiga. Bahkan kuahnya pun disruput hingga tandas. Ini sih namanya perampokan bakso.

"Enak Ren. Soalnya grat*s, apalagi kalo Lo beliin semangkok. Wah enak banget tuh," ucap Liam terkekeh geli melihat wajah sahabatnya yang suram karena baksonya tandas.

"Dih, gitu aja ngambek. Udah tenang aja. Gue yang bayar."

"Ya iya lah Lo yang bayar. Kan Lo yang makan." Kini Rendi menyikut pinggang Liam agar menjauh darinya. Sial kenikmatan makan bakso hilang dan musnah sudah.

"Gue pinjem motor Lo dong," ucap Liam tanpa basa-basi.

"Emang motor Lo pada kemana?" Tanya Rendi merasa heran Liam meminjam motor padanya. Padahal biasanya bocah tengil itu bebas ganti jenis model apapun setiap hari.

"Di sita semua sama Babeh," ucap Liam. Sungguh padahal itu bukan panggilan resmi ayahnya. Tapi Liam terlalu malu menyebut panggilan asli ayahnya pada teman-teman. Pasti akan dibully dia. Pasalnya panggilan asli untuk kedua orang tuanya adalah papi dan mami. Uuggghhh anak mami... Liam jijik membayangkannya. 

"Kok bisa?" Tanya Rendi.

"Kan kemaren kita ketangkep satpol PP. Pulang dari kepolisian semua kunci motor gue diambil Babeh. Gue disuruh naik angkot tiap hari. Makanya tadi gue telat," celoteh Liam kesal. Dia benar-benar tidak nyaman naik angkot. Banyak sekali orang beraroma aneh, yang wangi keterlaluan, yang bau kurang ajar baunya.

"Yaudah anterin gue pulang kalo gitu," ucap Rendi.

"Yah kok malah Lo minta gue anterin pulang sih?" Kini Liam kesal.

"Lha terus gue pulang naik apa kalo motor gue Lo pake, Nyet?" 

"Ojek online aja. Gue mau pedekate ma cewek soalnya," ucap Liam berbisik ke arah telinga Rendi.

"Anjiir... Siapa yang udah berhasil bikin Lo jatuh cinta? Syok gue... Sumpah," ucap Rendi dengan gayanya yang hiperbola.

"Biasa aja dong Lo. Lebay banget," ucap Liam kesal.

"Tapi emang gue penasaran, Nyet. Siapa cewek itu? Si Citra?" Tanya Rendi.

"Ya kali gue jatuh cinta sama muka dempulan kayak dia. Yang ada gue cium pipinya isinya semen ma pasir," ucap Liam kesal karena tebakan sahabatnya.

"Lha emang Citra ngapain sampe pipinya penuh semen ma pasir?" Kini Rendi yang bingung dengan jawaban sahabatnya.

"Itu cuma perumpamaan, Bro. Lo liat aja tuh muka isinya dempulan berapa Senti. Bedak se-RT dipake semua ma dia. Gue ga suka. Gue tuh sukanya yang cantiknya alami plus bahenol," ucap Liam tersenyum penuh arti.

"Siapa yang cantiknya alami plus bahenol. Wah jangan bilang Lo suka sama Bu Ana. Guru matematika yang galaknya astagfirullah. Woy sadar woy," ucap Rendi. Pasalnya tak ada teman sekolah yang cantiknya alami plus bahenol. Kalau yang cantiknya alami sih banyak. Tapi bahenol rasanya tidak ada. Kalau toh ada, bukan masuk bahenol tapi over bahenol.

"Lo kalo ngomong enggak disaring dulu apa ya. Ya kali gue suka sama tante-tante," ucap Liam menepuk jidat temannya dengan kesal.

"Lha terus siapa?" Tanya Rendi.

"Putri Aurora Surya. Cantik plus bahenol," ucap Liam membuat Rendi membuka mulutnya karena terlalu terkejut.

"Putri? Itu mah bukan bahenol tapi over bahenol," gumam Rendi heran dengan selera sahabatnya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status