My Captain Pilot

My Captain Pilot

By:  mustika gadis  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
10
1 rating
40Chapters
5.3Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Aku hanya menginginkan Kavaleri. Seorang pilot yang selalu menemaniku selama lima tahun belakangan ini." -Ashilla Gadis Marvelika- "Aku hanya menginginkan Gadis. Seorang direktur muda yang selalu bekerja keras demi kehidupannya. Selalu memberikan semangat untukku melalui semua masalah dalam hidupku." -Kavaleri Avicenna Sadega-

View More
My Captain Pilot Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Ragil Retno Wardan
cerita nya bagus kak ............
2021-12-07 09:39:11
2
40 Chapters
1
GADISAku mematut bayanganku di cermin. Aku meraba kalung berlian yang tak terlihat seperti berlian itu. 'Hhh' aku mendesah dan pikiranku terbang ke waktu itu.“Ini adalah gaji pertamaku Dis, aku harap kamu suka dengan hadiah kecil ini.”Aku tersenyum pahit. Pahit sekali. Dan tak terasa aku meloloskan satu air mata dan berhasil membasahi pipi tembamku. Aku menyekanya secepat kilat. 'Gue nggak mau inget-inget semuanya lagi.'Setelah memutuskan untuk tidak ingin ber-mellow ria, dalam sekejap aku sudah berada di dalam mobil. Aku menelepon kakakku, Celine. “Kak, gue udah otw nih. Lu tunggu di lobby ya.” Yah, beginilah nasib wanita karir yang sudah lama melajang. Aku tidak ingin terlihat sebagai tamu kesepian, jadi kuputuskan untuk mengajak Kak Celine sebagai partner acara malam ini.Malam ini aku harus menghadiri pertunangan anak pemilik perusahaan
Read more
2
KAVALERI Aku melihat jam tanganku, jam tangan bermerk pemberian mantan terkasihku. Aku mendesah, aku ingin menghubungi dia. Ingin bertanya apakah dia baik-baik saja, apa dia tidak lupa untuk makan siang dan meminum obatnya. Aku ingin sekali bertemu dengannya. Aku sangat sangat merindukannya. Merindukan ocehan dan gertakannya ketika aku selalu terlambat menjemputnya.“Kav, kita take off 15 menit lagi. Jangan lupa ya file cuaca sama file passenger kamu yang bawa.” Capt. Isman membuyarkan lamunanku.“Siap Capt, udah saya bawa." Aku berdiri sambil menyeruput ice tea-ku, dan mataku mengevaluasi keadaan di bandara ini. "Ramai sekali, padahal kan ini bukan musim liburan." batinku.Saat aku sampai di waiting room passenger, aku menangkap sesosok wanita yang sangat aku kenal, sedang berjalan menuju garbarata. Dia nampak anggun dengan balutan dress berwarna hitam dan dipadukan
Read more
3
Changi Airport, 13.55 Aku segera turun dari pesawat, menghindari hal-hal yang tidak kuinginkan terjadi. Aku tidak bisa membayangkan jika 'dia' tau bahwa ada namaku di manifes penumpang miliknya. Sialnya, koperku tidak kunjung terlihat dan itu membuatku merasa was-was. “Dis, lu kenapa sih kaya dikejar maling gitu?!” Valerie yang menyadari tingkahku dan mulai muak segera menegurku. “Lu tau nggak sih Val gimana takutnya hati gue saat ini kalo tiba-tiba Kava ngelihat gue dan dia nyamperin gitu?” Aku melihat ekspresi Valerie yang berubah dan melihat ke arah belakangku. “Apa sih Val? Lu ngeliat apa? Tuh koper kita nongol! Cepet ambil keburu si pilot lihat kita!!” Aku menarik tangan Valerie, tapi... “Dis!”  Suara itu... suara lembut, merdu, dan selalu ingin kudengar sebelum aku tidur melalui sambungan telepon. “Gotcha!!!” batinku. Aku tidak berani menoleh, tidak berani mengubah sikapku. “Gadis?” Suara i
Read more
4
Aku memasukkan beberapa map berisi dokumen-dokumen penting ke dalam tasku. Valerie sedang memoleskan blush-on ke pipinya. Aku melirik ke jam tanganku. Baru saja aku mematikan Macbook-ku, dan sedang menghafalkan skenario yang Radit berikan.“Ayo Val, 30 menit lagi meeting mulai lho.” Aku bergegas ke rak sepatu dan memakai wedges berwarna gold.“Iya bentar, jemputan belum miss call gue nih.”Aku mengerutkan dahiku. Menautkan alis tipisku seraya memandang Valerie heran.“Jemputan? Sejak kapan perusahaan kita bilang ada fasilitas jemputan?”  Valerie tersenyum simpul sambil memandangi layar iPhone-nya. “Yuk udah miss call nih.” Kami berdua bergegas menuju lobby. Aku hanya bingung dengan ‘jemputan’ yang Valerie maksud. Kenapa Radit tidak bilang kalau ada fasilitas jemputan? Atau apakah karena hotel yang kami tinggali kelewat mewah,
Read more
5
KAVALERIAku merebahkan tubuhku di sofa dekat jendela. Memandangi jalanan yang cukup ramai di bawah, sambil memikirkan gadis cantik yang ada di kamar sebelah. Tiba-tiba iPhone-ku berdering. Asha Incoming Call. Aku mendesah frustasi. Ku lempar hpku menjauh dan mulai melepaskan sepatuku. Tapi wanita licik itu tidak gentar meneleponku. Akhirnya aku menggeser layar handphone-ku.“Kamu tuh lagi dimana sih sayang? Kok telfon aku dianggurin gitu kayanya?” suaranya yang memuakkan membuatku memutar bola mataku saat mendengar sapaannya tadi.“Aku sibuk.” Jawabku sekenanya. Aku mendengar dia menghembuskan nafas sebalnya. “Kamu tuh selalu sibuk! Nggak pernah ada waktu buat aku! Kav bentar lagi kita tuh nikah, apa kamu nggak mau nemenin aku ke bridal buat milih konsep dan busana pernikahan kita?” ocehnya yang membuat kepalaku pening. Nikah? Aku baru sadar jika dalam waktu dekat ini aku
Read more
6
GADISAku memasukkan iPad-ku ke dalam tas setelah aku mendengar panggilan untuk segera masuk ke ruang tunggu bandara. Aku melirik sekitarku, kupastikan bahwa keadaan aman, tanpa ada Kavaleri!“Dis lu nggak ke duty free dulu beliin oleh-oleh?" Tanya Valerie dengan menenteng berbagai merk tas belanja. Aku menggeleng dan tersenyum. Yang aku inginkan sekarang adalah kembali bersarang di apartemenku yang super nyaman, dan terlindungi dari bahaya luar (baca: Kavaleri). Tapi aku teringat sesuatu, dan membuatku ingin mati saja.“Apa gue harus pindah apartemen ya?”Velerie melirikku dan mengerutkan dahinya sekilas. “Why?”“Gue pengen hidup tenang, tanpa ada gangguan dari Kava maupun Asha. Gue pengen ngubur semua masa lalu gue. Apartemen itu kan juga sering ditiduri Kava kalo dia nginep di sana. Belum lagi yang setiap pagi ketemu Asha di lift. Gue bisa gila!” Tak ada respon
Read more
7
GADISAku membuka mataku, mengerjap sesekali untuk membiasakan cahaya yang menusuk pupilku. Gelap. Aku melihat pergelanganku, 19.20 WIB. Aku terperanjat kaget dan langsung terduduk di tengah-tengah kasurku.Berantakan. Aku melihat bayanganku di cermin dekat kasur. Eyeliner-ku luntur, rambutku kusut terikat seadanya. Aku menghela nafas kasar. Mencoba meraba dimana iPhone-ku berada.8 Missed Call2 New MessagesAku menggeser layar kunci, dan membuka satu persatu notifikasi tadi. Valerie dan kak Celine yang menelepon. Dan Radit yang mengirim sms.“Dis, lu sama Valerie dapet off day seminggu ya. Gunain waktu dengan maksimal, holiday maybe. Jangan terlalu capek dan jangan terlalu mikirin seseorang^.^”Aku tersenyum membaca secuil perhatiannya. Dulu, yang sering begini ya Kavaleri. Lebih manis dan lebih perhatian dari ini. “Ah...” aku mendesah kecil saat menyadari
Read more
8
GADISAku menikmati semilir angin Kuta yang menerpa rambutku. Ibu duduk di sampingku sambil mengelus pelan rambutku. Kak Celine sedang ada di kasir bersama Bapak. Memesan menu mungkin.“Tumben Dis kamu nggak ganti warna rambut? Dua bulan lalu kamu ke sini rambutnya masih ini kan?” Suara Ibu memecah keheningan dan aku memegang ujung rambutku.“Belum nemu warna yang bagus dan cocok buat aku Bu, mungkin kalo besok ke salon nemu yang cocok langsung ganti."“Oh begitu ya, Ibu pikir karena Kavaleri suka yang warna ini.”DEG.Aku masih belum memberitahu Ibu maupun Bapak perihal undangan pernikahan itu.“Kavaleri kabarnya baik-baik aja kan Dis? Ini kedua kalinya ya kamu ke Bali tanpa dia.”Aku membeku. Tubuhku menegang. Aku tidak tahu harus menjawab apa. Sebenarnya bukan pilihan tepat aku berada di Bali dalam kondisi dan situasi seperti ini. Bapak dan Ibu pasti akan selalu mena
Read more
9
Kata-kata Kavaleri masih membekas di telingaku. Aku mencari jawaban ke segala penjuru otakku. Nafasku terasa berat sekarang, Kavaleri masih berdiri di depanku, dan aku mendongakkan kepalaku untuk tetap menatap mata indahnya. Nafasnya bisa kurasakan menyapu hangat wajahku, dan tangannya masih setia menangkup kedua pipiku.“Aku mohon Dis, kamu mau nemenin aku berjuang.” Aku menangkap nada memohonnya dengan sangat jelas. Ada harapan yang digantungkan di sana. Aku menghelas nafas panjang. Menyingkirkan tangannya dan mencoba berdiri untuk menyeimbangkan tinggi kami.“Gimana sama Asha? Aku nggak mau buat dia kecewa.” Balasku seraya berjalan ke arah jendela balkon kamarku. Aku mendengar decakan yang sangat jelas dari belakangku.“Tsk, kamu ngapain mikir dia? Dia aja waktu ngrebut aku dan berhasil ngedoktrin Papa nggak mikirin perasaan kamu.”  Aku merasakan kedua tangan melingkar di pinggulku, Kavaleri memelukku dari belakang. Na
Read more
10
GADISAku sangat bosan, ingin rasanya pergi bersama Kak Celine. Tapi Kak Celine sendiri juga sedang pergi bersama Ibu dan Bapak. Aku melihat Kavaleri mematikan sambungan teleponnya dan berjalan ke arahku.“Gimana, udah nentuin?” Ah suara itu lagi. Aku lupa jika sedang satu atap dengannya. Aku menggeleng pelan. Dia nampaknya gemas dengan jawabanku.“Dari dulu tuh kamu selalu ya kalo dikasih pilihan nggak bisa milih.” Kavaleri duduk di sampingku sambil memandangiku intens. “Apa?” Tanyaku saat kami bertemu pandang. “Kamu nambah cantik deh perasaan. Apa kamu juga belum punya pacar selama putus sama aku kemarin?” tanyanya menyelidik diselingi dengan senyuman jahilnya.Pertanyaan bodoh!“Kalo aku punya cowok di luar sana aku nggak mungkin mau kamu ajak ketemu Papa kamu! Nggak mungkin mau berjuang buat cinta kita!” jawabku kesal. Tanpa sengaja aku menamp
Read more
DMCA.com Protection Status