Brrakkk!! Brrakkk!!
Audrey Dianne terus saja mengejar Zoya bagaikan seorang psikopat yang telah menargetkan musuhnya, sampai pada akhirnya terdengar suara barang berat jatuh. Mengejutkan dirinya.
Gadis itu seolah mendapatkan kembali alih tubuhnya, belum sadar akan apa yang terjadi. Semua ruangan gelap tak terlihat, ia pun mengambil ponsel untuk menyalakan penerangan. Audrey perlahan menuruni tangga dan melihat apa yang terjadi. Awalnya gadis itu tersentak ketika penerangan yang berasal dari ponselnya memperlihatkan sesuatu, darah pada beberapa anak tangga yang mengarah ke bawah.
Anehnya Audrey tak lari melarikan diri, ia justru berjalan mendekat untuk melihat 'hal itu' dengan lebih jelas. Terlihat temannya tergeletak bersimbah darah yang mengalir dari kepalanya. Audrey segera membungkam mulutnya sendiri agar ia tak berteriak.
Tak menunggu lama gadis itu segera berlari kembali keatas meninggalkan Zoya yang kemungkinan saja sudah kehilangan nyawa.&nbs
"Ini pak" Audrey memberi beberapa lembar uang dollar sebagai upah untuk sopir taksi online yang mengantarnya menuju rumah duka. Sebagian besar orang yang ada disana tentunya memakai pakaian serba hitam untuk menunjukkan suasana duka. Rumah duka yang terletak di salah satu rumah sakit terlihat dipenuhi oleh seluruh kerabat dan kenalan Zoya. Mereka semua memakai pakaian serba hitam yang beragam. Terlihat Mr. David beserta istrinya juga datang ke tempat ini dan tentunya Alberth juga turut hadir. Lelaki itu nampak menangis hebat seraya memeluk peti mati dimana Zoya terbaring disana. Audrey segera mendatanginya dan berniat untuk memeluk kekasihnya itu, tetapi Audrey justru mendapat tatapan tidak enak dari Alberth Galvin. "Alberth" panggil Audrey seraya menyentuh pundak kekasihnya secara perlahan. Alberth yang mendengar suara Audrey tepat disebelahnya segera memalingkan wajah. Entah apa yang terjadi dengannya, tak ada yang tahu. Alberth mengusap
Audrey Dianne yang berada disana turut dapat merasakan apa yang Alberth rasakan. Gadis itu merasa iba, lantas ia memeluk kekasihnya yang sedang menangis itu. Alberth kini dapat bersandar di pundak Audrey dan mencurahkan semua yang ia rasakan."Semua ini terasa menyakitkan mengingat bahwa kematiannya dekat dengan hari yang spesial bagiku" isak tangis Alberth terdengar memilukan karena ia takkan bisa merayakan hari spesial itu bersama dengan Zoya (lagi).Ucapan itu lantas membuat Audrey tersadar bahwa bulan Maret merupakan bulan kelahiran lelaki itu. Zoya sempat tak mengingatnya, sebab terlalu banyak hal yang terjadi di bulan ini.Bulan ini sangat berat, banyak cobaan yang harus dihadapi. Suka dan duka yang berjalan seiringan membuat perasaan begitu campur aduk, dan kini semua diwarnai dengan tangis akan kepergian Zoya. Lelaki itu telihat lebih terpukul dari pada siapapun.Baiklah, ini terakhir kalinya Audrey melihat Alberth menangis, sebab bagaimanapun car
"Mobil ini? Apakah itu tak terlalu berlebihan?" pekik Marlyn ketika melihat mobil yang Audrey tunjukkan melalui salah satu web di internet. "Ayolah, lagipula dengan mobil ini lelaki itu bisa menjemputku kapan saja. Aku tahu Alberth sangat menginginkannya, tetapi ia tak mampu membelinya sebab gaji yang tak terlalu besar" bukan bermaksud merendahkan, Audrey hanya membeberkan fakta bahwa Alberth selalu mengeluh bahwa uang bulanannya selalu kurang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Walau Audrey sendiri tak tahu berapa penghasilan Alberth. "Baiklah, jika kau mampu dan tak merasa keberatan, silahkan saja" Marlyn membiarkan Audrey melakukan apa saja yang gadis itu inginkan. "Tenanglah, aku menyisihkan semua uang yang kudapat sebagai model majalah, walau itu belum cukup untuk melunasinya sekaligus, tetapi uang itu bisa digunakan untuk melakukan pembayaran di muka" Audrey begitu bersemangat mencari uang dan berhemat selama satu tahun ini hanya untuk mewujudkan cita-ci
20 Maret 2020 - Studio Pemotretan LF Agency"Lebih baik angkat lengan kananmu sedikit" seorang pria tua yang berdiri dibalik kamera mahal memberikan saran untuk memperbaiki pose seorang gadis yang berdiri dihadapannya."Begitu lebih baik, 1 ... 2 ... 3 ..." sesaat setelah hitungan mencapai angka tiga, kilatan cahaya terang yang menyilaukan muncul dari kamera itu.Audrey kini dapat menggerakkan kembali tubuhnya dengan bebas setelah melakukan beberapa pose berbeda. Gadis itu kemudian melangkah menuju ke salah satu monitor dan melihat hasil foto yang ditangkap oleh kamera pria tua itu.Semua orang yang ada di sana tentunya memuji hasil foto yang keluar, Audrey tampak begitu anggun dengan gaun pendek yang ia kenakan tetapi gadis itu juga nampak memunculkan aura kuat ketika memakai pakaian yang tak feminim."Aku tak percaya dengan ini, Audrey nampak seperti dua orang yang berbeda" komentar wanita setengah baya yang bekerja di salah satu perusahaan
Prankk!!Serpihan kaca bertebaran disekeliling kaki Audrey dan menggores lengannya yang mulus. Walau luka tersebut tak dalam sama sekali namun tetap saja terasa pedih.Kejadian tiba-tiba yang tak disangka ini membuat Audrey dan pria yang mendekapnya merasa terkejut. Kedua orang tersebut segera menoleh untuk mengetahui pelaku yang membuat kekacauan itu."Lepaskan kekasihku bajingan mesum!" Alberth yang entah dari mana datang dengan wajah merah padam, sudah jelas bahwa ia merupakan pelaku yang melempar gelas kaca tersebut ke dinding terdekat.Lagi-lagi seperti diberi sebuah kejutan, jantung Audrey berdebar kencang ketika melihat sikap Alberth yang begitu berani memukul wajah pria asing yang mendekapnya itu.Alberth terlihat begitu berbeda ketika emosi menguasai dirinya. Tentu saja, siapa orang yang tidak merasa kesal saat melihat kekasih yang ia cintai di dekap oleh pria asing? Dan emosi Alberth yang membara berhasil membuat wajah p
Alberth melangkah keluar dari restoran bersama sang pemilik. Setelah merundingkan sesuatu, mereka berjalan keluar dengan senyum yang terlukis, sangat berbeda ketika pertama kali mereka saling bertemu. Mereka telah menyelesaikan semua permasalahan dengan damai. "Kau sudah selesai?" tanya Audrey kepada Alberth sekaligus mengakhiri percakapannya dengan pelajar yang ada di sampingnya. "Kalau begitu aku akan pergi" ucap gadis pelajar itu tanpa basa basi lebih lanjut. "Tunggu, kami bisa memberimu tumpangan dan mengantar sampai rumah" tawar Audrey ketika melihat gadis pelajar itu hendak pulang ke rumah selarut ini. Mendengar ajakan kekasihnya, Alberth tentu tak memikirkan hal lain. Ia hanya berpikir bahwa sebelum sampai ke tempat tinggalnya ia harus menuju ke rumah gadis pelajar itu dan mengantar kekasihnya sampai rumah dengan selamat. "Tidak perlu, rumahku berada di gang kecil sebrang sana, sangat dekat" tolak gadis pelajar itu sembari b
Pintu dibuka, menampilkan seorang wanita yang duduk dengan pakaian minim serta beberapa botol alkohol mahal yang tersaji di atas meja bundar."Kau sudah datang rupanya" sapanya lembut kepada seorang pria yang baru saja masuk melalui pintu utama ruang VIP yang ia pesan.Kemudian dengan ramah pria itu menyapa dengan senyum khasnya yang manis dan memikat, "Lama tak jumpa, Lorent".Senyum mengembang lantas terlihat jelas dari wajah Lorent. Wanita yang pernah berprofesi sebagai model Internasional itu kini terlihat jauh berbeda dari pada sebelumnya. Rambut yang sudah kembali panjang dan bentuk wajah yang terlihat sedikit berbeda." Aku nyaris tak mengenalimu, apa kau melakukan operasi plastik lagi?" pria itu bertanya pada wanita yang ada dihadapannya."Ya seperti yang kau duga" Lorent memutar perlahan gelas berisi alkohol yang ada ditangannya.Pria itu tersenyum tipis, kemudian duduk dan merangkul Lorent dengan hangat. Mereka terlihat sangat akra
Ting!Pintu eskalator kembali terbuka di lantai dua, menampilkan orang baru yang akan masuk ke dalam. Terlihat wanita cantik dengan sepatu hak tinggi sekitar sepuluh centimeter berjalan masuk dan berdiri tepat disamping Audrey.Suasana ramai karena kedua orang yang bergosip kini menjadi sunyi, sangat sunyi, karena orang yang mereka bicarakan ada bersama dengan mereka di ruang eskalator yang sempit. Tak ada yang berani mengatakan sepatah kata apapun, termasuk Audrey yang telah mengetahui bahwa wanita di sebelahnya adalah Lorent. Wanita gila yang pernah terlibat masalah dengannya.Setelah beberapa saat, pintu eskalator kembali terbuka di lantai tujuan Audrey, lantai 3. Gadis itu segera melangkah keluar dan pergi menuju ke ruang pemotretan. Tanpa disangka, Lorent mengekor dirinya. Walau tak ada satu katapun yang terucap, namun Audrey tetap merasa tak nyaman."Kau tiba lebih awal rupanya. Segeralah ganti pakaian ini dan-" Mr. Vincent menghentikan ucapannya ke