Acara karaoke pun selesai, hampir seluruh isi bus terbuai ke dalam mimpi. Mungkin karena mereka kelelahan setelah mengarungi perjalanan panjang. Termasuk Emili di dalamnya, ia bahkan mengeluarkan dengkuran halus dari mulutnya, sementara itu Danil sibuk menatap ponselnya sambil tersenyum, ternyata ia sedang berbalas pesan dengan kekasihnya Alea, Ia merasakan sesuatu menyentuh pundaknya dengan perlahan, ternyata itu adalah kepala Emili yang sedang meleyot ke arahnya, ia pun berhenti menatap ponsel dan beralih menatap Emili, ia hendak mendorong kepala Emili agar berpindah dari sana, tapi ia urungkan dan malah memperbaiki posisi duduknya agar Emili merasa nyaman di pundaknya. Ia juga tidak lupa merapikan anak rambut Emili yang menutupi wajahnya."Sebenarnya kau cukup cantik." Gumam Danil, setelah itu ia kembali menatap ponsel, masih ada nama Alea di layar gawainya."Eh, tunggu dulu! Kenapa aku melakukan ini? Ada apa denganku" Ia menyadari ada yang salah dengan dirinya, ia memberi perhatian
Akhirnya tiba di tempat tujuan, Semua peserta turun dari bus dan menyegarkan tubuh mereka dengan melakukan peregangan, setelah mereka merasa lebih segar mereka menurunkan semua barang bawaan masing-masing dan bersiap menunggu komando. "Sekarang kita makan siang dulu, setelah itu baru berbenah memasang tenda dsb." Ucap Evan memberi arahan."Biar kita semua tetap semangat kita harus punya yel-yel, okeh...? begitu saya selesai memberi arahan semua harus jawab dengan 'Siap komandan'." Evan berteriak dengan suara lantang di ikuti oleh semua peserta, dan benar saja setelah berteriak wajah dan tubuh mereka tampak segar.Makan siang pertama belum ada persediaan makanan jadi Evan sudah mewanti-wanti agar semua peserta membawa lunch box, Danil tidak tau tentang itu, sebenarnya Emili sudah menyiapkan semuanya tapi orang kaya mah bebas, ia memesan makanan delivery order dan bukan hanya untuk dirinya sendiri, ia memesan untuk seluruh peserta, tidak sampai satu jam sebuah truk pengantar makanan de
Akhirnya Danil dan Evan yang bekerja sama menyelesaikan tenda."Aku bukannya tidak mau membantunya, jadi kenapa kamu ada di sini?" Kata Danil pada Evan, mereka sudah hampir menyelesaikan tendanya."Tolong jangan salah paham, saya adalah panitia dan saya melihat peserta sedang kesusahan jadi saya membantunya" jelas Evan, membuat Danil manggut sepertinya ia menerima alasan Evan."Ngomong-ngomong anda beruntung loh Pak Evan mencoba akrab."Oh ya, karena apa?" Danil agak tertarik, tapi wajahnya masih datar."Maksud saya tentang menikahi Emili, dia gadis yang ceria, selalu bersemangat, baik, pintar, dan mandiri" "Sepertinya kamu sangat mengenalnya ya?" Danil merasa tertantang."Mungkin, kami kan sering bersama""Sebagai suami saya menyayangkan itu, harusnya kamu tahu tidak boleh mendekati perempuan yang sudah menikah" kata Danil menasehati dengan bijak, ia sok menjadi suami Emili."Oh bukan, Anda tidak boleh berpikir yang tidak-tidak yang saya maksud kami sering bersama itu karena kami sat
Malam pun tiba dimana acara pembukaan di gelar secara resmi di iringi dengan api unggun dan alunan musik serta launching tema acara, yaitu "Cerdas dengan berpikiran yang luas" inti atau makna dari tema tersebut adalah semua mahasiswa bebas dengan semua pemikirannya masing-masing meskipun berbeda-beda namun dengan cara yang cerdas tentu saja ada kaitannya dengan membawa pasangan dari luar kampus, di sini mahasiswa di ajarkan bagaimana menghargai teman yang tidak satu kampus, bagaimana agar pikiran tidak mengkerut dengan menganggap kampus kita yang terbaik yang lain kurang baik karena itu meski bukan dari teman kampus harus tetap kompak karena semua orang boleh sukses bersama, Kurang lebih begitu penjelasan dari dosen.Setelah dosen berbicara, mic di berikan kepada Danil dan meminta sedikit waktu berharganya untuk memberikan sepatah dua patah kata, Danil terlihat elegan dan berbicara sangat fasih, Hana yang duduk bersebelahan dengan Emili menyikutnya, Emili terlihat sangat bangga pada Da
Serangkaian acara malam itu akhirnya selesai, sebagian peserta masuk ke tenda masing-masing, beberapa masih ingin bersantai menikmati malam termasuk Emili yang masih betah di tempat yang sama, sedang Danil sudah berdiri dari tadi."Sedang apa kamu?" Ucap Evan mengagetkan Emili."Ga ngapa-ngapain hanya menikmati malamnya puncak yang dingin" Emili tidak tertarik mengobrol, akhirnya suasana menjadi hening."Ooh begitu, ikut ya" Kata Evan sembari duduk."silahkan.." sahut Emili."Aku ikut senang akhirnya kamu bisa move on dan kembali seperti dulu lagi" Evan mengenang kembali saat Dion pergi, Emili hanya menatap lurus ke langit yang hitam tapi tampak indah dengan bulan dan bintang-bintangnya.ternyata Evan masih di cueki sama seperti biasanya hanya saja kali ini Emili tidak lagi menyalahkan diri.Waktu itu Emili benar-benar kehilangan semangat hidup dan terus menerus di rundung rasa bersalah dan penyesalan "kalau saja waktu itu aku tidak perlu mengajaknya ke pantai pasti dia masih ada kan?
Di pagi hari..."Wahai jiwa-jiwa yang mengantuk bangunlah dari tidurmu...." Suara seorang panitia terdengar dari speaker. Sepertinya hanya bermain-main.Emili terjaga dan menemukan dirinya berada di pelukan Danil yang masih lelap, ia hendak bangun tapi pesona Danil menghipnotis pandangannya, ia pun mengurungkan niatnya dan berlama-lama memandang Danil. Ia berusaha mengabaikan yang tejadi semalam dan menganggapnya hanya mimpi tapi sudah terlalu kuat terpaku di ingatannya dan bekasnya masih terasa sangat nyata di mana-mana, ada bekas kissmark tapi Danil sengaja tidak membuat tanda itu di bagian yang bisa di lihat orang dan di bagian bawahannya masih terasa perih."Aku pasti tampan karena itu kau menatapku seperti ini" Kata Danil, tiba-tiba membuka mata, Emili buru-buru bangun dan tidak berani melihat ke arah Danil lagi. Untungnya ia sudah rapi dengan pakaiannya, bahkan ia sempat membersihkan dirinya semalam."Aku akan pergi duluan" Ucap Emili buru-buru keluar, ia tidak peduli dengan guy
Danil mengalihkan tatapannya ke arah layar ponselnya."Kenapa Lex?" Tanya Danil pada si penelpon"Halo Bos, sudah lihat media sosial belum?""Kenapa saya harus melihat media sosial?""Ada berita viral, Alea kecelakaan.""Apa?" Danil langsung menutup telepon dengan panik ia lalu mengecek media, Segera yang menjadi tranding topik semua tentang Alea, model terkenal yang sedang mengalami kecelakaan. setelah itu ia menelpon Alea.Emili juga mengecek media via ponselnya. Wajahnya yang sumringah dan ceria sudah memudar. Ia benar-benar lupa tentang Alea dan menikmati setiap moment indah bersama Danil."Halo, ini saya manajer nona Alea. Nona Alea kecelakaan." Ucap seseorang di seberang telepon via video call."Iya aku tau, bagaimana keadaannya sekarang?" Masih terlihat jelas paniknya."Tidak ada luka yang berarti, tapi masih belum sadarkan diri karena syok""Ya sudah saya akan terbang kesana malam ini juga." Setelah ia menutup telepon ia beralih menelpon Alex dan memintanya untuk menjemput dan
Di seberang negara yang bermil-mil jauhnya seorang pria tampan berkarisma sedang termenung melihat ponselnya, seperti sedang merindu dan menunggu seseorang untuk menghubunginya, benar saja ponselnya berdering, dengan sigap ia menjawab telepon."Halo?" Suara di seberang membuatnya mengecek nama di layar. "Kenapa Lex?" Tanyanya dengan galak, ada sedikit kecewa di raut mukanya."Tumben cepat bos? Jangan-jangan menunggu telpon dari orang lain ya?" Tebak Alex."Ayo cepat kamu mau ngomong apa?" Alex menjelaskan apa tujuannya menelpon. Intinya melaporkan tentang pekerjaan di perusahaan."Ehem apa ada info tentang Emili?" Ada rasa asing yang muncul di hatinya saat menyebutkan nama itu."Iya bos, sopir Nyonya Emilia cuti beberapa hari""Siapa yang mengizinkan?""Nyonya Emili sendiri""Oh gitu, terus dia di antar jemput siapa?""Sepertinya kendaraan umum, tapi saya pernah lihat di jemput sama itu, Si Evan bos." Degh, jantung Danil agak berdenyut mendnegar nama Evan, ia merasa miliknya akan