Share

Dua Nona Muda Adinata

"Morning," sapa Mas Gibran. Ah ... indah sekali pagiku. Seketika setelah mataku terbuka, aku langsung bisa melihat sosok tampan itu sedang duduk di kursi sebelah bed rawat inapku.

Emmuach!

Kecupan selamat pagi didaratkan Mas Gibran di bibirku. Seketika aku membenamkan wajahku di dadanya. "Malu ah, Mas," rajukku dengan gaya sok imut.

Kedua alis Mas Gibranpun saling bertaut. "Dih, malu kenapa?" ledek Mas Gibran. "Toh ini bukan ciuman pertama kita. Kenapa kamu tiba-tiba malu-malu mau?"

Mas Gibran mengangkat daguku dengan jemarinya. Kemudian dia kembali mencium bibirku sekali lagi. Emmuach!

"Cantik sekali Tante Bule kalau bangun tidur gini."

Dih, gombal! Mana ada cantik-cantiknya? Secara aku ngileran kalau lagi tidur. Pasti di pipiku sedang terpapang jelas jejas ilerku, huft!

"Aku panggilkan perawat untuk membantumu membersihkan diri. Mama dan para sekutunya sudah on the way ke sini."

"Sekutunya?"

"Gea dan Luna."

Hoalah, iya sih, sekutu Mama Elma banget mereka berdua. Sekutu pembuat keheb
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status