Share

Bab 6

Author: Sulitina
last update Last Updated: 2025-08-28 10:17:16

"Anjani! Apa kamu tidak bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk?!” Farhan membentak dengan tatapan tajam. Ia segera mengambil bingkai foto yang terjatuh dan langsung memasukkannya kembali ke dalam laci meja.

Anjani berjalan mendekati suaminya dengan wajah datar. Tatapannya lurus pada Farhan. “Siapa wanita dalam foto itu, Mas?!“ Kini Anjani berdiri di depan Farhan dengan meja sebagai penghalang mereka.

Farhan terlihat gugup, tapi secepatnya mengubah ekspresi gugup menjadi datar. "Kamu gak perlu tau siapa dia!“

Anjani tersenyum kecut. Tatapannya tak pernah berpindah dari kedua mata suaminya. “Bu Vanya?”

Mata Farhan membeliak, terkejut sampai hatinya berdenyut ngilu. Secepat mungkin mengubah ekspresi wajah menjadi datar. "Jangan ngaco kamu! Mana mungkin foto itu Ibu!” sentak Farhan mencoba untuk tidak gugup.

"Dia Bu Vanya, kan? Ibu tiri kamu?” Meskipun suaranya terdengar tenang, tapi hatinya bergemuruh. Kaki dan seluruh tubuhnya gemetar karena marah.

"Kamu jangan bicara sembarangan, An! Dia bukan Ibu! Mana mungkin aku cinta sama ibuku sendiri!” Farhan berdalih, setiap kata yang terucap dari bibirnya terasa mencekik lehernya sendiri.

"Ya, mana mungkin kamu cinta sama Ibu kamu sendiri, Mas. Meskipun dia hanya Ibu tiri...?” Anjani terkekeh miris. “Tapi karena itu kamu, maka semuanya bisa terjadi. Sudah berapa lama kamu cinta sama Ibu tiri kamu sendiri, Mas? Apa sejak pertama kali Ayah menikah dengannya?”

Farhan terdiam dengan rahang mengeras, tangannya di bawah meja mengepal kuat. Matanya menatap tajam ke arah Anjani.

"Kamu hanya lelah, jadi bicara sembarangan! Dia bukan Ibu!” Farhan masih mencoba meredam amarahnya. Bagaimanapun Anjani punya tempat tersendiri di sudut hatinya. Meskipun masih samar.

Suaminya masih saja berdalih, Anjani semakin terluka. Dia seperti orang bodoh yang mengejar merpati terbang. Sekeras apapun berusaha, Anjani tidak akan pernah bisa mendapatkan merpati tersebut.

“Sampai kapan kamu akan ngelak, Mas? Aku sudah tahu semua! Aku tahu foto itu adalah foto Ibu Vanya! Aku tau, Mas! Jadi jangan berdalih lagi!” Suaranya bergetar saat bicara. Sungguh hatinya teramat sakit.

Farhan menggebrak meja dengan kedua tangan. Amarah yang berusaha ia redam medelak juga.

“Lancang Kamu, An! Beraninya kamu menyentuh barang pribadiku!“ bentak Farhan murka. Selama ini dia tidak pernah mengijinkan Anjani menyentuh apapun yang berada di kamar tamu maupun ruang kerja.

“Lancang katamu, Mas?! Aku istrimu, aku berhak atas semua barang pribadimu termasuk dirimu, Mas! Aku berhak tau siapa wanita itu!”

“Kamu gak punya hak, An!” Farhan kembali membentak, kali ini suaranya memenuhi ruang kerja.

Anjani tersenyum pahit. "Baiklah, karena aku gak punya hak atas dirimu. Maka ceraikan aku!” Hatinya seperti di tusuk ribuan jarum saat mengatakannya. Sungguh sakit.

Farhan meraup wajah kasar, amarahnya melonjak saat mendengar kata cerai dari bibir Anjani. Dia tatap istrinya itu dengan tatapan tajam. "Sampai mati, aku gak akan menceraikanmu!”

Anjani meremas nampan yang ia pegang. Hatinya seperti tersayat mendengar ucapan Farhan. “Katakan, Mas! Aku harus gimana? Kamu gak cinta sama aku, gak mau menyentuhku, kamu juga cinta wanita lain. Tapi kamu gak mau ceraikan aku. Katakan, aku harus gimana...??”

Lelah fisik masih bisa diobati dengan istirahat, tapi lelah batin sungguh menyiksa membuatnya hampir kehilangan kewarasan. Anjani menatap Farhan dengan tatapan penuh kekecewaan. Tangannya yang tadi memegang nampak kini melepas nampan tersebut hingga jatuh menghantam lantai.

Cangkir berisi kopi juga piring kecil berisi cemilan pecah berserakan. Bahkan serpihan gelas mengenai kakinya. Rasa perih di kakinya tak seberapa dibanding rasa sakit di hatinya.

“Kamu lihat ini, Mas? Meskipun kamu satukan cangkir ini kembali, ia tidak akan sama. Seperti hubungan kita. Semenjak kamu menolakku, pernikahan kita sudah retak. Setiap kali kamu menolakku, retakannya semakin lebar. Sekarang sudah pecah. Gak mungkin bisa diperbaiki lagi.“ Anjani menghirup napas dalam-dalam, menatap Farhan yang diam membisu. "Pernikahan kita sudah lama berakhir, Mas!”

Farhan berdiri dari duduknya, dia tidak terima dengan akhir seperti ini. Yang boleh mencampakkan hanya dia, bukan Anjani. Yang boleh membuat keputusan perihal pernikahan mereka sudah hancur atau tidak, hanya dia bukan Anjani.

“Pernikahan kita belum berakhir, Anjani! Kita masih suami istri, dan akan seperti itu sampai maut memisahkan kita!” Suara Farhan pelan, tapi terdengar dingin dan menusuk.

"Jangan mimpi kamu, Mas! Pernikahan kita sudah berakhir! Kalau kamu gak mau menceraikan aku. Biar aku yang ajukan gugatan cerai!”

Farhan menatap nyalang. "Kamu berani?!” Suaranya rendah, menusuk dan tajam.

Anjani mengangkat dagu, membalas tatapan Farhan tak kalah tajam. "Kenapa aku tidak berani? Mau bukti?“

Kini tatapan keduanya saling mengunci. Dalam, tajam, dan penuh intimidasi.

Anjani sudah muak dengan pernikahannya. Sudah muak dengan sikap Farhan, bahkan sudah jijik. "Sebentar lagi kamu akan menerima gugatan cerai dari aku, Mas!“ Dia berbalik, tapi sebelum pergi dari ruangan itu, Farhan menahan lengannya.

Farhan mencengkram lengan Anjani kuat. Menatap istrinya tajam. “Anjani, dengar ini. Sampai matipun aku gak akan menceraikanmu. Kamu akan tetapi menjadi istriku sampai kapanpun!“

Anjani membalas tatapan Farhan tak kalah tajam. “Seandainya aku dan Bu Vanya diambang kematian. Siapa yang akan kamu selamatkan?"

Farhan mendengkus, menyentak tangan Anjani kasar. "Jangan memulai! Kamu tau jawabannya!”

Sudut bibir Anjani membentuk senyum sinis. "Meskipun begitu, kamu masih mau memilikiku? Kamu waras?“

Farhan memejamkan mata. Mudah baginya untuk menyetujui permintaan cerai dari Anjani, akan tetapi sudut hatinya menolak. Selama satu tahun ia sudah terbiasa dengan kehadiran Anjani. Terbiasa dengan segala macam perhatian wanita itu.

Apakah benar hanya karena biasa? Ataukah hatinya memang sudah memilih istrinya?

Dia hanya butuh waktu sebentar lagi untuk memastikan perasaannya. Ya, hanya sebentar. Mungkin hanya beberapa bulan lagi.

"Anjani, tunggulah sebentar lagi. Aku hanya perlu waktu untuk semuanya. Beri waktu untuk melupakan cintaku dan menerimamu seutuhnya. Hanya sebentar, aku mohon bersabarlah.” Farhan menggenggam tangan Anjani erat. Memberi keyakinan akan ucapannya.

Mata Anjani bergerak gelisah, genggaman itu adalah pertama kali selama ia mencintai dan selama ia menjadi istri.

“Aku mohon. Bersabarlah untuk rumah tangga kita. Aku janji, gak akan lama.“ Farhan kembali menyakinkan Anjani, ia membawa tubuh mungil itu ke dalam pelukan.

Hangat....

Pelukan Farhan sangat hangat, dan ini juga peluka pertama yang ia dapatkan dari Farhan selama mereka menjadi suami istri.

Hatinya bergetar, ada rasa gelisah di dalam sana. Bimbang, itulah yang Anjani rasakan saat ini. Apakah ia harus bertahan sebentar lagi?

"An, kamu hanya perlu membimbingku. Ingatkan aku saat aku bersikap berlebihan padanya. Ingatkan aku saat rasa ini tidak terkendali. Cuma kamu yang bisa melakukan itu. Jadi tolong jangan tinggalkan aku. Aku janji tidak akan lama.”

Tutur kata Farhan seolah menyiram hati Anjani yang telah lama gersang.

Apakah ia bisa bertahan sebentar lagi? Apa dia sanggup?

*,*..

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 11

    Bu Vanya menepis tangan Farhan saat lelaki itu akan memegang tangannya. Menatap Farhan dengan tatapan tak percaya. "Sejak kapan Farhan? Sejak kapan kamu begini?“ Dia menatap Farhan seraya menunjukkan fotonya. Rasanya tak percaya Farhan akan seperti ini. Farhan menunduk merasa bersalah. Sesal dalam hati membuatnya malu luar biasa. Namun, inilah konsekuensi akibat perbuatannya yang menyimpang. “Sejak pertama kali melihatmu. Sebelum kamu menikah dengan Ayah," ungkapnya. Cinta itu tumbuh jauh sebelum Bu Vanya menjadi istri sang ayah. Bu Vanya menatap lekat wajah Farhan. Rasanya tak percaya, anak tirinya akan jatuh cinta padanya. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya. Rasa kecewa itu ada, tapi dia mencoba untuk memaafkan dan melupakan. “Ibu tidak akan memberitahu ayahmu. Tapi, lupakan perasaanmu. Jalani rumah tanggamu dengan Anjani dengan baik. Ibu gak mau jadi perusak rumah tangga kalian.“ "Kamu gak pernah merusak rumah tangga siapapun!" Farhan menatap lekat wajah wanita yang

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 10

    Pagi tiba seperti biasa. Anjani menjalani aktivitasnya, menyiapkan air hangat dan baju ganti untuk Farhan. Selesai dengan tugasnya di lantai atas, kini Anjani turun ke lantai bawah, langkahnya menuju dapur. Di sana sudah ada Bu Vanya. Wanita itu sedang membuat kopi untuk ayah mertua. “Pagi, Bu," sapa Anjani sopan. Bu Vanya tersenyum. "Pagi juga, An. Ibu sudah masak untuk sarapan,“ kata Bu Vanya. “Iya, Bu. Tapi lain kali biar Anjani yang masak. Ibu gak usah repot-repot.“ Anjani tersenyum tipis. Teringat saat Farhan memarahinya karena membiarkan Bu Vanya masak sendiri. "Ibu gak repot. Masak untuk anak mantu masak dibilang repot sih.“ Anjani kembali tersenyum tipis. Dia mengambil kopi dan menyeduhnya. Meskipun hati tak lagi sama, tetapi dia masih berstatus istri Farhan. Keperluan lelaki itu masih ia siapkan. “An, mana kopiku?“ Dua wanita itu menoleh saat mendengar suara Farhan. Mereka menatap dengan ekspresi masing-masing. Bu Vanya dengan senyuman, Anjani dengan wajah

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 9

    Anjani meremas selimut dengan kuat. Sentuhan Farhan semakin menuntut. Jika dulu pastilah bahagia yang dirasa, tapi sekarang hanya jijik yang ada. Netranya masih setia terpejam, berharap Farhan menghentikan aksinya. Namun, sepertinya suaminya itu telah diliputi nafsu. "An, bukankah ini yang selama ini kamu inginkan?“ Suara Farhan terdengar semakin berat, deru napasnya semakin memburu. "Apa kamu mau menolak suamimu, hem?“ Tangannya membelai wajah Anjani dari mata sampai bibir tipis wanita itu. “Bukankah wanita muslimah sepertimu tahu hukum menolak suami?” Air mata Anjani tumpah, hatinya seperti ditikam sembilu. Ia buka netra yang berkaca, menatap Farhan dengan penuh luka. "Kenapa baru sekarang, Mas?“ Farhan kembali membelai wajah cantik Anjani. Ia akui istrinya ini sangatlah cantik. Tak heran hampir semua pria di perusahaan tergila-gila pada istrinya ini. Hanya saja hatinya terlanjur jatuh terlalu dalam untuk Bu Vanya. Sejak pertama kali melihat wanita yang sekarang m

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 8

    Anjani menampik tangan Farhan, rasa perih di rahang tak sebanding rasa perih di hatinya. "Ke luar Mas!“ Farhan menatap Anjani nanar, tangannya terulur ingin menyentuh pipi Anjani yang memar akibat ulahnya. Namun, tangannya langsung ditampik Anjani kasar. “Aku ingin sendiri.“ Ada rasa bersalah dalam hatinya melihat luka di pipi Anjani. Meskipun demikian lidahnya terasa kelu untuk mengucap kata maaf. Farhan akhirnya bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Anjani sendiri di dalam kamar. Anjani menatap pintu kamar dengan tatapan pilu. Bahkan Farhan tidak meminta maaf karena sudah menyakitinya. "Aku memang gak sepenting itu.” Air mata Anjani kembali menetes, tapi dengan cepat ia menghapusnya. "Sudah Anjani, jangan keluarkan air matamu lagi untuk pria brengsek seperti Farhan!" Kali ini Anjani bertekad untuk tidak menangis lagi. Sudah cukup air mata selama satu tahun ini. Sekarang dia ingin bangkit, ingin mengejar bahagianya sendiri. Lelah fisik serta mental, Anjani kemb

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 7

    Saat akan membalas pelukan Farhan, tangan Anjani tertahan. Ia kembali menurunkan tangannya saat rasa sakit kembali datang. “Tapi aku lelah, Mas. Aku lelah menunggu cintamu. Aku lelah cinta sendirian.” Air matanya kembali jatuh. Astaghfirullah... Kenapa selalu cengeng begini? Kenapa dia tidak bisa menahan sakitnya sebentar saja. Farhan melerai pelukan, ia menatap wajah Anjani kemudian menghapus air mata itu. “Bertahanlah sebentar lagi, An. Aku janji gak akan lama.” Dalam tangis, Anjani tersenyum pahit. Sebentar? Kata sebentar bukan penyejuk bagi Anjani, akan tetapi seperti bola api yang membakar hati. "Kenapa kamu gak ngomong kalau saat ini, detik ini kamu ingin melupakannya. Kenapa kamu malah bilang sebentar?“ "An....” Farhan hampir kehilangan kesabaran. Namun, ia coba untuk tenang. Farhan memejamkan mata sebentar kemudian menghela napas pelan. Ia kembali menatap Anjani yang berdiri di depannya. Saat akan kembali memeluk, Anjani menghindar. “Tetap di sana Mas.” Anjan

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 6

    "Anjani! Apa kamu tidak bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk?!” Farhan membentak dengan tatapan tajam. Ia segera mengambil bingkai foto yang terjatuh dan langsung memasukkannya kembali ke dalam laci meja. Anjani berjalan mendekati suaminya dengan wajah datar. Tatapannya lurus pada Farhan. “Siapa wanita dalam foto itu, Mas?!“ Kini Anjani berdiri di depan Farhan dengan meja sebagai penghalang mereka. Farhan terlihat gugup, tapi secepatnya mengubah ekspresi gugup menjadi datar. "Kamu gak perlu tau siapa dia!“ Anjani tersenyum kecut. Tatapannya tak pernah berpindah dari kedua mata suaminya. “Bu Vanya?” Mata Farhan membeliak, terkejut sampai hatinya berdenyut ngilu. Secepat mungkin mengubah ekspresi wajah menjadi datar. "Jangan ngaco kamu! Mana mungkin foto itu Ibu!” sentak Farhan mencoba untuk tidak gugup. "Dia Bu Vanya, kan? Ibu tiri kamu?” Meskipun suaranya terdengar tenang, tapi hatinya bergemuruh. Kaki dan seluruh tubuhnya gemetar karena marah. "Kamu jangan bicara sembara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status