Share

Bab 9

Author: Sulitina
last update Last Updated: 2025-08-29 15:35:28

Anjani meremas selimut dengan kuat. Sentuhan Farhan semakin menuntut. Jika dulu pastilah bahagia yang dirasa, tapi sekarang hanya jijik yang ada.

Netranya masih setia terpejam, berharap Farhan menghentikan aksinya. Namun, sepertinya suaminya itu telah diliputi nafsu.

"An, bukankah ini yang selama ini kamu inginkan?“

Suara Farhan terdengar semakin berat, deru napasnya semakin memburu. "Apa kamu mau menolak suamimu, hem?“ Tangannya membelai wajah Anjani dari mata sampai bibir tipis wanita itu.

“Bukankah wanita muslimah sepertimu tahu hukum menolak suami?”

Air mata Anjani tumpah, hatinya seperti ditikam sembilu. Ia buka netra yang berkaca, menatap Farhan dengan penuh luka.

"Kenapa baru sekarang, Mas?“

Farhan kembali membelai wajah cantik Anjani. Ia akui istrinya ini sangatlah cantik. Tak heran hampir semua pria di perusahaan tergila-gila pada istrinya ini. Hanya saja hatinya terlanjur jatuh terlalu dalam untuk Bu Vanya.

Sejak pertama kali melihat wanita yang sekarang menjadi Ibu tirinya hatinya telah mengukir nama Bu Vanya. Sulit baginya menghapus nama yang telah terpatri.

“Karena baru sekarang aku menginginkanmu," bisiknya lembut di telinga Anjani. Melihat penampilan Bu Vanya tadi pagi membuatnya menginginkan sebuah pelepasan. Yang dilakukan di ruang kerja tadi belum menuntaskan semua hasratnya.

Bibirnya tersenyum kecut, rasanya ia ingin mencakar wajah suaminya, menjambak rambut dan menampar wajahnya. Anjani menatap penuh rasa kecewa.

Wajahnya berpaling saat Farhan akan mencium bibirnya. Rasanya tak sudi disentuh lelaki seperti Farhan. “Jangan seperti ini, Mas! Kamu gak cinta sama aku. Kita juga akan cerai.”

Farhan tidak mendengarkan, kecupannya beralih pada lekukan leher sang istri. “Aku suka wangimu.“

Anjani menggigit bibir bawahnya. Dia tak rela, tapi mereka masih sah sebagai suami istri. Di mana jika menolak ajakan suami akan mendapat dosa. Anjani hanya bisa memejamkan mata. Menahan segala rasa sakit dalam dada.

Sedangkan Farhan tak peduli melihat air mata jatuh dari pelupuk mata istrinya. Dia tetap melakukan keinginannya.

Puas dengan leher, kini Farhan beralih pada bibir tipis Anjani. Bibir merah muda yang membuat darahnya semakin berdesir panas.

Tubuh Anjani tak bereaksi saat Farhan bermain di bibirnya. Jika dulu mungkin hatinya akan bahagia, tapi sekarang rasanya menjijikan.

"An, tatap aku.“

Anjani tak memperdulikan, matanya tetap terpejam tak mau melihat Farhan. Bibirnya tetap terlipat ke dalam meskipun Farhan memainkannya. Hatinya seperti dihantam saat tangan kekar Farhan meremas bagian da da. Air matanya semakin deras mengalir. Sakit, sungguh hatinya terasa sakit.

Kenapa baru sekarang Farhan menginginkannya? Kenapa baru sekarang Farhan meminta haknya. Kenapa?

Dia seperti dilecehkan oleh suaminya sendiri saat Farhan semakin menggila. Memainkan inti tubuhnya sesuka hati lelaki itu.

“Sayang...., Vanya....“

Deg!

Mata Anjani terbuka saat Farhan mendesahkan nama Bu Vanya. Bukan hanya ribuan jarum yang menancap dalam dada. Tubuhnya seolah di tusuk dengan ribuan pedang. Sakit luar biasa.

Suara tangisnya kini terdengar sesenggukan. Air mata seolah enggan untuk berdiam. Jatuh deras mengalir membasahi luka.

Jika Anjani terluka, berbeda dengan Farhan. Lelaki itu tak peduli dengan suara tangisan istrinya. Seolah telinganya sengaja ia tulikan untuk mencapai keinginannya. Saat tiba bagian paling inti, Farhan terdiam.

"An, kamu datang bulan?“ Matanya berkilat dengan rahang mengeras. Wajahnya merah padam menahan rasa kesal.

Anjani yang mendengar seperti ditarik dari dasar jurang. Di bawa dari kegelapan menuju cahaya kehangatan. Hatinya lega luar biasa.

'Alhamdulilah...,' batin wanita itu lega.

Farhan menjauhkan tubuh dan tidur membelakangi Anjani. Ia memejamkan mata guna meredam amarah dalam dada. Hasratnya sudah di atas ubun-ubun dan Anjani malah datang bulan?

Sialan!

Dia kembali beranjak dari tempat tidur menuju pintu kamar. Farhan ingin kembali ke ruang kerja.

Anjani yang mendengar pintu kamar terbuka hanya memejamkan mata. Mendengar pintu kembali tertutup dia bangun. Di ambil ponsel di atas meja nakas dan menghidupkan benda itu.

Matanya menatap lekat layar ponsel yang memperlihatkan ruang kerja Farhan. Beberapa saat kemudian terlihat pria itu masuk dan mengunci pintu. Dan seperti dugaannya, Farhan kembali melampiaskan hasratnya pada foto Bu Vanya.

Anjani akan mengumpulkan semua bukti untuk ia bawa ke pengadilan. Tekadnya bercerai dengan Farhan sudah bulat. Ia tak ingin hidup dalam bayang Bu Vanya.

Anjani kembali meletakkan ponselnya di atas meja nakas dan kembali merebahkan tubuh. Malam ini masih sama seperti malam-malam sebelumnya. Tidur berselimut luka.

**,**

Setiap pagi Anjani akan disuguhi pemandangan yang membuatnya agak risih. Bu Vanya dengan santai memakai baju piyama tipis berbahan satin saat berada di luar kamar. Panjang piama hanya di atas lutut memperlihatkan paha putih mulus wanita itu. Dan tali spaghetti piyama tipis itu membuat pundak Bu Vanya terekspos sempurna.

Apalagi belahan dada wanita itu membuat Anjani beristighfar karena hatinya sempat menggunjing. Untuk mengalihkan rasa tak nyaman, Anjani menyibukkan diri dengan fokus pada masakannya.

"An, semalem kamu berantem sama Farhan?“ Bu Vanya menatap menantunya beberapa saat sebelum ia menyalakan kompor.

"Gak kok Bu. Mas Farhan cuma nasehati agar tidak merepotkan Ibu,“ jawab Anjani seadanya.

"Oh, syukurlah. Ibu takut kalian berantem. Jangan ambil hati omongan Farhan ya? Mungkin dia gak mau Ibu capek.“ Bu Vanya mengelus lengan Anjani dengan senyum lembut.

Anjani membalas senyuman Bu Vanya. "Iya, Bu.“

“Lho, Farhan? Mau ngapain kamu ke dapur?“

Pertanyaan Bu Vanya membuat Anjani menoleh ke belakang. Farhan berdiri tidak jauh dari mereka dengan tatapan yang membuat hatinya kembali jijik.

Tatapan suaminya itu tak lepas dari Bu Vanya. Dari ekspresinya seolah ingin menerkam Bu Vanya saat ini juga. Anjani mendengkus dalam hati. Dia harus bersabar selama dua Minggu. Begitu acara wisuda Vana selesai, ia akan segera mengajukan gugatan cerai.

"Mau ketemu Anjani, Bu.“

Anjani tersenyum sinis seraya berdecak pelan mendengar ucapan Farhan. 'Bilang aja mau ngelihatin Ibu tiri yang seksi!' batin Anjani muak.

“Ibu senang kalain mesra gini. Semoga kalian cepat dapat momongan. Ibu sama Ayah sudah gak sabar pengen gendong cucu.“

"Doakan saja Bu.“ Farhan berjalan menghampiri Ibu tiri serta istrinya. Dia berdiri di samping Anjani, tetapi matanya tak pernah lepas mencuri pandang ke arah Bu Vanya.

Anjani melirik Farhan dan kembali berdecak melihat jakun suaminya naik turun. 'Dasar gila!' batinnya.

Farhan sampai menelan ludah berulang kali melihat penampilan Ibu tirinya. Sangat cantik dan seksi. Namun, saat matanya menangkap bekas merah di leher Bu Vanya, darahnya mendidih. Rahangnya mengeras dengan kedua tangannya mengepal di sisi tubuh. Rasa cemburu membakar hatinya.

Anjani menangkap perubahan ekspresi Farhan. 'Dia pasti cemburu melihat tanda merah di leher Bu Vanya," gumam Anjani. Ia tak mau ambil pusing dan sebisa mungkin mengunci hatinya agar tidak merasa sakit.

*,*

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 11

    Bu Vanya menepis tangan Farhan saat lelaki itu akan memegang tangannya. Menatap Farhan dengan tatapan tak percaya. "Sejak kapan Farhan? Sejak kapan kamu begini?“ Dia menatap Farhan seraya menunjukkan fotonya. Rasanya tak percaya Farhan akan seperti ini. Farhan menunduk merasa bersalah. Sesal dalam hati membuatnya malu luar biasa. Namun, inilah konsekuensi akibat perbuatannya yang menyimpang. “Sejak pertama kali melihatmu. Sebelum kamu menikah dengan Ayah," ungkapnya. Cinta itu tumbuh jauh sebelum Bu Vanya menjadi istri sang ayah. Bu Vanya menatap lekat wajah Farhan. Rasanya tak percaya, anak tirinya akan jatuh cinta padanya. Helaan napas panjang keluar dari mulutnya. Rasa kecewa itu ada, tapi dia mencoba untuk memaafkan dan melupakan. “Ibu tidak akan memberitahu ayahmu. Tapi, lupakan perasaanmu. Jalani rumah tanggamu dengan Anjani dengan baik. Ibu gak mau jadi perusak rumah tangga kalian.“ "Kamu gak pernah merusak rumah tangga siapapun!" Farhan menatap lekat wajah wanita yang

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 10

    Pagi tiba seperti biasa. Anjani menjalani aktivitasnya, menyiapkan air hangat dan baju ganti untuk Farhan. Selesai dengan tugasnya di lantai atas, kini Anjani turun ke lantai bawah, langkahnya menuju dapur. Di sana sudah ada Bu Vanya. Wanita itu sedang membuat kopi untuk ayah mertua. “Pagi, Bu," sapa Anjani sopan. Bu Vanya tersenyum. "Pagi juga, An. Ibu sudah masak untuk sarapan,“ kata Bu Vanya. “Iya, Bu. Tapi lain kali biar Anjani yang masak. Ibu gak usah repot-repot.“ Anjani tersenyum tipis. Teringat saat Farhan memarahinya karena membiarkan Bu Vanya masak sendiri. "Ibu gak repot. Masak untuk anak mantu masak dibilang repot sih.“ Anjani kembali tersenyum tipis. Dia mengambil kopi dan menyeduhnya. Meskipun hati tak lagi sama, tetapi dia masih berstatus istri Farhan. Keperluan lelaki itu masih ia siapkan. “An, mana kopiku?“ Dua wanita itu menoleh saat mendengar suara Farhan. Mereka menatap dengan ekspresi masing-masing. Bu Vanya dengan senyuman, Anjani dengan wajah

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 9

    Anjani meremas selimut dengan kuat. Sentuhan Farhan semakin menuntut. Jika dulu pastilah bahagia yang dirasa, tapi sekarang hanya jijik yang ada. Netranya masih setia terpejam, berharap Farhan menghentikan aksinya. Namun, sepertinya suaminya itu telah diliputi nafsu. "An, bukankah ini yang selama ini kamu inginkan?“ Suara Farhan terdengar semakin berat, deru napasnya semakin memburu. "Apa kamu mau menolak suamimu, hem?“ Tangannya membelai wajah Anjani dari mata sampai bibir tipis wanita itu. “Bukankah wanita muslimah sepertimu tahu hukum menolak suami?” Air mata Anjani tumpah, hatinya seperti ditikam sembilu. Ia buka netra yang berkaca, menatap Farhan dengan penuh luka. "Kenapa baru sekarang, Mas?“ Farhan kembali membelai wajah cantik Anjani. Ia akui istrinya ini sangatlah cantik. Tak heran hampir semua pria di perusahaan tergila-gila pada istrinya ini. Hanya saja hatinya terlanjur jatuh terlalu dalam untuk Bu Vanya. Sejak pertama kali melihat wanita yang sekarang m

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 8

    Anjani menampik tangan Farhan, rasa perih di rahang tak sebanding rasa perih di hatinya. "Ke luar Mas!“ Farhan menatap Anjani nanar, tangannya terulur ingin menyentuh pipi Anjani yang memar akibat ulahnya. Namun, tangannya langsung ditampik Anjani kasar. “Aku ingin sendiri.“ Ada rasa bersalah dalam hatinya melihat luka di pipi Anjani. Meskipun demikian lidahnya terasa kelu untuk mengucap kata maaf. Farhan akhirnya bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Anjani sendiri di dalam kamar. Anjani menatap pintu kamar dengan tatapan pilu. Bahkan Farhan tidak meminta maaf karena sudah menyakitinya. "Aku memang gak sepenting itu.” Air mata Anjani kembali menetes, tapi dengan cepat ia menghapusnya. "Sudah Anjani, jangan keluarkan air matamu lagi untuk pria brengsek seperti Farhan!" Kali ini Anjani bertekad untuk tidak menangis lagi. Sudah cukup air mata selama satu tahun ini. Sekarang dia ingin bangkit, ingin mengejar bahagianya sendiri. Lelah fisik serta mental, Anjani kemb

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 7

    Saat akan membalas pelukan Farhan, tangan Anjani tertahan. Ia kembali menurunkan tangannya saat rasa sakit kembali datang. “Tapi aku lelah, Mas. Aku lelah menunggu cintamu. Aku lelah cinta sendirian.” Air matanya kembali jatuh. Astaghfirullah... Kenapa selalu cengeng begini? Kenapa dia tidak bisa menahan sakitnya sebentar saja. Farhan melerai pelukan, ia menatap wajah Anjani kemudian menghapus air mata itu. “Bertahanlah sebentar lagi, An. Aku janji gak akan lama.” Dalam tangis, Anjani tersenyum pahit. Sebentar? Kata sebentar bukan penyejuk bagi Anjani, akan tetapi seperti bola api yang membakar hati. "Kenapa kamu gak ngomong kalau saat ini, detik ini kamu ingin melupakannya. Kenapa kamu malah bilang sebentar?“ "An....” Farhan hampir kehilangan kesabaran. Namun, ia coba untuk tenang. Farhan memejamkan mata sebentar kemudian menghela napas pelan. Ia kembali menatap Anjani yang berdiri di depannya. Saat akan kembali memeluk, Anjani menghindar. “Tetap di sana Mas.” Anjan

  • Obsesi Liar Suamiku    Bab 6

    "Anjani! Apa kamu tidak bisa ketuk pintu dulu sebelum masuk?!” Farhan membentak dengan tatapan tajam. Ia segera mengambil bingkai foto yang terjatuh dan langsung memasukkannya kembali ke dalam laci meja. Anjani berjalan mendekati suaminya dengan wajah datar. Tatapannya lurus pada Farhan. “Siapa wanita dalam foto itu, Mas?!“ Kini Anjani berdiri di depan Farhan dengan meja sebagai penghalang mereka. Farhan terlihat gugup, tapi secepatnya mengubah ekspresi gugup menjadi datar. "Kamu gak perlu tau siapa dia!“ Anjani tersenyum kecut. Tatapannya tak pernah berpindah dari kedua mata suaminya. “Bu Vanya?” Mata Farhan membeliak, terkejut sampai hatinya berdenyut ngilu. Secepat mungkin mengubah ekspresi wajah menjadi datar. "Jangan ngaco kamu! Mana mungkin foto itu Ibu!” sentak Farhan mencoba untuk tidak gugup. "Dia Bu Vanya, kan? Ibu tiri kamu?” Meskipun suaranya terdengar tenang, tapi hatinya bergemuruh. Kaki dan seluruh tubuhnya gemetar karena marah. "Kamu jangan bicara sembara

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status