แชร์

Bab 2. Semalam Bersamanya

ผู้เขียน: Nafish Grey
last update ปรับปรุงล่าสุด: 2025-01-21 14:58:38

Daniel menindih tubuh Ivy, merobek gaun sang gadis dalam sekali sentakan kuat.

"Please don't! Please, lepaskan aku! Aku bukan host!" Ivy mengulang kalimat yang sama karena ketakutan.

Belum pernah ada gadis yang menolaknya selama ini, Daniel merasa tertantang oleh penolakan Ivy.

"Aku akan memberimu uang banyak, rumah, pakaian bagus, kau hanya perlu tidur denganku." Tangan besarnya menyentak lepas pakaian dalam sang gadis.

"Tidak! Aku tak mau, lepaskan aku!" Ivy masih mencoba memberontak.

Kedua tangannya lalu dikungkung Daniel di atas kepala, bibir pria itu kembali meraup bibirnya.

"Hmp!" Betapapun Ivy menolak, kekuatannya tak sebanding dengan pria berotot ini.

Sialnya lagi, Ivy adalah seorang perawan, sementara Daniel begitu hebat dalam beraksi, membuat sang gadis akhirnya tak bisa lagi membedakan realita dan fantasi. Jari panjang sang pria masuk ke dalam tubuhnya, merangsang hasrat terpendam. Mula-mula terasa pedih, lambat laun menjadi kenikmatan tiada tara.

Ivy melenguh, berusaha mengapit kedua kakinya erat-erat, tapi pria bertubuh indah itu tak mengizinkannya. Daniel memisahkan kedua kaki jenjang Ivy, menenggelamkan diri di antara inti sang gadis.

"Ukh." Ivy menggelinjang, kedua tangannya mencengkeram rambut tebal Daniel setelah pria itu melepaskannya.

"No ...." Sesuatu mendesak dari dalam sana, mengirimkan sengatan listrik voltase rendah.

Namun Daniel tak memberi jeda, terus menyerang sampai tubuh Ivy bergetar hebat. Sesuatu yang basah menyembur keluar membasahi wajah tampan pria itu.

Daniel terkekeh. "Ivy Gilmore, sekarang kau milikku."

Bersama kalimatnya, Ivy merasakan sesuatu menyentuh area pribadinya. Benda itu jelas berukuran di luar normal. Ivy berusaha setengah bangkit untuk melihat lebih jelas walaupun kepalanya mulai terasa ringan.

"Jangan bergerak, Ivy." Daniel mendorongnya kembali berbaring.

"Uhm ...." Ivy merasakan benda itu menerobos ke dalam dirinya. Sedikit demi sedikit. Terasa sesak, seolah tubuhnya dilebarkan hingga batas maksimal.

"Jangan. Please."

"Sorry Honey! Aku tak bisa menahan diri lagi." Daniel tak menyerah, dia tak bisa mempertahankan kewarasan merasakan kenikmatan seorang perawan.

"Ah. Sakit." Ivy berusaha mendorong dada Daniel, pria itu terus memaksakan dirinya.

Napas Daniel semakin memburu, Ivy mulai memberontak saat tonggak sang pria mengentak seluruhnya ke dalam tubuhnya. Jeritan kesakitan lolos dari bibir Ivy dan langsung dibungkam ciuman Daniel.

Daniel berhenti sejenak, terus mengulum bibir Ivy, memberi sang gadis jeda untuk beradaptasi dengan ukurannya. Perlawanan gadis itu mengendur seiring ciuman panas keduanya.

"Kau sangat cantik, Ivy," ujar Daniel setelah memisahkan diri dari bibir Ivy, napas keduanya terdengar nyaring. "Kau milikku. Milikku." Daniel mulai bergerak konstan.

Rasa pedih itu perlahan menghilang ketika pria itu melakukannya dengan lembut, terus memancing aliran darah Ivy menukik naik. Setelah melihat ekspresi sang gadis rileks, Daniel mulai mempercepat gerakannya.

Air mata Ivy jatuh, harta yang selama ini dia jaga sudah dicuri oleh orang asing. Orang yang bahkan bukan kekasihnya.

"Stop please," keluh sang gadis. Dia merasa hampir gila, pedih dan nikmat berbaur menjadi satu, membuatnya ingin Daniel berhenti, tapi tubuhnya mengkhianatinya.

Daniel mulai melumat bibir Ivy lagi, kedua tangannya terus menyentuh area sensitif sang gadis, membuat Ivy kelonjotan merasakan kenikmatan duniawi.

Malam terus bergulir, kedua insan yang bermandikan peluh itu terus bergerak liar, tak ada tanda-tanda akan berhenti. Ivy mulai merasakan bagian bawah tubuhnya kebas, berapa lama lagi Iblis berwajah malaikat ini selesai menikmatinya?

"Daniel, sudah. Cukup. Hentikan." Suaranya parau, sudah terlampau banyak mengerang.

Tetesan peluh Daniel mengenai dadanya. Keduanya sudah basah oleh keringat dan cairan cinta hingga menimbulkan suara nyaring saat kedua tubuh mereka bertemu.

"Daniel."

Daniel tak peduli, ia mengangkat kedua kaki Ivy ke atas dan mulai menciumi betisnya sembari bergerak.

"Ukh." Ivy menggelinjang, entah pencapaian ke berapa yang sudah gadis ini rasakan.

"Daniel, ehm." Panggilan lembut sang gadis membuat Daniel semakin bersemangat.

Gila! Dia belum pernah merasakan bercinta seintens dan segila ini dengan gadis mana pun. Kenapa dia bisa sangat terangsang menikmati tubuh Ivy Gilmore.

Seolah tubuh mereka memang diciptakan untuk saling berpadu.

Sesuatu mulai mendesak dari dalam dirinya, meminta untuk dimuntahkan. Daniel mengentakkan sekuat tenaga, menanamkan seluruh area pribadinya ke dalam inti gadis itu, tubuhnya bergetar merasakan pencapaian sementara kepalanya menengadah, menampilkan leher jenjang yang dialiri bulir keringat.

Cukup lama keduanya terdiam dalam posisi ini, sampai akhirnya Daniel melepaskan pegangan kaki Ivy. Kedua tungkai indah itu jatuh tak berdaya.

"Ivy?" Daniel baru menyadari Ivy sudah tak sadarkan diri. Jemari panjangnya menelusuri bibir merah sang gadis, ia tak bisa menahan diri, membungkuk memberi Ivy kecupan lembut.

Sudut mata sang gadis masih mengalirkan air bening.

"Ah, sial! Kau membuatku gila." Daniel mendesah. Ia ingin melanjutkan pertempuran, tapi lawan mainnya sudah tak sadarkan diri. Mau tak mau pria itu menarik keluar keperkasaannya dari tubuh Ivy.

Senyum di bibirnya segera terulas melihat cairan putih bercampur merah mengalir keluar. Ia menatap pemandangan menakjubkan itu tak berkedip.

"Ivy Gilmore," gumam Daniel. Ia menegakkan tubuh, duduk di tepi sofa dan menatap anak buahnya yang sudah terkapar di lantai dengan gadis-gadis host.

"Theo!"

"Ya, Bos!" Salah seorang anak buahnya yang berbadan besar langsung duduk tegak.

"Cari tahu latar belakang gadis ini. Ivy Gilmore."

"Baik, Bos!"

***

Ivy mengerang, kedua tangannya di angkat tinggi-tinggi di atas kepala saat dia merenggangkan tubuh.

Matanya yang bulat terbuka lebar, ia mengedip bingung melihat plafon putih di atas kepala. Di mana ini?

Sang gadis langsung duduk tegak kebingungan. Matanya menatap sekeliling, kamar indah ini terlihat seperti kamar hotel.

"Apa yang—" Ivy menyibak selimut, mendapati tubuh polosnya. Pakaiannya entah ke mana, di samping tempat tidur dia melihat sebuah kantong kertas dan sebuah kartu nama.

Kepalanya mulai berdenyut menyakitkan, Ivy merasa mual. Gadis itu cepat-cepat turun dari ranjang, baru saja kakinya menjejak lantai. Ivy langsung jatuh. Nyeri melanda di bawah tubuhnya saat dia bergerak terlalu cepat.

"Apa ini?" Tetes cairan putih mengotori lantai. "Jangan bilang aku ...." Sengatan ingatan menghantam kanal otak sang gadis. "Oh tidak!" Dia berseru panik. "Tidak-tidak." Yang dia takutkan benar terjadi, semalam dia sudah menghabiskan waktu dengan orang asing. Tidak! Dia dipaksa menyerahkan keperawanannya.

Tubuh Ivy gemetar hebat, dia mulai mendengar langkah kaki di luar pintu kamar. Gadis itu tersentak kaget, segera membongkar kantong kertas di atas tempat tidur yang ternyata berisi pakaian.

Oh tidak! Dia datang!

Ivy terburu-buru mengenakan pakaiannya, ia melihat sebuah pintu menuju balkon. Dengan cepat gadis itu berlari setelah menarik seprai dan bed cover.

Jantungnya berdegup tak karuan memandang dari ketinggian di lantai dua, di bawahnya terdapat taman bunga.

Kedua fabrik tersebut disambungkan menjadi satu, diikat kuat ke kisi-kisi balkon. Saat pintu kamarnya dibuka, Ivy melompat ke bawah.

อ่านหนังสือเล่มนี้ต่อได้ฟรี
สแกนรหัสเพื่อดาวน์โหลดแอป

บทล่าสุด

  • Obsessed with You   Bab 155. Bercinta

    Satu meja langsung heboh mendengarnya. Mr. Jacob tertawa paling keras. Daniel dan Ivy juga tak bisa menyembunyikan rasa bahagia mereka.Setelah makan malam menyenangkan itu berakhir, hari-hari berjalan dengan damai. Daniel mulai menjalani terapi untuk masokisnya, kondisi Ivy juga semakin membaik. Keduanya menjalani konseling untuk masalah berbeda.Dean tumbuh menjadi balita yang sehat. Mr. Jacob dan Nicolas selalu mengunjungi Mansion Forrester secara rutin untuk melihat Dean. Apalagi hubungan mereka semakin erat setelah Nicolas dan Priskila resmi berpacaran. Ivy merasa hidupnya sekarang jauh lebih baik, ternyata badai tak selamanya mengobrak-abrik perahu kehidupannya. Pelangi akhirnya bersinar indah.Daniel berubah drastis, selalu menjadi suami terbaik bagi Ivy. Jika dia menyerah dulu, atau tak pernah membuka hatinya, mungkin ... dia tak akan sampai di titik ini. Di mana cinta mereka akhirnya menciptakan harmonisasi rumah tangga yang baik."I love, Iv." Setiap pagi Ivy selalu diberka

  • Obsessed with You   Bab 154. Jodoh

    Langkah kaki terdengar dari arah lorong. Pintu dapur terbuka pelan, dan Priskila masuk begitu saja tanpa memberi aba-aba. Semua kepala menoleh. Nicolas yang sedang menyendokkan sup ke mangkuk terdiam, Ivy menurunkan sendoknya perlahan, dan Mr. Jacob berhenti tertawa.Daniel berdiri dari kursinya. Wajahnya langsung berubah. Ia berjalan cepat ke arah Priskila dan memeluk adik perempuannya erat. Senyum lebar terpancar di wajahnya.“Ini adikku, Priskila,” ujar Daniel sambil menoleh ke arah Nicolas.Nicolas mengangguk dan mengulurkan tangan, masih tampak sedikit kaget. Priskila menyambutnya dengan tenang, mata mereka saling bertemu untuk beberapa detik. Senyum Priskila ramah, tubuhnya tegap, dan caranya berdiri memberi kesan percaya diri.Hari itu, Priskila mengenakan kemeja putih, dipadukan dengan rok hitam panjang. Rambutnya tergerai rapi, kulitnya terlihat bersih dan cerah. Ia tampak sangat berbeda dari terakhir kali Ivy melihatnya. Priskila sangat anggun.Meski kehadiran wanita itu tib

  • Obsessed with You   Bab 153. Kembali ke Rumah

    Ivy menjentik kepala Daniel main-main. "Nanti, kalau kau benar-benar bisa sembuh, kita bisa memikirkan anak kedua."Daniel tersenyum lebar. "Apa pun untuk Tuan Putriku, tapi ...." Daniel menangkap jari Ivy."Apa?!" "Kita tetap melakukannya selama sesi terapi. Kau tau aku tak bisa jika tak—" Bibir Daniel langsung dibungkam Ivy.Kedua pipi Ivy bersemu merah. "Tergantung ....""Tergantung apa?" Daniel menjulurkan lidah, menjilat telapak tangan Ivy, membuat wanita itu buru-buru menarik jemarinya."Kau patuh atau tidak." Daniel tertawa kecil, renyah, jantung Ivy berdebar mendengarnya. Ia ingin menggoda Daniel, tapi kenyataannya, lagi-lagi Ivy malah terbawa suasana. Wajah tampan Daniel begitu memesona, mata hijaunya yang mengerut kecil sewaktu ia tertawa, hidung mancung yang menggelitik telapak tangan Ivy, juga ... bibir merahnya, yang membuat Ivy ingin menanamkan kecupan mesra."Jangan tertawa.""Kenapa? Kau ingin mendengarku mengerang saja?" tanya Daniel jail. "Kau bisa mencobanya, di

  • Obsessed with You   Bab 152. Makan Malam Bersama

    Dalam masa pemulihan Ivy, Nicolas datang bersama ayahnya. Keduanya meminta waktu pada Daniel sejenak. Kali ini Daniel melunak, tak membantah sama sekali dan memilih meninggalkan ruangan Ivy. Ia memilih berjalan di koridor, membeli kopi instan dan duduk di ruang tunggu. Kepalanya bersandar di sandaran kursi, matanya menutup sejenak. Dan setelah sekian hari terjaga demi mengurus Ivy, Daniel tertidur dengan lelap. Kaleng kopinya jatuh berguling ke lantai, membuat jejak basah, tapi pria itu sudah tak sadar lagi.Mr. Jacob memegang tangan Ivy, duduk di samping kiri brankar sementara Daniel di sisi kanan. Keduanya menatap Ivy dengan tatapan sendu."Iv, ayah minta maaf atas semua yang terjadi. Bisakah kau memaafkan ayah dan Nic?" Suara tuanya bergetar pelan.Ivy mengulas senyum tulus, membuat Nicolas menarik napas dalam. "Tidak," jawabnya pelan."Apa?" Nicolas terkejut."Tidak sampai kalian akur dengan Daniel, jangan lagi ada pertikaian atau perebutan apa pun di antara kalian. Aku manusia A

  • Obsessed with You   Bab 151. Bahagia

    Ivy berdiri di tempat yang gelap. Tidak ada dinding, tidak ada langit, hanya permukaan basah dan dingin di bawah kakinya. Udara di sekelilingnya begitu sunyi, tapi terasa berat. Di kejauhan, dia melihat sosok Daniel. Punggung pria itu menjauh perlahan, langkahnya tertatih.Pakaian Daniel berlumur darah. Bahunya terguncang setiap kali ia melangkah, tubuhnya miring seperti menahan rasa sakit yang besar. Ivy mencoba memanggilnya, tapi suaranya tak keluar. Ia mengangkat tangan, berusaha berlari, tapi kakinya terasa berat seperti ditanam di tanah. Setiap langkahnya lambat, seperti mendorong tubuh melawan air.Daniel terus menjauh. Ivy menggapai udara kosong, matanya basah. Tangisnya pecah dalam diam. Ia tak bisa mendekat. Tak bisa menyentuh. Tak bisa menahannya pergi.Saat jarak antara mereka semakin jauh, Daniel menoleh sebentar. Wajahnya pucat, tatapannya kosong, lalu ia membalikkan tubuh lagi dan terus berjalan. Ivy merasakan dadanya sesak. Ia berteriak dalam hati, lalu tubuhnya tersent

  • Obsessed with You   Bab 150. Kalah

    Dor! Satu tembakan mengenai lengan atas Daniel. Pria itu terjerembap jatuh bersama teriakan memilukan Ivy."Daniel!" Ivy melindungi tubuh suaminya dengan badannya sendiri."Iv, pergilah." Daniel berusaha mendorong Ivy menjauh, dia harus membereskan Nicolas di sini. Hidup atau mati."Tidak! Aku tak akan meninggalkanmu, tidak lagi." Ivy berbalik menghadap Nicolas, berdiri dengan kedua tangannya direntangkan."Ivy! Ini masalah antar lelaki! Menjauhlah!" Nicolas berjalan semakin dekat. Ivy merasa putus asa tak bisa melakukan apa pun. Tidak! Dia tak ingin menjadi wanita lemah lagi, tidak lagi!Wanita itu merangsek maju tiba-tiba, memeluk tubuh Nicolas dan berusaha merebut pistolnya. Daniel yang melihat hal tersebut segera mendekat untuk membantu.Sayangnya sebelum dia bisa terlibat suara tembakan terdengar keras."Ivy ... kenapa? Kau ...." Mata Nicolas membelalak tak percaya. "Tidak ada lagi ... yang harus diperebutkan. Aku ... tak mau melihat ada yang mati lagi." Ivy berdenguk, darah m

บทอื่นๆ
สำรวจและอ่านนวนิยายดีๆ ได้ฟรี
เข้าถึงนวนิยายดีๆ จำนวนมากได้ฟรีบนแอป GoodNovel ดาวน์โหลดหนังสือที่คุณชอบและอ่านได้ทุกที่ทุกเวลา
อ่านหนังสือฟรีบนแอป
สแกนรหัสเพื่ออ่านบนแอป
DMCA.com Protection Status