part 16Rasanya isi perutku ingin keluar mencium aroma yang keluar dari pantat Mila, meskipun sudah kututup hidung dengan jariku, tetap saja tercium, sangat bau sekali."Mbok, Mbok ...." Aku melangkah ke dapur mencari Mbok Siti."Ada apa Non?" Mbok Siti mendekat berjalan dari arah belakang."Mbok, tolong buang semua masakan yang kita masak tadi.""Loh, kenapa Non? Sayang masih banyak." Mbok Siti terlihat heran."Tadi masakannya aku campur obat pencuci perut.""Owalah ..., terus Non Mila dan Den Bayu.""Iya, mereka bolak balik ke toilet, Mila sudah aku usir, Mbok." Aku tersenyum senang."Tadinya Mbok khuwatir sekali, apalagi Non sedang hamil, hati-hati, Non.""Iya Mbok, aku melakukan semua juga demi kandunganku, siapa juga yang sudi Mila seatap denganku.""Non, kapan Den Bayunya di ruqiyah?"Ruqiyah? Bagaimana caranya agar Mas Bayu mau di ruqiyah, kalau aku yang memintanya, dia pasti tidak akan mau."Nanti aku cari cara dulu Mbok," jawabku.Aku melangkahkan kaki ingin duduk santai di r
part 18Aku meninggalkan rumah Ayah, karena kami membawa mobil masing-masing jadi Mas Bayu mengiringiku dari belakang. Kok aku merasa aneh dengan sikap Mas Bayu, kenapa cepat sekali pengaruh pelet Mila hilang? dalam perjalanan hatiku terus bertanya-tanya.Sampai di rumah aku langsung ingin masuk ke kamar, tapi Mas Bayu memegang lengan tanganku menghentikan langkah."Ada apa?!" tanyaku ketus."Apa yang terjadi di rumah Ayahmu?"Aku mencoba melepaskan diri dari pegangan tangan Mas Bayu."Tanya sendiri ke Mila, bukankah kalian sangat dekat." Aku langsung masuk ke kamar."Aku tanya sama kamu, kenapa kamu sewot?!" Mas Bayu ikut ke kamar karena tidak mendapatkan jawaban dariku."Hubungan kita hanya diatas buku nikah, di agama kita sudah cerai, jadi apa yang aku lakukan bukan urusanmu!" Aku bersuara lantang, semua ini membuatku muak."Cukup Luna! cukup! Aku tidak bisa dengar ocehanmu itu, bagaimanapun juga kamu mengandung anakku."Sudah kuduga, dia baik padaku karena anakknya yang kukandung.
part 19Hari berganti hari, bulan berganti bulan. Kandunganku semakin besar dan sebentar lagi aku akan melahirkan.Setelah aku tinggal di rumah ibu mertua, kehidupanku lebih tenang, tidak ada Mila ataupun ibu tiriku, aku lebih fokus dengan kandunganku. Ayah, walaupun terjadi salah paham atas hasutan ibu tiriku, aku selalu menyempatkan diri berkunjung dan meninggalkan uang, Alhamdulillah, Ayah sudah mulai bersikap baik lagi kepadaku."Kamu mau kemana, Luna?" Mas Bayu bertanya saat aku menenteng tas siap-siap ingin kerumah Ayah."Aku ingin ke rumah Ayah," jawabku singkat dan lanjut melangkah menuju pintu keluar."Tunggu Luna! Biar aku antar." Mas Bayu memegang tanganku, dan kami saling bertatapan.Entah kenapa hati ini merasa aneh, aku mulai menerima Mas Bayu, sikap dan perhatiannya membuat hatiku luluh, apakah karena tidak ada kehadiran Mila lagi ditengah-tengah kami?Mila, ternyata dia sudah menyerah, aku tidak pernah berjumpa dengannya lagi sejak tinggal disini, dan ibu tiriku juga b
part 21POV MilaEnam tahun berikutnya."Sayang, ayo bangun, bangun sayang Mimi."Aku membangunkan Caca bidadari kecilku, setiap pagi aku mengantarnya sekolah, rambut panjangnya kuikat dan sangat cantik, setiap hari dan setiap saat aku memperlakukannya seperti putri kandungku."Masih ngantuk, Mi." Caca sepertinya malas bangun."Ayo bangun sayang Mimi, kita harus ke sekolah," ucapku sambil menggendongnya ke kamar mandi."Caca kenapa Mil?" tanya Mas Bayu melihatku menggendong Caca."Masih ngantuk, Mas," jawabku.Setelah mandi dan memakai seragam TK, Caca kuantar ke sekolah. Sedangkan Mas Bayu juga sudah siap-siap ke kantor. Hidupku terasa indah, apa yang aku inginkan sudah didapatkan. Tante Dona benar, aku harus melakukan apapun idenya demi tercapainya yang aku inginkan."Mi, nanti pulang sekolah kita beli es krim, ya?" ucap Caca saat kami diatas mobil menuju ke sekolahnya."Iya sayang," jawabku dan mengecup kepalanya.Melihat mata Caca. Aku teringat Luna, mata mereka sangat mirip, aku
part 23Pov Ibu tiri Luna (Tante Dona)Putraku punya selera yang bagus, gadis ini sangat cantik dan terlihat berkelas, dari penampilannya pasti anak orang kaya."Oh, Lani. Nama yang bagus," ucapku menanggapi wanita yang dikenalkan Rio padaku."Mi, gimana?" Rio terlihat senang. Matanya memperlihatkan betapa dia sangat mencintai wanita bernama Lani ini."Ayo, kita duduk dulu." Aku mengajak Lani duduk di ruang tamu, sementara itu pembantuku sudah meletakkan minum di atas meja."Ayo diminum Lani," ucapku, dan minum dalam cangkir di atas meja diambilnya dan meneguk sedikit.Lani menatapku dengan senyum cantik, sementara itu putraku menatapnya seakan tidak ingin melepaskan Lani, selama ini aku tidak pernah melihat putraku mengenalkan wanita kepadaku, dia sibuk kuliah dan menggapai cita-citanya."Kamu tinggal dimana, Lani?" tanyaku seperti pertanyaan umumnya orang baru berkenalan."Di komplek Melati jalan Sutomo, Tante," jawab Lani lembut.Setahuku itu termasuk komplek elite, tidak salah lag
part 25"Caca, Mama tidak suka kalau kamu dekat-dekat dengan Wanita tadi," ucap Mila kepada Caca yang sedang duduk di sampingnya sambil menikmati es krim pemberian Lani."Tante Lani namanya, Mama," ucap Caca polos."Iya, si Lani itu!" Mila terlihat sangat kesal."Tapi Tante Lani sangat baik, Mama. Aku dibeliin es krim, kata Tante itu aku sangat cantik." Caca tersenyum senang mengingat saat dia mengobrol dengan Lani."Pokoknya Mama tidak suka kalau kamu dekat dengan wanita tadi!" Mila tidak bisa mengontrol emosinya saat Caca memuji kebaikan Lani.Caca menangis mendengar teriakan Mila, es krim di tangannya tidak dimakan lagi, air matanya mengalir dengan isakan yang berusaha ditahannya."Maafkan Mama, Sayang. Mama tidak bermaksud untuk memarahi kamu, Mama cuma takut kalau kamu tidak sayang lagi sama Mama." Mila menghentikan mobilnya di tepi jalan dan langsung memeluk Caca dengan penuh penyesalan."Tapi Tante Lani benaran baik, Ma. Aku di tolongnya yang hampir tertabrak mobil, saat menung
part 27Caca merasa sangat senang di dekat Lani, Lani berhasil merebut hati gadis kecil itu, dan bahkan Caca memanggil Lani dengan sebutan Bunda, Bayu yang menyaksikan keakraban mereka, ikut senang dengan hati berbunga-bunga."Ayo, kita beli boneka," ucap Lani menggendong Caca keluar restoran."Asyiikkk aku digendong," ucap Caca kegirangan."Lan, Caca sudah besar kenapa digendong?" kata Bayu tidak enak kalau Lani kerepotan."Aku suka melakukannya, Mas," jawab Lani tetap menggendong Caca.Saat mereka ke luar restoran, Caca masih erat di gendongan Lani, mereka tertawa riang seperti Ibu dan anak. Beberapa orang yang lalu lalang menyaksikan mereka seperti keluarga bahagia."Ayo kita ke seberang jalan," ucap Lani."Caca, biar Papa yang gendong, kasihan Bunda Lani capek tuh," ucap Bayu, dan Caca langsung berpindah ke pundak Bayu, dan mereka menyebrang jalan karena toko jual boneka ada di seberang restoran."Aku mau yang ini, Bunda," ucap Caca menunjuk boneka Doraemon."Oh, jadi anak Bunda s
part 29Pov Ibu tiri Luna.Semalaman aku tidak tidur menunggu Rio sadarkan diri dari pingsan setelah mabuk, dalam keadaan setengah sadar dia terus menyebut nama wanita itu. Apa hebatnya Lani sehingga membuat putraku tidak bisa berkutik, cinta dan karir sukses putraku tidak membuatnya puas hingga mengakhiri hubungan setelah putraku mantap ingin berumah tangga dengannya."Uuhh Mimi." Rio terbangun dan menyadari aku duduk di kursi di samping tempat tidurnya."Kamu sudah bangun, ayo kamu mandi, Mimi tunggu di ruang makan," ucapku dan langsung melangkah ke pintu."Tunggu Mi."Aku membalikkan badan setelah Rio menghentikan langkahku."Ada apa Rio?" tanyaku berdiri menatapnya."Aku ... aku diputuskan Lani, Mi."Suara Rio terdengar bergetar seperti menahan sedih hatinya, kenapa putraku selemah ini, ini sangat menyakitkanku."Masih banyak wanita yang ingin menjadi istrimu, bahkan lebih cantik dan menarik, kamu tenang saja, Mimi akan carikan yang lebih dari Lani." Aku berusaha membuat putraku s