Share

Bab 3

Author: Fafacho
last update Last Updated: 2022-06-10 14:00:53

Reynold Gilgan dan Raditya Gilgan datang kerumah keluarga Hermantyo, Radtya membawa sebuket bunga mawar yang cukup besar. Dia tampak tersenyum sembari mencium aroma dari bunga tersebut.

“Kau serius ingin melamar anak dari Hermantyo, kau tidak salah ingin menikah dengan pemilik perusahaan yang baru berkembang” Reynold menanyai anaknya saat mereka berdua sudah berada di luar mobil.

“tidak ada yang salah dengan perusahaan berkembang, kalau aku sudah bilang menyukai anaknya maka aku akan lakukan. Dan tidak ada alasan nantinya mereka menolakku sebagai suami anak mereka” Radit berkata dnegan begitu yakin,

Reynold tentu saja tidak bisa apa-apa, kalau Radit sudah mengambil keuptusan maka ia mau tak mau harus menurutinya. Sebenarnya ia tak begitu setuju dengan keinginan Radit, mau bagaimana lagi pria itu anak tunggalnya.

“Papa ajukan kerjasama dengan mereka tawarkan kemauan mereka apa, sampai mereka melepas anaknya untukku” pinta Radit pada sang Papa.

“Maksudmu Papa menjebak mereka dengan kerjasama agar tidak menolakmu begitu, Radit sadarlah. Lebih baik wanita pilihan Papa daripada wanita pilahanmu” tukas Reynold berat hati.

Radit yang mendengar itu langsung menatap tajam papanya yang, juga menantapnya.

“Papa keberatan? Kalau keberatan ya sudah jalankan saja sendiri bisnismu. Aku tidak akan melakukan semua pekerjaanmu dan lihat apa yang akan dilakukan paman pada perusahaan kita nanti” Radit mengeluarkan kata-kata ancamannya pada sang Papa, membuat Reynold mati kutu. Tentu saja dia tak ingin perusahaan keluarga milik ayahnya jatuh ketangan adiknya dan anak-anak dari adiknya.

“Kau memang sama saja dengan Pamanmu yang suka mengancam, kenapa kau jadi anakku bukan jadi anaknya” cibir Reynold.

“tanyakan saja pada tuhan, ayo pa” Radit langsung melenggang pergi mengajak papanya untuk berjalan kearah perkarangan sebuah rumah berlantai dua.

......................................................

“Maksud kedatangan saya kemari, saya ingin melamar putri anda untuk anak saya. Dengan tawaran kerjasama dengan perusahan milik kita, kau pasti tahu saya siapa dan anak saya siapa?” Reynold langsung menuturkan maksud kedatangannya saat mereka sudah di persilahkan masuk dan disambut oleh sepasang suami istri pemilik rumah.

“Tentu, tentu kita tahu siapa kalian berdua tuan. Ta..tapi apa anda serius ingin melamar anak saya. Anak saya yang mana ya, saya punya dua putri dirumah ini” Herman tampak sedikit terkejut dan dia tergagap untuk menjawab putri mana yang dimaksud Reynold barusan.

“Widya, saya ingin melamar Widya” sahut Radit

“Wi..Widya” gugup istri dari Hermantyo, mereka berdua saling lihat satu sama lain.

“Iya, saya ingin melamar Widya. Bisa minta dia keluar sebentar, saya ingin bicara dengannya” ucap Radit.

“Di..dia sedang keluar dengan temannya,” jawab istri Herman langsung. Herman yang mendengar itu terlihat sedikit terkejut mendengar istrinya berbicara begitu.

“Oh, Intinya saya ingin melamar putri anda. Dan katakan padanya, beberapa hari lagi saya langsung menikahinya” tukas Radit dengan keputusannya sendiri.

“Radit,.”tegur Reynold pada anaknya yang terlalu terburu-buru dalam mengambil keputusan.

“Baiklah akan kami sampaikan pada Widya, dia pasti mau menikah denganmu. Tadi anda bilang teman sekolahnya dulu kan?” ucap istri Hermantyo yang tak menolak sama sekali.

“Ya”

“Saya rasa pembicaraan ini sudah selesai, ayo Radit kita pulang” reynolad langsung menyudahi pembicaraan mereka begitu saja. Dia merasa tak setuju dengan keputusan Radit yang terlalu terburu-buru.

“Ke..kenapa terburu-buru tuan, ba..bagaimana tentang kerja sama kita. Itu belum kita bahas” ucap Herman yang tak mengerti kenapa tamunya terburu-buru pergi.

“Kita bicarakan lain waktu, Radit apa kau tidak dengan apa yang papa katakan. Ayo pulang” tegas Reynold, dia langsung berdiri lebih dulu tanpa tersenyum dan langsung keluar membuat sang tuan rumah kebingungan sendiri.

“Kalau begitu saya permisi, tolong maklumi sifat Papa saya. Tolong berikan bunga ini untuk Widya” ucap Radit memberikan buket bunga besar tersebut pada Herman.

“Terimakasih, nanti akan kami sampaikan pada Widya” ucap herman.

Radit langsung berjalan keluar dengan diantarkan kedua orang tersebut, sedangkan Reynold sudah masuk kedalam mobil. Pengawal pribadinya sudah membukakan pintu untuknya.

“Ini rejeki nomplok pa, rejeki nomplok. Mimpi apa keluarga kita mau menjadi besan keluarga konglomerat” girang Halima.

“rejeki nomplok apa ma, ini bukan rejeki nomplok tapi musibah ma” tukas Herman yang gelisah sendiri.

“Musibah darimana pa, ini jeas rejeki nomplok, kalau Widya mau menikah dengan putra semata wayang tuan Reynold. Kita benar-benar kaya pa, Papa tidak dengar tadi mereka menawarkan kerja sama pada kita. Ini bagus untuk perusahan tekstil kita pa” ucap Halima menggebu-gebu.

“Nah itu masalahnya ma, ia kalau Widya mau kalau tidak. Kita bisa hancur ma. Tahu sendiri mereka anti penolakan”

“Papa tenang saja, Widya pasti mau. apalagi dia teman sekolah Widya dulu kan, Mama nanti akan menelponnya, Mama bakal bilang padanya soal ini” ucap Halima tanpa rasa cemas sama sekali, dia malah girang sendiri. berbeda dengan Herman yang masih terus saja gelisah. Karena pikirannya begitu buruk, dia tahu anaknya Widya seperti apa. perempuan itu ingin berkarir di luar negeri dan mengejar keinginannya terutama kuliahnya.

“Sudahlah pa, tidak usah gelisah begitu. Ayo masuk, mama mau menelpon Widya. Lebih baik papa cari Wulan daripada gelisah mikirin hal begini”

“Wulan? Memang Wulan kemana?”

“entahlah, mama tidak tahu dia kemana. Dari subuh sudah tidak ada di kamarnya”

“Apa? dari subuh. Kenapa mama tidak bilang?”

“Papa tidak tanya, sudahlah ayo masuk” Halima malah melenggang pergi, sedangkan Herman semakin gelisah bukan karena lamaran mendadak ini tetapi soal Wulan yang dari subuh tak ada dirumah. kemana kira-kira perginya anak keduanya. Anak itu tengah rapuh dan tak punya penopang saat ini.

“Tuhan, jaga selalu putriku Wulan, lindungi dia” harap Herman, dia takut kalau Wulan kenapa-kenapa atau bahkan melakukan hal nekat. “Wira kenapa dua hari ini juga tidak pulang kerumah, apa dia tahu kondisi kakaknya yang seperti ini” gumam Herman,

Herman langsung mengambil ponselnya di dalam saku celana, hendak menelpon sang putra yang sudah dua hari tak pulang dengan alasan menginap dirumah temannya karena libur sekolah.

Wira Hermantyo, putra bungsu Hermantyo yang masih duduk di kelas tiga sekolah menengah atas. Dia tengah libur sekolah sehabis ujian, membuatnya leluasa menginap dirumah temannya.

Baru saja Herman akan menghubungi Wira, remaja itu baru saja turun dari sebuah mobil yang mengantarnya saat ini.

“Kenapa Papa ada didepan rumah?” tanya remaja itu pada sang papa.

“Kau darimana, dua hari tidak pulang kerumah?” Herman malah balik bertanya pada anaknya.

“Kan aku sudah bilang, aku menginap dirumah teman pa” jawab remaja itu santai tanpa rasa takut.

“Wira, Wira, kau tidak pulang apa kau tahu kondisi kakakmu hah”

“Kakakku yang mana, kakakku ada dua?”

“Kakakmu Wulan”

“Kak Wulan kenapa?” tanya Wira wajahnya berubah serius. “mama melakukan apalagi padanya, mengambil darahnya paksa?” tukas Wira dengan sorot mata tajam dan tangannya yang mengepal.

“Bukan,”

“Lalu, eh sepertinya memang bukan karena itu. kalau darahnya diambil paksa pasti dia tidak akan sesehat tadi sampai memarahiku di Cafe” ucap Wira yang teringat soal kakaknya yang memukulnya tadi saat mereka bertemu secara tak sengaja di sebuah Cafe.

“Cafe? Kalian bertemu di Cafe?”

“Ya, tidak sengaja saja aku bertemu dengannya. dia bekerja di Cafe itu” jawab Wira.

“Kakakmu bekerja?” Herman semakin terkejut mendengar hal tersebut. Ia tak tahu jika putrinya bekerja di Cafe.

“hemm, sudahlah pa. Aku mau masuk dulu, aku ingin mandi dan istirahat” Wira langsung melenggang pergi meninggalkan Papanya yang Seperti masih ingin berbicara. Alasan Wira pergi lebih dulu tentu saja ingin menghindari pertanyaan Papanya soal kakaknya. ia tadi keceplosan berbicara, padahal ini rahasia dirinya dan kakaknya Wulan.

°°°

T.B.C

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 18.

    Radit terdiam melihat laki-laki yang tidak asing baginya itu. Sedangkan laki-laki itu yang tadinya tersenyum seperti menyambut kehadiran Radit langsung ikut terdiam saat melihat perempuan yang ada di sebelah Radit saat ini. "Kau.. kenapa kau ada disini? " tanya Radit terkejut. Lukas yang tadinya melihat kearah Wulan langsung menatap kearah adiknya, Yups Lukas dan Radit adalah saudara seayah beda ibu. "Hai bro, apa kabar" sapa Radit berusaha mengkondisikan wajahnya yang terkejut tadi saat melihat Wulan. wajahnya kini sumringah saat melihat adiknya. Radit yang di sapa dengan penuh senyuman hanya memasang wajah datar nan dingin, dia terlihat tak perduli dengan sapaan ramah itu. "aku tanya, kenapa kau bisa ada disini" tukas Radit kembali bertanya seperti itu pada Lukas. "kenapa pertanyaan mu konyol sekali, jelas aku disini. Ini rumah kakekku" tukas Lukas. "mana pria tua bangka itu" ucap Radit dan langsung menyingkirkan Lukas dari hadapannya. Lalu ia masuk kedalam sendi

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 17

    Radit saat ini baru saja selesai mandi, dia tadi sampai rumah setelah dari kantor langsung mandi membersihkan diri. Hampir dua puluh menit dia di kamar mandi, saat dia keluar belum mendapati Wulan. kamarnya masih kosong tak ada Wulan di situ, "dasar perempuan lelet, sampai sekarang belum di rumah juga" gerutu Radit. Pria tinggi tegap itu lalu berjalan kearah lemari untuk mengambil pakaiannya. Dia harus segera berganti pakaian baru setelah itu dia akan ke rumah kakeknya. Kakeknya begitu cerewet sedari tadi terus saja menyuruh asisten untuk menelpon nya agar dia cepat datang kerumah keluarga Gilgan. Pria tua yang menurunkan Marga Gilgan padanya dan ayahnya itu sangat menyebalkan mentang-mentang memiliki harta tapi seenak sendiri. "kalau bukan karena uangmu, aku tidak mau datang mengenalkan perempuan itu pada mu" tukas Radit. Radit terus saja mengomel sendiri. Radit memang tidak ada keinginan untuk mengenalkan Wulan pada kakeknya, tentu saja dia enggan karena pere

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 16

    Banyak yang tak mengira jika kehidupan seorang konglomerat itu tidak menyenangkan, banyak aturan yang harus dijalakan. Banyak larangan yang menyesakkan harus diturutu, kehidupan bak di penjara apa-apa dibatasi.Radit duduk merenung di kursi kerjanya, yang ada diruangannya tersebut. Dia saat ini berada di kantor, duduk di meja dengan jabatan Direktur tertulis jelas di atas mejanya itu.Benar Radit menjabat sebagai seorang direktur di perusahaan ayahnya, sedangkan CEO serta pemegang saham sepenuhnya ada di tangan ayahnya dan kakeknya.Pintu ruangan Radit terbuka, membuat pria itu mengalihkan pandangannya ke kearah pintu saat mendengar suara pintu yang terbuka tersebut. Pandangannya menatap datar pada pria yang masuk kedalam.Seorang pria tua, dengan tongkat di tangannya berjalan serta topi putih yang dikenakannya. Ia berjalan mendekat kearah Radit yang hanya diam melihat dirinya masuk.“Kakekmu datang tapi kau hanya diam saja begini, mana sopan santunmu?” tukas pria itu pada sang cucu.

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 15

    Wulan menaruh kantung es pada luka Radit, dia melakukan itu agar darah yang mengalir saat ini bisa membeku dan berhenti. Dia merasa aneh dengan darah itu yang terus mengalir padahal lukanya tidak terlalu besar.Radit hanya diam sambil sesekali melihat kearah Wulan yang telaten membersihkan lukanya hingga memplaster lukanya itu. dan dia langsung mengalihkan pandangannya saat Wulan sudah selesai.“kenapa darahmu tadi sulit untuk berhenti?” tanya Wulan yang entah mendapat keberanian darimana untuk bertanya seperti itu.“Sudah sana keluar, kau sudah selesai kan dengan sok jiwa pertolonganmu itu” cibir Radit dan berdiri dari duduknya.Wulan yang masih duduk melihat Radit yang langsung berdiri, dia juga ikut berdiri dari duduknya saat ini.“Ya sudah kalau begitu aku keluar dulu” pungkas Wulan dan akan pergi.“Apa yang terjadi padaku ini, jangan sampai kau bilang pada Mama” ancam Radit “Memang kenapa?” tanya Wulan penasaran.“Aku bilang jangan ya jangan, awas kalau Papa atau mamaku tahu soa

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 14

    Banyak alasan yang membuat Radit selama ini tampak diam, sedikit keras kepala dan egois terhadap orang lain. Dia sebenarnya pria yang baik yang tidak terlalu menyukai kekarasan. Dia hanya akan keras pada dan acuh pada seseorang jika orang tersebut membuat suasana hatinya buruk dan membuat dirinya terusik.Selama ini yang selalu mengusik hidupnya tentu saja kedua orang tuanya yang selalu tak akur dan saling menyalahkan satu sama lain. Dia bosan dengan itu, apalagi ia juga merasa kesepian tak ada teman di kala dirumah makanya ia lebih memilih untuk menghabiskan waktu di luar rumah. Tapi setiap kalia ia ingin melakukan apa yang ingin ia lakukan untuk membebaskan diri selalu saja anak buah ayahnya membatasi setiap gerak-geringnya membuat dia sedikit berkutik dan selalu terkekang dalam dirinya.Radit sendiri saat ini duduk termenung di balkon kamarnya sambil meminum soda kaleng yang baru saja dia ambil dari dalam lemari es kecil yang berada di kamarnya itu.Dia mendongak menatap bintang-bi

  • PESONA SANG PEWARIS   Bab 13

    Radit menaikkan Wulan ke atas dengan perlahan, perempuan itu sudah terbatuk-batu di pinggir kolam renang. Radit juga ikut naik saat Wulan sudah berada di atas.“kau begitu saja tenggelam, perempuan bodoh memang” maki Radit didepan wajah Wulan yang tengah batuk-batuk.Wulan yang terus batuk karena habis tenggelam barusan hanya melihat Radit yang duduk diepannya sambil menatap dan memaki diirnya.Radit setelah memaki Wulan langsung berdiri dari duduknya, dan dia mengambil handuk yang ia lempar tadi saat masuk ke kolam renang. Setelah megambil itu radit langsung melemparkannya pada Wulan.“Pakai itu, nanti kau sakit aku yang ribet” pungkas Radit pada Wulan yang masih duduk.“Kau jika bersikap begini denganku, tolong ceraikan aku” ucap Wulan sambil masih terbatuk dia berusaha untuk bicara dengan Radit. Radit yang tadinya akan berjalan, langsung berhenti dan mendekati Wulan lagi. Di berjongkok didepan perempuan itu menatapnya sini,“Kau pikir itu bukan mauku, orang tuaku yang melarang unt

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status