Share

PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA
PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA
Author: TenMaRuu

BAB 1 : CERMIN AJAIB

Author: TenMaRuu
last update Last Updated: 2025-01-18 16:14:42

"Nenek, beneran deh, di loteng ada cermin gede banget. Bingkainya dari perak, kayaknya kuno banget," seru Liora sambil menuruni tangga dengan langkah tergesa-gesa.

Debu menempel di rambut dan bajunya, bukti dia baru aja menjelajahi loteng yang jarang dijamah. Nenek Sara, yang sedang merajut di ruang tamu, tersenyum kecil.

"Ohh, itu... Cermin itu memang sudah lama di sana. Peninggalan keluarga."

"Tapi kok, Nenek nggak pernah cerita sebelumnya ke aku!" Liora duduk di sofa, membersihkan debu dari tangannya.

"Bentuknya aneh, ada ukiran-ukiran yang aku nggak ngerti artinya."

"Mungkin memang belum saatnya kamu tahu,"

jawab Nenek Sara dengan nada misterius. Matanya menerawang, seperti mengingat sesuatu.

Liora mengerutkan kening.

"Maksud Nenek?"

"Sudah..sudah.. nggak usah dipikirkan. Sekarang bantu Nenek membuat teh yuk,"

Nenek Sara mengalihkan pembicaraan.

Tapi Liora tidak menyerah. Setelah membantu neneknya, dia kembali ke loteng. Rasa penasarannya terlalu besar untuk diabaikan.

Cermin itu berdiri di sudut ruangan, tertutup debu tebal. Liora mengusap debu itu dengan tangannya, dan perlahan ukiran di bingkai peraknya mulai terlihat.

Ada gambar dedaunan, bunga-bunga aneh, dan simbol-simbol yang belum pernah ia lihat.

"Aneh banget..." gumam Liora.

Dia menyentuh permukaan cerminnya. Dingin. Tiba-tiba, ada getaran aneh yang menjalar dari ujung jarinya. Cermin itu bergetar lebih kuat, dan cahaya perak mulai memancar dari dalamnya.

"Apa-apaan ini?!" Liora terkejut dan mundur selangkah.

Tapi.. terlambat. Cermin itu menariknya dengan kekuatan yang luar biasa. Dia berteriak, mencoba berpegangan pada apapun, tapi sia-sia.

Brukk!

Liora jatuh dengan keras.

“Duhh..Ya ampun..sakit!” Dia mengerang kesakitan.

Ketika dia membuka mata, dia tidak lagi berada di loteng berdebu. Dia berada di... hutan?

"Ini... di mana?"

Liora melihat sekeliling dengan bingung. Pohon-pohon di sekitarnya sangat tinggi, dengan dedaunan berwarna perak yang berkilauan.

Udara terasa dingin dan segar, beraroma pinus dan... sesuatu yang wangi, seperti bunga.

"Oke, ini pasti mimpi kan?" gumam Liora, mencoba menenangkan dirinya.

Dia mencubit lengannya sendiri. "Aduh! Sakit! Ternyata bukan mimpi!"

Tiba-tiba, suara gemerisik di semak-semak membuatnya tersentak. Jantungnya berdegup kencang. Dia melihat ke arah suara itu, dan matanya membulat.

Seekor... serigala? Tapi ukurannya jauh lebih besar dari serigala biasa, dengan mata merah menyala.

Serigala itu menggeram, menunjukkan gigi-giginya yang tajam. Liora mundur perlahan, mencoba mencari jalan untuk melarikan diri.

Tapi serigala itu semakin mendekat, mengurungnya.

"Tamat riwayatku..." bisik Liora, ketakutan.

Dia menutup matanya, pasrah.

Tiba-tiba...

suara dentingan logam terdengar. Liora membuka matanya dan melihat seorang pria berdiri di depannya, menghadap serigala itu.

Pria itu tinggi, dengan rambut berwarna perak panjang yang berkilauan di bawah cahaya matahari yang menembus dedaunan.

Dia mengenakan pakaian kulit berwarna hijau tua dan membawa pedang di tangannya.

"Pergi kau, makhluk sialan!" kata pria itu dengan suara dingin dan tegas.

Dia menatap serigala itu dengan tatapan tajam yang membuat serigala itu mundur beberapa langkah.

“Arrgghhhm, rrggghh”.

Serigala itu menggeram sekali lagi, lalu berbalik dan menghilang ke dalam hutan.

Liora masih terdiam, terpukau.

Pria itu berbalik menghadapnya. Matanya biru kehijauan, setajam mata elang.

"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya.

Liora menggeleng, masih terlalu syok untuk berbicara.

"Kamu tersesat?" tanyanya lagi.

Liora mengangguk.

"Aku... aku sekarang nggak tahu di mana aku berada," jawabnya dengan suara gemetar.

Pria itu mengamati Liora dengan saksama.

"Kamu.. bukan dari sini," katanya.

"Dari mana aku tahu?" Liora mengangkat bahu, mencoba bersikap santai meskipun jantungnya masih berdebar kencang.

"Tiba-tiba aja aku ada di sini."

Pria itu menghela napas.

"Namaku Riellan, panggil aja Riel," katanya.

"Siapa namamu?"

"Liora," jawab Liora.

"Liora," Riel mengulang namanya, seolah mencicipi kata itu di lidahnya.

"Kamu ikut aku. Ini bukan tempat yang aman untuk sendirian."

Riel mengulurkan tangannya.

Liora ragu sejenak, tapi kemudian menerima uluran tangan itu.

Sentuhan tangannya terasa dingin, tapi juga kuat dan meyakinkan.

"Makasih," kata Liora, merasa sedikit lebih tenang.

Riel tersenyum tipis.

"Sama-sama. Sekarang, ayo pergi dari sini."

Riel mulai berjalan, dan Liora mengikutinya.

Mereka berjalan menyusuri hutan perak itu, meninggalkan tempat di mana Liora pertama kali menginjakkan kaki di dunia yang asing dan ajaib ini.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 10 : GUA KRISTAL

    "Gimana menurutmu? Lumayan 'kan?" Arista menunjuk ke sebuah gua yang tersembunyi di balik air terjun kecil.Airnya mengalir deras, menciptakan tirai air yang berkilauan diterpa cahaya bulan yang memantul di permukaan air kolam di bawahnya.Suara gemuruh air yang jatuh menciptakan suasana yang menenangkan, bercampur dengan suara serangga malam dan desau angin di antara pepohonan.Liora mengangguk kagum, matanya membulat melihat pemandangan di hadapannya."Keren banget! Kayak tempat persembunyian rahasia," serunya, suaranya hampir tertelan oleh suara air terjun.Dia merasa seperti masuk ke dalam dunia dongeng, sebuah tempat yang hanya ada dalam imajinasinya.Riel menyibak tirai air itu dengan gerakan anggun, memperlihatkan pintu masuk gua yang gelap. Mereka masuk ke dalam, dan Liora langsung merasakan perbedaan suhu. Di luar terasa sejuk, tapi di dalam gua terasa hangat dan lembap.Di dalamnya, gua itu jauh lebih luas dari yang mereka kira dari luar. Dinding-dindingnya tidak rata, melai

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 9 : API DI TENGAH KEGELAPAN

    "Kita nggak bisa terus-terusan lari kayak gini," Liora terengah-engah, memegangi lututnya yang terasa lemas.Jantungnya berdebar kencang, napasnya tersengal-sengal. Mereka telah berlari cukup jauh, memacu langkah sekuat tenaga meninggalkan tempat mengerikan di mana mereka diserang oleh Grimwolf yang buas.Namun, senja mulai merayap, mewarnai langit dengan gradasi jingga dan ungu, menandakan malam akan segera tiba. Kecemasan semakin mencengkeram mereka karena belum menemukan tempat berlindung yang aman.Riel, dengan mata elangnya yang awas, mengamati sekeliling dengan cermat. Hutan di sekitar mereka tampak sunyi, namun keheningan itu justru terasa mencekam."Kamu benar," sahutnya, suaranya terdengar serius."Kita butuh tempat yang aman sebelum malam tiba. Grimwolf jauh lebih berbahaya saat gelap. Penglihatannya dalam kegelapan sangat tajam, dan insting berburunya semakin kuat."Arista, yang juga tampak khawatir, menunjuk ke arah tebing batu yang agak jauh dari tempat mereka berdiri."D

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 8 : TARING DAN ES

    "Lari!" teriak Riel, instingnya berteriak bahaya.Ia mendorong Liora dan Arista ke belakangnya, menciptakan perisai manusia di antara mereka dan ancaman yang mengintai. Tiga Grimwolf besar, makhluk mengerikan perpaduan serigala dan iblis, telah mengepung mereka.Mata merah mereka menyala garang di bawah cahaya rembulan pucat yang menembus celah-celah pepohonan yang menjulang tinggi. Hutan malam itu, yang tadinya sunyi, kini dipenuhi aura permusuhan yang pekat."Gimana caranya kita lari? Mereka mengepung kita!" balas Liora dengan nada panik, jantungnya berdebar kencang di dadanya.Setiap detak jantungnya terasa seperti genderang perang yang memompa adrenalin ke seluruh tubuhnya. Dia bisa merasakan aroma amis dan busuk yang menyengat dari Grimwolf, bau khas predator yang lapar.Air liur menetes dari taring mereka yang tajam dan panjang, berkilauan seperti pecahan kaca di bawah cahaya bulan. Bulu mereka yang kasar dan berwarna gelap tampak seperti bayangan yang menyatu dengan kegelapan h

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 7 : JEJAK DI PEGUNUNGAN

    "Jadi, kita benar-benar akan ke sana?"Liora menunjuk ke arah pegunungan yang menjulang tinggi di kejauhan. Puncak-puncaknya diselimuti salju abadi, tampak gagah sekaligus menakutkan, sebuah benteng alam yang dingin dan misterius. Bayangan awan yang bergerak di lerengnya memberikan kesan hidup, seolah-olah pegunungan itu sendiri sedang mengamati mereka.Riel mengangguk, mengencangkan tali tas ranselnya yang tampak berat."Pegunungan Aethel. Tempat Crysalis Aetheria disembunyikan. Kita harus berangkat sekarang sebelum Umbra menemukan cara untuk melacaknya." Nada suaranya tegas, mencerminkan urgensi situasi mereka. Waktu adalah musuh mereka, dan setiap detik yang terbuang bisa membawa konsekuensi yang mengerikan."Tapi, Arista bilang tempat itu berbahaya," kata Liora, kerutan kecil muncul di dahinya. Kekhawatiran jelas terpancar dari matanya. Ia teringat peringatan Arista tentang ganasnya alam Pegunungan Aethel, tentang badai salju yang tiba-tiba, tebing curam yang mengancam, dan makhlu

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 6 : JEJAK DI PERMADANI

    "Jadi, artefak itu penting sekali, ya?"Liora bertanya pada Arista, nada suaranya menekankan betapa krusialnya informasi tersebut.Mereka berdua berjalan menyusuri koridor istana, yang kini tampak jauh berbeda dari sebelumnya. Dinding-dindingnya retak di beberapa bagian, memperlihatkan batu bata di baliknya, dan beberapa permadani mewah robek menganga akibat serangan Umbra yang baru saja terjadi. Suasana istana yang tadinya megah dan dipenuhi cahaya kini terasa tegang dan suram, aura ketakutan menyelimuti setiap sudutnya.Arista mengangguk dengan sungguh-sungguh."Sangat penting. Itu adalah Crysalis Aetheria, jantung dari kekuatan sihir Elysia. Tanpa artefak itu, sihir kita akan melemah secara drastis, seperti api yang kehabisan bahan bakar. Kita akan menjadi sangat rentan terhadap Umbra dan kekuatan gelap mereka. Bayangkan sebuah perisai yang tiba-tiba menghilang, itulah yang akan terjadi pada Elysia.""Kedengarannya seperti barang mistis yang hanya ada di legenda-legenda kuno," kome

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 5 : DALAM CENGKERAMAN 'UMBRA'

    "Lepasin aku!" Liora berteriak, suaranya tercekat di antara gemuruh pertempuran yang sayup-sayup terdengar.Ia meronta sekuat tenaga dalam cengkeraman Umbra yang menyeretnya dengan kasar di sepanjang koridor istana. Cengkraman itu begitu kuat dan kasar, mencengkeram pergelangan tangannya hingga terasa ngilu dan memar mulai membayang di kulitnya. Setiap langkah Umbra terasa seperti siksaan, menyeretnya semakin jauh dari hiruk pikuk pertempuran yang menandakan harapan.Umbra itu, makhluk bertubuh tinggi dengan kulit kelabu gelap dan mata merah menyala, hanya menyeringai, memperlihatkan deretan gigi-giginya yang runcing dan tajam seperti taring serigala. Seringai itu bukan senyum, melainkan sebuah ekspresi predator yang menikmati mangsanya."Kamu pikir kamu bisa kabur, manusia?" desisnya dengan suara serak yang parau, suara yang merayap di tulang belakang Liora, mengirimkan gelombang rasa takut yang dingin dan menusuk.Suara itu bukan hanya serak, tetapi juga bergetar dengan kekuatan gel

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 4 : BAYANGAN DI CERMIN

    "Susah banget sih fokus sama air!" Liora menghela napas panjang, butiran keringat membasahi dahinya.Ia duduk bersila di atas lantai kayu ruang latihan, matanya tertuju pada telapak tangannya yang kosong. Beberapa jam berlatih intensif bersama Riel belum membuahkan hasil yang signifikan. Perasaan frustrasi mulai merayapinya.Riel, yang duduk bersandar di dinding di hadapannya, mengamati Liora dengan sabar. "Memang butuh waktu, Liora. Jangan terlalu memaksakan diri. Proses ini membutuhkan kesabaran dan ketekunan.""Tapi, kamu bilang ini satu-satunya cara aku bisa kembali," sahut Liora dengan nada suara yang meninggi, mencerminkan kekecewaannya."Bagaimana kalau aku tidak bisa menguasainya? Bagaimana kalau aku gagal?" Nada putus asa terdengar jelas dalam setiap kata yang diucapkannya."Kamu pasti bisa," kata Riel dengan mantap, menatap Liora dengan tatapan yang penuh keyakinan dan dukungan."Kamu sudah berhasil memunculkan bunga matahari itu. Itu bukti nyata bahwa kamu memiliki potensi

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 3 : SENTUHAN AETHER

    "Jadi, gimana caranya aku belajar sihir?" tanya Liora, duduk bersila di atas bantal di ruang latihan istana.Ruangan itu luas dengan lantai batu yang dingin dan beberapa target latihan tergantung di dinding, saksi bisu latihan para kesatria dan penyihir istana selama bertahun-tahun. Cahaya matahari pagi menyelinap melalui jendela-jendela tinggi, menerangi debu yang menari-nari di udara.Riel, yang berdiri di depannya dengan postur tegap, bahunya lebar dan rahangnya tegas, tersenyum tipis. Senyum itu, meskipun singkat, mampu meredakan ketegangan di wajah Liora."Pertama-tama, kamu harus merasakan Aether.""Aether?" Liora mengerutkan kening, dahinya membentuk lipatan-lipatan kecil. "Itu apaan?"Inti dari semua sihir di Elysia," jelas Riel, suaranya tenang dan berwibawa."Energi yang mengalir di alam dan di dalam diri setiap makhluk hidup. Bayangkan seperti aliran sungai yang tak terlihat, menghubungkan setiap daun yang berguguran, setiap hembusan angin, dan setiap detak jantung.""Keden

  • PUTRI PENGUBAH TAKDIR ELYSIA    BAB 2 : ISTANA DI ATAS AWAN

    "Serius, ini beneran istana?" Liora mendongak, matanya membulat menelusuri bangunan megah yang menjulang tinggi di hadapannya. Istana itu bukan sekadar tumpukan batu; ia tampak hidup, bernapas dengan keanggunan yang tak tertandingi. Dinding-dindingnya terbuat dari batu putih yang berkilauan seperti mutiara di bawah cahaya matahari yang menembus pepohonan tinggi di sekitarnya, dihiasi ukiran-ukiran rumit yang menggambarkan makhluk-makhluk mitos dan adegan-adegan dari kisah-kisah kuno. Menara-menara yang ramping dan anggun menjulang seolah menembus awan, puncaknya dihiasi bendera-bendera berkibar yang menampilkan simbol-simbol yang tak dikenal Liora. Riel tersenyum tipis, melihat kekaguman di wajah Liora. “Selamat datang di Asteria, Istana Bintang. Kediaman para elf,” ucapnya dengan nada bangga. Liora masih terpukau, matanya terus menjelajahi setiap detail bangunan itu. “Keren banget! Kayak di film-film fantasi,” gumamnya, suaranya hampir Dibandingkan dengan gedung-gedung p

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status