Compartir

Bab 3

Autor: Piemar
last update Última actualización: 2025-07-20 15:56:43

Ratu Seraphina menelan salivanya. “Kau?” tanyanya tak bisa menyembunyikan rasa semburat penasaran sekaligus keterkejutannya. Ini pertama kalinya ia melihat wajah Ana tanpa veil.

Bergegas, Ana menunduk dalam. Ia juga tak kalah terkejut melihat reaksi sang ratu. Sebaliknya, ia mengira Ratu Seraphina begitu jijik dan benci melihatnya. 

‘Tak mungkin! Matanya mirip …’ batin sang ratu dengan perasaan yang berkecamuk.

Ratu Seraphina memangkas jarak di antara mereka. Tangannya terulur pada wajahnya namun segera ia menariknya kembali.

“Yang Mulia, dia gadis yang menggantikan Putri Clarissa,” lapor Duke Arvin dengan nada hati-hati. Ia sedikit menunduk, tahu betul bahwa kabar ini bukan hal sepele. Ia hanya ditugasi mencari gadis yang mirip dengan Putri Clarissa.

Berusaha menormalkan perasaannya, Ratu Seraphina berdiri membelakangi jendela besar aula timur, sorot matanya kosong menatap kebun mawar yang sedang mekar. Wajahnya tenang—hingga sulit ditebak apakah ia marah, sedih, atau curiga.

Ana duduk di atas sofa berlapis beludru yang mewah dengan perasaan yang berdebar-debar, menunggu apa yang ingin disampaikan sang ratu padanya.

“Hmm...” Ratu Seraphina berdehem, berusaha menetralkan desakan aneh dalam dadanya. “Ana, kau akan tinggal di istana. Tidak diizinkan lagi tidur di dapur bersama pelayan. Aku ingin kau menggantikan Putri Clarissa menjadi pengantin Pangeran Leonhart,”

Ana mengangkat mata, terkesiap. Mulutnya setengah terbuka, namun tak ada suara beberapa detik. 

“Pengantin? Tapi … Yang Mulia, saya hanya seorang koki—”

Ratu Seraphina cepat menyela. Tatapannya menajam setajam belati. “Kau pikir, aku sembarang memilih? Ini bukan soal pantas atau tidak. Ini soal menyelamatkan kerajaan,”

Perintah itu jatuh seperti palu godam. 

Glek,

Ana menelan salivanya yang terasa kecut. ‘Atas nama siapa saya harus berkorban? Kerajaan? Ambisi?’

Naasnya, kalimat itu hanya tersangkut di tenggorokannya. 

“Jika kau berani membantah, maka mulai besok kau bukan lagi koki istana—kau akan jadi tahanan kerajaan karena pencemaran nama baik keluarga kerajaan. Atau … akan ada banyak kepala yang melayang dari dapur istana,”

Ancaman Ratu Seraphina tidak main-main. Sorot matanya menusuk hingga ke tulang belulang.

Tubuh Ana menggigil. Bagaimana caranya ia bisa lari dari situasi pelik itu? Kemanakah Putri Clarissa? Mengapa dia tega melarikan diri hingga menyeretnya dalam pusaran masalah istana?

Setelah Ana keluar dari ruangan, keheningan kembali menguasai ruangan megah itu. Tapi matanya tak lepas dari pintu yang tertutup pelan.

Ada sesuatu yang membuat hatinya tak tenang. Ana Merwin. Gadis itu... terlalu mirip seseorang.

Ratu Seraphina menarik napas dalam-dalam, lalu berkata. “Panggil Madam Mia ke ruang belakang. Sekarang.”

Tak lama, pelayan kepercayaan sang Ratu datang. Madam Mia—wanita tua bertubuh mungil, dengan rambut memutih yang disanggul rapi. Ia membungkuk dalam-dalam.

“Yang Mulia memanggil saya?”

“Kau yang membesarkan Ana Merwin?” tanya Ratu Seraphina langsung, dingin, tanpa basa-basi. Ia tak sabar menunggu jawaban. Ia menatap Madam Mia seperti hendak menggulitinya.

Madam Mia mengerjap. Lalu mengangkat matanya. Tubuhnya bergetar ketakutan. “Ana Merwin, anak yatim piatu dari wilayah Utara, Yang Mulia. Dia sudah bekerja di dapur istana selama tiga tahun. Dia salah satu koki berbakat.”

‘Yatim piatu?’ 

Ratu Seraphina mengangkat tangan. “Pergilah!” 

Menghela nafas, Madam Mia akhirnya bisa pergi dari sana.

“Apa Anda mencurigainya sebagai mata-mata, Yang Mulia?” tanya Duke Arvin merasa khawatir. Ia menyelidik raut wajah sang ratu.

Sang Ratu terdiam beberapa saat. “Selidiki asal usulnya!”

Duke Arvin mengangguk pelan. “Baik, Yang Mulia,” katanya pamit pergi dari sana. 

Tak lama ruangan itu sepi, Ratu Seraphina pergi ke kamar utama. Raja Alric memilih tidur di kamar sayap timur karena sedang sakit. Ia ingin tidur sendiri. Sudah hampir setahun ia menderita demam remiten.

Malam itu Ratu Seraphina dihantui mimpi buruk lagi. Seorang gadis berpakaian pelayan datang lalu menusuknya dengan pedang. Apakah gadis itu Ana Merwin? Seseorang yang datang dari masa lalu?

“Ada apa Yang Mulia? Anda bermimpi buruk lagi?” kata salah satu dayang sang ratu setelah mendengar suara jerit kecilnya saat tidur. Ia langsung menyodorkan cawan bertangkai berisi air minum untuk sang ratu. “Minumlah, Yang Mulia,”

Ratu Seraphina tertegun sesaat sebelum mengambil air minum itu. Ingatannya mendarat pada kenangan dua puluh tahun silam—yang ia berusaha kubur dalam-dalam.

“Yang Mulia,” kata dayang itu dengan lembut.

Ratu Seraphina lalu meneguk air minumnya perlahan. Nafasnya mulai stabil. Namun perasaannya masih tak karuan. Jika gadis itu datang dari masa lalunya, ia harus segera menyingkirkannya dari sana. 

Kalau perlu pernikahan dengan pangeran Leonhart harus dipercepat.

Continúa leyendo este libro gratis
Escanea el código para descargar la App

Último capítulo

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 273

    Ana akan meminta penjelasan pada Leon malam ini. Sayangnya, Leon pulang larut malam, Ana sudah lebih dulu tidur. Keesokan harinnya, Leon menghela napas pelan melihat pemandangan setiap pagi hari. Seperti biasa, Ana bangun dan duduk di sofa yang berada tak jauh dari ranjang besar milik mereka. Wajahnya pucat, rambutnya berantakan dan tubuhnya terlihat lesu. Ia menggenggam tepi meja dengan keras, tubuhnya membungkuk saat merasakan gelombang mual dari perutnya. Namun ia tampak berusaha mengendalikan dirinya. Di depannya semangkuk bubur gandum dan air minum sudah tersedia. Ana kini lebih sering sarapan di kamar karena kondisinya tak memungkinkan jika berbaur di aula makan bersama Raja Edric. Bubur kesukaannya itu tampak tidak menggugah selera. Baunya tak sedap. Dan, sialnya, bau itu justru mengundang rasa mual yang ditahannya sedari tadi. “Kenapa?” Leon menghampirinya, melihat Ana yang sama sekali tidak terlihat ketertarikan pada bubur gandum dengan kaldu ayam itu. Ia meringis dan m

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 272

    Malam itu, hutan Blackwood tampak mencekam. Tidak hanya karena binatang buas yang berkeliaran di sana. Namun ada hal yang lebih berbahaya dan mengancam. Pasukan Dragoria yang terkenal karena kekejamannya sedang mencari seorang putri dari Velmont Raya yang tengah melarikan diri. Clarissa kini menjadi target buruan, setelah ia nekat memutuskan kabur dari upacara pernikahannya. Setiap langkahnya di hutan dipantau bayangan, dan para penjaga kerajaan mulai menyebar untuk mencarinya.Beruntung Lord Cedric menjalankan tugasnya, ia berhasil menyelamatkan Clarissa sementara. Pertama dari aksi binatang buas. Lalu ke dua, pasukan Dragoria. Lord Cedric berhasil membawa Clarissa bersamanya. Sesaat, Clarissa mendapat perlindungan. Di tengah hutan Blackwood Lord Cedric berlari ringan dan hati-hati melewati pepohonan sembari menggendong Clarissa. Ia tidak mengalami kesulitan saat menggendongnya sebab gadis itu tampak mungil di matanya. Mungkin baju zirah lebih berat dari bobot gadis itu. Hembusan

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 271

    Malam itu suasana balairung istana Velmont tampak sangat indah. Tempat itu sudah disulap menjadi tempat upacara pernikahan Clarissa dengan pangeran Thorian dari kerajaan Dragoria.Dekorasi bebungaan berwarna-warni memenuhi setiap sudut ruangan, sedangkan bunga lili yang merupakan lambang resmi Velmont Raya ditata indah di sepanjang lorong dan pilar marmer.Di atasnya, ribuan lilin yang menyala dalam chandelier kristal menggantung anggun. Cahaya temaramnya memantul pada dinding dan lantai batu, memberikan kilau hangat yang menyoroti podium tempat upacara agung itu akan dilangsungkan.Di kamar pengantin, Clarissa sudah tampak cantik dalam gaun berwarna putih yang menampilkan siluet tubuhnya yang sempurna. Rambutnya juga sudah ditata, disanggul model Braided Crown. Rambutnya dikepang melingkar seperti mahkota di

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 270

    Sore itu Mary merasa aneh kenapa dia tidak bisa bertemu dengan Ana. Padahal ia ingin berpamitan padanya. “Ibu, kenapa melamun?” tanya Isabella melihat ibunya diam menatap keluar jendela di balik tirai kereta—yang membawa mereka pulang hari itu. Mary memang tidak berniat untuk menginap setelah melihat reaksi kakak sepupunya–Raja Edric yang terlihat dingin pada mereka. Apalagi reaksi Leon yang jelas menolak kehadiran putrinya. Mendengar suara putrinya, Mary menoleh. “Ibu tidak bisa berpamitan dengan Lady Ana. Mungkin dia masih marah padamu,”Isabella mendengus pelan, tatapannya menajam tertuju pada ibunya. “Kenapa Ibu cari muka di depan Raja Edric dan Leon? Sudah jelas Leon tidak suka kedatangan kita. Aku menyesal datang.”Mary mencondongkan tubuhnya, mengamati wajah putrinya yang seolah tanpa dosa. “Kau pikir Ibu cari muka? Kau memang harus mencuci hatimu dengan air suci! Kepalamu diisi dengan pikiran buruk,” Wanita itu mengibaskan kipasnya, menatap kembali pada jendela kereta. Sem

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 269

    Raja Edric mengangguk pelan setelah mendengar permintaan maaf Lady Isabella. Permintaan maaf itu mudah dilakukan oleh siapapun. Namun pertanyaannya adalah permintaan maaf itu tulus dari hati terdalam ataukah hanyalah semacam formalitas demi menjaga hubungan yang baik dengan keluarga kerajaan?Suara Lady Isabella pecah, gemetar seperti badai. Ia menatap Raja Edric dengan tatapan yang berkaca-kaca, penuh penyesalan. “Yang Mulia, saya memohon maaf sebesar-besarnya atas kesalahan dan kekhilapan yang telah saya lakukan pada Pangeran Leon. Sungguh, saya menyesalinya.”Lady Isabella menunduk dalam. Air matanya jatuh tanpa diundang. Lady Mary mengusap punggung putrinya dengan lembut, memberikan dorongan kekuatan. Semoga saja ia bisa belajar dari kesalahannya di masa lampau dan mulai memperbaikinya. “Permintaan maafmu telah kudengar, Lady Isabella,” imbuh Raja Edric tenang. Nada suaranya sopan tetapi dingin. Namun jika orang sadar sikap dingin tapi tenang itu sangat berbahaya.Raja Edric mem

  • PUTRI YANG TERTUKAR   Bab 268

    Sebuah kereta dengan ornamen emas bermotif lilitan bunga mawar tiba di halaman istana Ravensel. Seorang wanita berambut keperak-perakan disanggul turun dibantu oleh seorang pengawal. Ia membetulkan syal yang melilit lehernya tepat kakinya baru mengayun beberapa langkah di halaman istana Ravensel.Ia bergumam sembari menyebarkan pandangannya ke segala sudut. Helaan napas ringan lolos dari bibirnya saat tatapannya terpaku pada pilar-pilar istana Ravensel yang megah dan raksasa. Ia merasa seperti seekor kelinci melihat betapa besar kekuasaan Ravensel di negeri Barat. “Sudah enam kali musim panas aku tak datang kemari,” gumamnya lirih, senyum tipis tergurat di wajahnya. Ia menyerahkan tas kecil yang ditentengnya kepada dayang setianya. Lalu ia menoleh ke arah belakang. Dahinya berkerut membentuk lipatan kertas. “Bella belum turun?” tanyanya pada dayang setianya. Dayang mengangguk lalu menjawab pelan. “Belum Nyonya.”Lady Mary, wanita berusia enam puluh lima tahun itu mendecak pelan. Ia

Más capítulos
Explora y lee buenas novelas gratis
Acceso gratuito a una gran cantidad de buenas novelas en la app GoodNovel. Descarga los libros que te gusten y léelos donde y cuando quieras.
Lee libros gratis en la app
ESCANEA EL CÓDIGO PARA LEER EN LA APP
DMCA.com Protection Status