“Gimana keadaan Mas Handoko, Bu?”
Catty berhamburan di depan ruang UGD, di mana ada Dewi dan Fauzan yang semalaman tidur di sana menjaga Handoko.
“Kamu itu kemana saja? dihubungi enggak bisa! Ibu sudah setengah mati mau mengabari kamu. Kasihan suami kamu. Gara-gara mikirin kamu dia bisa sampai seperti ini,” omel Dewi tanpa mengindahkan ada pria tampan yang berdiri di belakang Catty.
Catty baru ingat kalau ponselnya tertinggal di apartemen Arya. Jelas saja tidak bisa dihubungi. Sekarang, dia khawatir kalau ponsel itu akan disalah gunakan oleh bedebah itu.
“Ampun, Bu. Maaf. Ponselku hilang sewaktu aku berangkat ke kota. Jadi aku tidak bisa memberi kabar ibu dan Mas Handoko.”
“Alasan saja kamu. Terus, siapa pria yang ada di belakang kamu ini?” tanya Dewi penuh selidik. Sekalipun penampilannya seperti Bos besar, Dewi tidak memperdulikannya.
“Perkenalkan saya bosnya Catty di kota, Bu.” B
“Aku ke toilet sebentar. Kamu di sini dulu.” “Tunggu Catty! Kamu belum menjawab pertanyaanku.” Namun, Catty berlalu begitu saja. Langkahnya begitu cepat seolah ingin segera menjauh dari Bram. Sungguh dia belum siap untuk menjawab pertanyaan itu. Catty menerobos toilet yang sepi. Membasuh wajahnya yang kuyu bekas airmata. Pikirannya bergelut dengan jalan terbaik untuk permasalahan ini. Tidak mungkin bisa mengabaikan Bram. tapi, kalau dia menerima Bram, terus bagaimana dengan nasib suaminya Handoko! Wajah Catty menegang begitu melihat sosok gagah yang memasuki pintu. Dari pantulan cermin itu dia membalikan badan, matanya nanar saat melihat Bram yang mendekat dengan pandangan liar. “Mau ngapain kamu, Bram?” ucap Catty yang tidak bergeming dari posisinya. Terkejut dengan kehadiran Bram tiba-tiba. “Kita bisa bicarakan nanti, Bram. tolong kamu keluar dulu! Ini toilet perempuan.” Imbuhnya lagi. Bram tidak mengindahkan, malah semaki
“Aku sudah menjawab pertanyaanmu, sekarang ayo lakukan lagi,” pinta Catty sambil menggerak-gerakan pinggulnya erotis. Bram terkekeh melihat Catty. Pria itu terlihat mempermainkan lubang basah itu sampai benar-benar banjir. Sedangkan desahan Catty semakin menggema di ruang toilet itu. “Ayo, kita masuk ke dalam bilik saja.” Bram mencetuskan ide. Takut juga kalau sampai ada orang yang masuk. Catty yang sudah terlanjur nafsu pun hanya menurut. Dia tenggelam di dalam bilik bersama pejantan itu. Tanpa berlama-lama, Bram langsung menghujani tengkuk Catty dengan cumbuan kasar. Sesekali menggigitnya. Membuat Catty menggelinjang geli. Catty menggigit bibir, menahan untuk tidak bersuara. Meski nikmat yang dia rasakan sangat luar biasa. Dengan cekatan, Bram melepas kaosnya sendiri dan melemparkannya serampangan. Tidak lupa dengan celana jeansnya yang membungkus kuda-kuda kokoh yang dipenuhi bulu-bulu maskulin. Hampir saja Catty memekik tatkala merasakan t
Malam harinya, sekembalinya Dewi dan Fauzan, Mereka diizinkan untuk melihat kondisi Handoko. Penuturan dari dokter bahwa Handoko mengalami kelumpuhan, membuat syok semua orang tidak terkecuali Catty. Juga diagnose penyakit jantung yang selama ini baru diketahui. “Mas,” panggil Catty setelah Handoko siuman walaupun kondisinya masih sangat lemah Handoko menoleh ke Catty. Mengerjap-erjapkan mata, lantas Memandangnya beberapa saat “Kamu Fatimah?” “Iya, Mas. Aku Fatimah istri Mas.” “Akhirnya kamu di sini, Mas senang sekali melihat kamu dalam keadaan baik-baik saja. Mas susah tidak bisa hubungi kamu.” Mata pria itu berkaca-kaca. Catty tertegun. Hal yang membuatnya miris, menurut penuturan Dewi, Hal yang membuat Handoko tidak fokus sampai kecelakaan adalah diakibatkan ponsel milik Catty yang tidak bisa dihubungi. Batinnya menjerit menyalahkan siapa yang telah menabrak. Dia harus menemukan biang keladinya. “Kamu datang sama siapa?
Bram menyoroti kaki Handoko yang di gyp, kemudian, dia berkata kepada pemiliknya. “Saya turut prihatin atas musibah yang dialami Pak Handoko. Maka dari itu, saya akan membantu untuk membiayai seluruh pengobatan Pak Handoko sampai sembuh nanti.” Handoko berbinar. Kedua tangan lemahnya langsung mengamit tangan kekar Bram. Kebahagiaan terungkap di mimik wajahnya yang sendu. Baginya, pria yang mengaku sebagai bos Catty ini sangat royal dan baik hati. “Terima kasih banyak Pak Bram, saya tidak tahu lagi harus berkata apa dan bagaimana caranya saya membalas kebaikan bapak,” kata Handoko sambil terisak. Bram hanya tersenyum. Senyum picik lebih tepatnya. Dalam hatinya berkata, cara membalas kebaikanku dengan menyerahkan istrimu kepadaku. Meski itu mustahil untuk dia katakan untuk saat ini, tapi nanti. “Sungguh saya susah sekali. Saya tidak punya uang untuk membayar biayanya. Apalagi, setelah ini mungkin saya akan dipecat dari pekerjaan saya,” imbuh Hando
Sampailah di Penthouse Bram, Catty mengikuti Bram masuk ke dalam Penthouse. Mereka langsung disambut oleh nuansa penthouse yang luas dan elegan. Bram menunjukkan kelasnya sebagai orang terkaya. “Oh iya, nanti aku akan memesan pakaian untuk kamu,” Bram sesampainya di sebuah kamar yang memang ditujukan kepada Catty. Catty tidak segera menjawab. Dalam hatinya, dia merasa sangat istimewa bersama Bram. Diantar ke kamar langsung, padahal dia memiliki pembantu yang bejibun. Memenuhi semua kebutuhan. Tapi, sifat possesif-nya yang membuat Catty ilfeel. “Kamu istirahat dulu saja. saya mau mengecek proyek resort dulu,” kata Bram. Membuat Catty seolah tidak rela. “Lama enggak?” Bram terkekeh mendengar suara Catty manja. Dia mengucek-ucek rambut Catty yang menjuntai sebahu. Sebenernya bisa saja dia menyuruh asistennya untuk mengecek. Tetapi, karena proyek ini dikerjakan oleh rekan bisnis pentingnya. Makanya, mau tidak mau, dia harus terlibat.
“Andrew, kamu di sini?” Bram membuka pintu tak lama setelah dia membereskan pakaiannya dan meminta Catty untuk bersembunyi. Adrenalin Catty juga terpacu. Tidak menduga atas kedatangan Andrew. “Just give you surprise. Anyway, kenapa lama sekali buka pintunya. Ada cewek di dalam?” Jantung Catty serasa ditempa. Jangan sampai bertemu Andrew. Bisa-bisa semuanya berantakan. “Ah, mau tahu saja. Sudah yuk. Masuk.” Bram menjawab santai. Mempersilakan tamu agungnya masuk. Dari celah pintu, Catty bisa melihat dua pria bertubuh sama besar. Namun Andrew lebih kekar dan mantap pastinya. Serta kharisma pria itu yang semakin tajam padahal usianya sudah semakin matang. “Bukannya kamu bilang ada meeting, makanya menunda pertemuan kita di proyek?” Bram membuka percakapan. “Tadinya, sampai tiba-tiba klien itu membatalkannya. Jadi saya langsung ke sini saja, sebagai kompensasi karena aku mencancel pertemuan kita tadi.” Andrew duduk santai sambil satu kakin
Sepulang dari proyek, Bram langsung menuju penthouse. Baru sebentar meninggalkan Catty, dia sudah rindu sekali. Kemolekan tubuhnya benar-benar membayanginya. Membuatnya tidak fokus. Terlebih kata-kata Catty yang manja. Memintanya untuk tidak berlama-lama dan cepat pulang. Siapa lelaki yang tidak terlena dibuatnya. Memicu semangat kelaki-lakiannya yang sudah sangat matang di usianya sekarang. Baru saja sampai di parkiran, mendadak dia mendapatkan pesan dari Catty. Bram tersenyum melihat pesan yang begitu bejibun. Mungkin Catty sudah tidak sabar menunggu kepulangannya. Namun, senyumnya memudar tatkala melihat isi dari pesan itu. “Bram, tolong. Ada dua pria asing di depan.” Mata Bram terbelalak. Catty dalam bahaya! Segera Bram beringsut menuju ke lantai atas. Tidak lupa menghubungi sekuriti untuk datang meringkus. Benar saja, sesampainya di lantai atas, terlihat dua pria yang sedang mondar-mandir di depan penthousenya. Bram yang geram lan
Bram keluar dari kamarnya dengan wajah kuyu. Dia baru saja bangun tidur dan akan melakukan olahraga pagi yang sudah menjadi rutinitas. Meski bukan olahraga gym, hanya menggunakan barble seadanya dan juga berbagai gerakan kinestetik. Namun, itu sudah cukup membentuk body Bram dengan sangat sempurna. Juga membuatnya enerjik sepanjang hari. Baru saja akan melangkah menuju teras, dia mencium aroma masakan yang menggugah selera. Dia menggumam sambil meneguk saliva beberapa kali. Dia pun mengganti langkahnya menuju dapur. Sesampainya di dapur, dia tercenung saat mendapati sosok cantik yang sedang asik memasak sambil membelakanginya. Bram tersenyum. Pantas saja aroma masakannya lebih wangi, ternyata seorang bidadari yang tengah memasak untuknya. Catty yang tidak menyadari kehadiran Bram terlihat sedang memindahkan nasi goreng ke piring. Begitu dia akan membalikan badan, dia terhenyak saat melihat sosok gagah yang sedang memandangnya. Lagi-lagi Bram menatapnya