Kaisar membalas sambil mengangguk pelan, "Aku hampir setiap saat selalu memikirkan sup kambing itu."Yang terbayang dalam benak Kaisar adalah sosok Karlita di masa mudanya. Dia adalah cinta seumur hidupnya. Pada akhirnya, Kaisar juga memilih Jelita yang parasnya begitu mirip dengan Karlita sebagai selirnya.Awalnya, Kaisar tidak percaya bahwa Pangeran Aneksasi, Burhan, benar-benar memiliki ambisi sebesar itu. Sampai pada hari itu, ketika Kaisar belum selesai menghadiri sidang pagi, pikirannya malah terus melayang ke sup kambing buatan Jelita. Dia pun merasa ada yang sangat tidak beres."Pergilah ke Istana Lotus dan suruh Selir Jelita buatkan sup kambing untukku," ucap Kaisar sambil mengelap ingus dan meringkuk dengan tubuh lemas.Sambil menyeka air mata dari sudut matanya, Wawan menerima perintah, "Baik."Kaisar memandang punggung Wawan yang pergi, lalu tersenyum getir. Di istana yang begitu megah ini, dirinya yang seumur hidup dikenal bijak dan berkuasa, ternyata malah dijebak oleh ad
"Kaisar ...," panggil Jelita. Apa jangan-jangan tua bangka ini belum benar-benar ketagihan?Di sisi lain, Kaisar langsung mengibaskan lengan jubahnya dan pergi bersama Wawan. Setelah kembali ke kamar pribadinya di Aula Budicana, Kaisar terlihat makin gelisah dan marah-marah tanpa alasan yang jelas. Bahkan, kening Wawan pun sampai benjol karena terkena lemparan teko teh. Melihat kondisi seperti itu, mana mungkin Wawan bisa duduk tenang?Sambil menenangkan Kaisar, Wawan segera menyuruh muridnya, Rizal, untuk diam-diam memberi tahu Luis mengenai apa yang terjadi hari ini.Rizal pun bertanya dengan ragu-ragu, "Guru, saat ini Kaisar masih cukup sehat. Kalau kita diam-diam memberi kabar pada Putra Mahkota dan nanti sampai ketahuan oleh Kaisar, bukankah itu bisa membuat kita celaka?"Peringatan Rizal membuat Wawan agak bimbang juga. Dia berucap, "Tapi, bagaimanapun Putra Mahkota adalah pewaris takhta. Ke depannya, kehidupan kita pun bergantung padanya."Mendengar itu, Rizal mengangguk. Pada a
Yasa langsung menjawab dan pergi melaksanakan perintah. Baru setelah itu, Kaisar menunjukkan perhatian dengan bertanya, "Selir Jelita, bagian mana dari tubuhmu yang nggak enak? Sudah panggil tabib istana untuk memeriksamu belum?" Dari kondisi Jelita yang lemah, dia memang terlihat sedang sakit.Jelita tersenyum tipis, lalu menjawab dengan lemah, "Makasih atas perhatian Kaisar. Saya cuma salah makan sesuatu, jadi perutnya terasa sakit. Tadi, Tabib Rasyid sudah datang memeriksa. Katanya, saya harus lebih banyak beristirahat di ranjang."Kaisar berucap, "Selir Jelita, kamu pasti sangat lelah. Kalau begitu, mulai sekarang kamu harus banyak-banyak istirahat.""Baik. Hanya saja, saya selalu ingin membuatkan makanan enak untuk Kaisar secara langsung. Kelak, keinginan itu nggak akan sebanding dengan kemampuan saya lagi," balas Jelita.Kaisar berpikir, yang penting dia tidak melewatkan sup kambing kesukaannya. Dia pun berkata, "Yang penting hatimu tulus. Itu sudah cukup. Kamu tetap harus utamak
Melihat gadis itu menjadi lemas karena godaannya, Satya pun akhirnya menghentikan tindakannya. Selain membelai dan mencicipi sedikit rasa, apa lagi yang bisa dia lakukan?Dasar Anggi si jalang terkutuk itu! Satya hampir kehilangan akal sehatnya karena begitu terobsesi ingin menangkap Anggi. Dia ingin membuat hidup Anggi lebih buruk daripada kematian!Setelah semua hasrat terlampiaskan, Jelita memegang perutnya. Ada sedikit penyesalan di wajahnya. Tubuhnya ini memang terlalu sensitif. Apa yang belum sempat dilakukan oleh Yasa tadi, semuanya malah dituntaskan oleh Satya.Tubuh Jelita memang begitu. Dia selalu menginginkan hal itu setiap beberapa hari. Dia tahu, ini semua akibat dari masa-masanya di rumah bordil dulu, di mana tubuhnya terus dipaksa menerima berbagai macam obat. Hal itu membuat tubuhnya sangat sensitif hingga tidak bisa dikendalikan lagi."Selir Jelita, besok kamu pura-pura sakit ya," ucap Satya. Dia langsung saja menyebut Jelita dengan sebutan "Selir Jelita".Jelita tahu
Setelah mereka merapikan penampilan, di momen itu juga Satya sudah langsung mendorong pintu dan masuk ke dalam.Jelita buru-buru menyambutnya, "Putra Bangsawan, kenapa Anda berani datang ke sini?" Dia bahkan sempat melirik ke arah luar karena takut ada orang dari pihak Kaisar yang melihat.Satya mengenakan pakaian seorang kasim lengkap dengan lencana istana resmi. Jadi, dia sama sekali tidak takut jika ada yang memeriksa dirinya."Yang lain, pergilah dari sini!" bentak Satya dengan suara keras. Menurutnya, orang kepercayaan Jelita juga bisa dianggap sebagai orang kepercayaannya sendiri. Jadi, tidak ada yang perlu disembunyikan dari Yasa.Namun, Jelita tetap melirik sekilas ke arah Yasa. Orang itu segera mundur dengan sikap hormat. Kemudian, dia bertanya dengan cemas, "Putra Bangsawan, Anda datang ke istana malam-malam begini, apa karena terjadi sesuatu?"Satya menjawab, "Bukan apa-apa. Hanya saja, ayahku sudah nggak sabar." Sambil berbicara, dia pun menyampaikan maksud ayahnya kepada J
Luis sudah kembali ke Kediaman Putra Mahkota.Setelah mengetahui kejadian di pengadilan hari ini, Aska sama sekali tidak merasa terkejut. Luis bertanya, "Tuan Aska nggak merasa aku terlalu gegabah?"Aska menimpali, "Nggak. Justru ini sosok dewa perang yang dikenal dunia." Ini baru Luis yang sesungguhnya, memiliki wibawa dan ketegasan seperti seorang penguasa.Luis seketika tertawa melihat reaksi Aska.Anggi berucap, "Saling membalas itu hal yang wajar. Kali ini, begitu pulang ke rumah, Pangeran Aneksasi entah akan mengamuk sampai lempar barang-barang atau nggak."Mereka bertiga saling memandang dan tertawa.Di Kediaman Bangsawan Aneksasi, Burhan memang sangat marah. Dia memukuli pelayan yang tidak bersalah sampai babak belur.Melihat ayahnya marah besar, Satya enggan mendekat agar tidak memperkeruh suasana. Setelah amarah Burhan mereda, mereka berdua baru duduk untuk berbicara."Malam ini, kamu cepat masuk ke istana. Suruh wanita rendahan itu beraksi. Dengan wajahnya, Kaisar sialan itu