Share

Bab 617

Penulis: Emilia Sebastian
"Jadi, kamu sama sekali nggak perlu khawatir. Waktu nggak ada apa-apa, dia akan sembunyi. Kamu cuma perlu anggap nggak ada apa pun di tubuhmu."

"Oke, aku mengerti!"

Syakia sudah melengkapi Cempaka dari luar dan dalam. Namun, dia masih agak khawatir. Jadi, sebelum Cempaka tidur, dia menuangkan secangkir air spiritual untuknya.

"Ini sejenis obat yang khusus kusiapkan untuk memulihkan tubuh. Karena bahan obatnya sangat langka dan jumlahnya nggak banyak, kamu harus menghabiskannya."

"Obat?" Cempaka mengambil cangkir itu dan melihat air jernih di dalamnya. Dia bertanya dengan agak bingung, "Kamu yakin ini bukan sekadar air, tapi obat?"

"Tentu saja, cepat minum. Habis minum, kamu tidur saja. Kamu akan rasakan manfaatnya waktu kamu bangun besok pagi."

Setelah mendengar apa yang dikatakan Syakia, Cempaka pun meneguk beberapa teguk air spiritual. "Hmm ... rasanya lumayan menyegarkan."

Setelah menghabiskannya, Cempaka merasa itu benar-benar bukan air biasa. Sebab, tubuhnya langsung terasa segar
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 619 

    "Yang benar saja? Kak Kama, gimana aku bisa suruh Ayu kembali? Aku sudah bilang, Ayu lagi terluka dan harus pulihkan diri di rumah. Dia nggak bisa datang kemari." Kahar merasa Kama bertindak makin tidak masuk akal. "Kalau kamu mau uang, aku akan memberimu uang. Meski aku nggak bisa memberikannya sekarang, aku pasti bisa kembali ke rumah kelak. Kamu mau berapa? Hmm? Lima ratus tael? Atau seribu tael? Aku akan menggandakannya untukmu. Sekarang, kamu sudah puas, 'kan?""Minggir!" Kama memelototinya dengan tajam. "Sudah kubilang, aku nggak mau uangmu, aku mau uangku! Koin tembaga yang kusimpan itu milikku! Nggak ada yang boleh menyentuhnya!" "Jadi, apa gunanya kamu bersikeras minta koin tembagamu yang cuma sedikit itu? Bukankah perak dan uang kertas lebih bagus?" tanya Kahar dengan tidak mengerti."Karena itu uang yang kuhasilkan dengan kerja kerasku sendiri!"Kama berdiri di tempat sambil mengepalkan tangannya. "Aku menghasilkannya untuk Syakia. Setiap sen uang itu hasil jerih payahku.

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 618

    Ketika Kahar kembali ke Gunung Selatan, itu sudah larut malam. Namun, dia tidak menyangka bahwa cahaya di rumah gubuk Kama masih menyala. Dia membuka pintu dan melihat Kama sedang duduk di samping tempat tidur. Sementara itu, makanan yang sudah dingin masih tersedia di atas meja."Kak Kama, kenapa kamu belum tidur? Kamu lagi tunggu aku dan Ayu pulang?" tanya Kahar dengan heran. Dia berjalan ke meja dan memandangi makanan yang agak hambar itu.Kama sepertinya sedang memeluk sesuatu. Setelah mendengar suara Kahar kembali, dia menoleh ke arah belakang Kahar dengan kaku, lalu menatap pintu."Mana Ayu? Dia pergi ke mana?"Suara Kama terdengar agak serak, seperti sedang berusaha keras menahan sesuatu.Kahar tidak menyadari ada yang aneh. Dia pun mengambil sumpit dan mencicipi dua suap makanan, tetapi langsung mengerutkan kening dan melempar kembali sumpitnya ke meja."Makanan ini terlalu sederhana, rasanya juga nggak enak. Kak Kama, memangnya kamu nggak bisa masak sesuatu yang enak? Cuma sep

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 617

    "Jadi, kamu sama sekali nggak perlu khawatir. Waktu nggak ada apa-apa, dia akan sembunyi. Kamu cuma perlu anggap nggak ada apa pun di tubuhmu.""Oke, aku mengerti!"Syakia sudah melengkapi Cempaka dari luar dan dalam. Namun, dia masih agak khawatir. Jadi, sebelum Cempaka tidur, dia menuangkan secangkir air spiritual untuknya."Ini sejenis obat yang khusus kusiapkan untuk memulihkan tubuh. Karena bahan obatnya sangat langka dan jumlahnya nggak banyak, kamu harus menghabiskannya.""Obat?" Cempaka mengambil cangkir itu dan melihat air jernih di dalamnya. Dia bertanya dengan agak bingung, "Kamu yakin ini bukan sekadar air, tapi obat?""Tentu saja, cepat minum. Habis minum, kamu tidur saja. Kamu akan rasakan manfaatnya waktu kamu bangun besok pagi."Setelah mendengar apa yang dikatakan Syakia, Cempaka pun meneguk beberapa teguk air spiritual. "Hmm ... rasanya lumayan menyegarkan."Setelah menghabiskannya, Cempaka merasa itu benar-benar bukan air biasa. Sebab, tubuhnya langsung terasa segar

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 616

    "Apa?"Secepat itu? Syakia pun terkejut.Cempaka mengangkat bahunya. "Ibu Suri merasa sudah hampir waktunya.""Gimana denganmu?" tanya Syakia sambil menatap Cempaka dengan cemas.Cempaka tersenyum acuh tak acuh dan menjawab, "Aku bisa melakukannya kapan saja."Lagi pula, dia sudah melakukan persiapan mental. Hanya saja, semuanya berlangsung sedikit lebih awal dari yang diperkirakan.Syakia menatap Cempaka yang berpura-pura santai dan tidak berbicara untuk waktu yang lama. Setelah beberapa saat, dia baru berujar dengan pelan, "Jadi, para pembunuh itu tahu berita tentang kamu yang akan diangkat jadi permaisuri, makanya mereka mau membunuhmu duluan?"Hanya Tuhan yang tahu berapa banyak orang di istana yang terus mengawasi siapa yang akan diangkat sebagai permaisuri sejak sang Kaisar Muda naik takhta.Sebelumnya, ada Janda Permaisuri yang menunda masalah ini dengan alasan Kaisar masih muda. Namun, sekarang Kaisar sudah dewasa dan masalah pemilihan permaisuri tidak bisa ditunda lagi.Hanya

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 615

    Setelah itu, situasinya berubah menjadi sangat berat sebelah. Cempaka dengan terkejut menyaksikan belasan pria bertopeng yang mengepungnya tewas di tangan sosok cantik itu hanya dalam sekejap."Nona Cempaka, majikanku memintaku untuk datang menjemputmu."Pada saat ini, Cempaka akhirnya mengenali sosok itu. Matanya pun seketika berbinar. "Hala? Ternyata itu kamu!"Hala yang telah membunuh semua orang melangkah maju untuk memapah Cempaka berdiri. "Nona Cempaka, kamu masih bisa jalan?""Masih bisa kalau dipaksakan." Cempaka tersenyum, lalu tiba-tiba teringat sesuatu .... Oh iya, Laras!Cempaka menoleh dan melihat bahwa tempat Laras berdiri tadi sudah kosong.Hala berkata, "Begitu aku beraksi, orang itu sudah langsung kabur."Ada sedikit keraguan dan kebingungan dalam nada suara Hala. Berhubung tadi Laras mengenakan topi jerami petai, Hala yang tidak mengenalinya merasa agak heran. Dia tidak tahu entah apakah pihak lain mengenalnya atau apa, intinya orang itu langsung lari tanpa ragu."Oh,

  • Pembalasan Dendam Sang Putri Adipati   Bab 614

    "Kamu?" Cempaka menatapnya dengan tidak percaya dan bertanya, "Apa yang kamu lakukan?"Laras tersenyum dan menjawab, "Kamu nggak tahu? Kukira, Nona Cempaka tahu segalanya. Gimanapun, aku yang atur perjalanan Kia ke Kalika untuk berdoa memohon hujan setelah dia menjadi putri suci. Hal itu yang membuatnya terkenal."Cempaka langsung berseru marah, "Ternyata memang kamu dalangnya! Laras, kenapa kamu bisa begitu nggak tahu malu dan bahkan berani ngaku itu ulahmu? Kamu nggak tahu kamu hampir membunuh Kia!"Sebelumnya, Syakia pernah menyinggung tentang insiden percobaan pembunuhan di Kalika kepada Cempaka, tetapi hanya sepintas. Pada saat itu, Cempaka sudah menyadari kejanggalannya. Setelah melakukan penyelidikan, Cempaka mengetahui bahwa Syakia menghadapi beberapa percobaan pembunuhan dalam perjalanan ke Kalika. Jika bukan karena perlindungan Adika di sepanjang perjalanan, Syakia mungkin tidak akan pernah kembali lagi, apalagi terkenal!"Kamu ngerti apa? Untuk dapat kehormatan dan kejayaan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status