Share

Bab 7

Penulis: Leona Valeska
last update Terakhir Diperbarui: 2025-08-11 14:57:29

Malam turun dengan tenang, namun di kamar mewah di lantai dua rumah megah milik Jason, ketenangan itu terasa seperti fatamorgana.

Lampu kristal yang tergantung di langit-langit memancarkan cahaya redup keemasan, menciptakan bayangan yang menari di dinding.

Aroma wangi kayu cendana bercampur dengan parfum maskulin khas Jason memenuhi ruangan, membuat udara terasa lebih panas dan berat.

Di luar jendela, angin malam bertiup lembut, namun di dalam ruangan, hawa panas dan tegang membara, seakan ada badai yang siap meledak kapan saja.

Ariana berdiri mematung di tengah ruangan, tubuhnya kaku seperti patung, namun jantungnya berdetak liar tak terkendali.

Ia mengenakan lingerie merah darah yang begitu tipis dan transparan, kainnya menempel erat pada kulit putih mulusnya.

Setiap lekuk tubuhnya tampak jelas, membuat rasa malu dan takut bercampur menjadi satu di dalam dirinya.

Tangannya yang gemetar mencengkeram sisi kain yang nyaris tidak mampu menutupi apapun, seakan itu satu-satunya tameng yang dimilikinya.

Di hadapannya, Jason berdiri tegak dengan aura dominan yang memancarkan kekuasaan mutlak.

Tatapan matanya gelap, penuh intensitas yang membuat napas Ariana tercekat.

Ia menyapu pandangannya dari kepala hingga ujung kaki Ariana dengan perlahan, seperti pemangsa yang sedang menikmati pemandangan mangsanya.

Bibir Jason terangkat membentuk senyum tipis yang mengandung kesenangan sekaligus ancaman.

“Perfect,” ucap Jason dengan suara berat yang dalam, membuat bulu kuduk Ariana berdiri. Kata itu terasa seperti vonis sekaligus pujian yang menusuk ke dalam hatinya.

Ariana menggigit bibirnya, menahan rasa gugup yang hampir membuatnya ingin menangis.

Namun ia tahu, menangis tidak akan menyelamatkannya. Malam ini, ia berada sepenuhnya dalam genggaman Jason.

“Kemarilah,” titah Jason, nada suaranya tak memberi ruang untuk penolakan.

Dengan napas tersengal, Ariana memaksakan kakinya bergerak maju. Setiap langkah terasa berat, seperti berjalan menuju jurang tak berdasar.

Bau parfum maskulin Jason semakin kuat saat jarak mereka menyempit, aroma yang dulu terasa mewah kini justru membuat lutut Ariana melemas dan kepalanya pening.

Jason duduk santai di kursi besar yang terbuat dari kayu hitam mengilap, posisi duduknya seperti seorang raja yang tengah menilai persembahan dari bawahannya.

Tatapannya tajam, penuh penguasaan, membuat Ariana merasa telanjang meski ia masih mengenakan lingerie itu.

Jemari panjang Jason terangkat, mengisyaratkan Ariana agar mendekat lebih jauh.

“Putar badanmu,” ujarnya pelan namun tegas.

Ariana memejamkan mata sejenak, lalu memutar tubuhnya dengan perlahan. Ia bisa merasakan tatapan Jason yang membakar kulit punggungnya.

Saat ia kembali menghadap pria itu, jarak mereka sudah tak lagi aman. Jason berdiri, tubuh tegapnya menjulang di depan Ariana hingga napas mereka nyaris bersentuhan.

Pundak Ariana menegang saat jemari Jason menyusuri tali lingerie di punggungnya, menariknya sedikit seakan hendak melepaskan.

Degupan jantung Ariana semakin keras, begitu kuat hingga ia merasa Jason pasti bisa mendengarnya. Namun, Jason berhenti, membiarkan ketegangan itu menggantung di udara.

“Kau tahu apa yang sedang kau lakukan sekarang?” bisik Jason tepat di telinganya, suara bariton itu merambat di kulit Ariana, membuatnya merinding dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Ariana menelan ludah dengan susah payah, matanya memanas karena rasa malu dan takut.

“Membayar utang…,” jawabnya lirih, hampir tak terdengar.

Jason tersenyum tipis. Itu bukan senyum hangat, melainkan senyum yang penuh dengan pengendalian dan kekuasaan. Ia seperti dewa yang memutuskan nasib manusia di hadapannya.

“Bagus,” gumamnya. “Dan aku ingin memastikan kau mengerti, Ariana. Bahwa ketika aku memberi sesuatu, aku akan mengambilnya… dengan caraku.”

Tubuh Ariana terasa semakin panas dan tegang.

Kata-kata Jason menusuk telinganya, menciptakan ketakutan yang bercampur dengan rasa tak dikenal yang membuat tubuhnya bergetar.

Jason menunduk, hidungnya hampir menyentuh leher Ariana. Ia menghirup aroma tubuh Ariana yang segar bercampur wangi lingerie baru itu.

“Kau wangi,” desisnya, suaranya serak dan dalam, membuat Ariana semakin tak berdaya.

Jemarinya kemudian menelusuri pelan sisi pinggang Ariana. Sentuhan ringan itu terasa seperti aliran listrik yang menyambar kulitnya, memaksanya tersentak kecil.

“Tu… Tuan…” suara Ariana bergetar, memohon sekaligus takut.

“Ssssttt!” Jason mendesis, menatap Ariana tajam.

Ia menangkup dagu wanita itu dengan tangan besarnya, memiringkan wajah Ariana hingga mata mereka bertemu.

Pandangan itu begitu dalam, seakan Jason sedang membaca setiap pikiran dan rahasia Ariana.

“Aku ingin tahu… bagaimana rasanya bercinta dengan gadis yang masih perawan,” ucap Jason, suaranya penuh nafsu sekaligus rasa penasaran yang dingin.

Mata Ariana membelalak, napasnya tercekat. Kata-kata itu terasa seperti palu yang menghantam dadanya. “Bukankah… Tuan sudah pernah menikah?” tanyanya, suaranya lirih dan gemetar.

Jason mengangguk perlahan, namun senyum sinis tersungging di bibirnya. “Ya. Aku pernah menikah. Tapi, aku tidak mendapatkannya. Dia… sudah tidur dengan pria lain sebelum menikah denganku.”

Nada suaranya berubah dingin dan getir, menyimpan luka yang dalam. Tatapannya semakin gelap, dan Ariana bisa merasakan amarah yang membara di balik kata-katanya.

Tanpa memberi waktu bagi Ariana untuk merespons, jemari Jason turun ke bawah, mengusap pelan paha Ariana yang terbuka karena lingerie tipis itu.

Sentuhannya penuh penguasaan, membuat Ariana terhuyung ke belakang namun segera ditangkap oleh tangan Jason di pinggangnya.

Ariana mundur setapak, tapi Jason segera memegang pergelangan tangannya dan menariknya kembali.

“Tenang saja … aku belum akan mengambilmu malam ini,” ucapnya dengan nada yang entah menghibur atau justru menakutkan.

Ariana mencoba mengatur napas, tapi jantungnya memukul-mukul dada seperti hendak melompat keluar.

Jason menunduk lagi, kali ini bibirnya hampir menyentuh bibir Ariana. Hanya selisih milimeter, tapi cukup untuk membuat gadis itu menutup mata refleks.

Jason tertawa pelan kemudian mundur setengah langkah. “Jangan menutup mata, Ariana. Aku ingin melihat matamu saat kau menyerah padaku.”

Wajah Ariana memanas, campuran antara malu dan marah yang tak bisa dia jelaskan.

Namun saat Jason menyentuh pundaknya, mendorongnya perlahan ke arah tempat tidur, tubuhnya seakan tak mau melawan.

Kaki Ariana menyentuh sisi kasur empuk itu.

Sementara Jason menatapnya dari atas hingga bawah sekali lagi, lalu menurunkan tubuhnya dan berlutut di hadapan Ariana—posisi yang membuat jantung Ariana berdegup gila.

Jason menyentuh kaki Ariana dan menaikkan sedikit ujung lingerie hingga pahanya terlihat jelas. “Cantik …” gumamnya dengan suara serak.

Ariana memejamkan matanya lagi, kali ini bukan karena takut, tapi karena pusing oleh campuran rasa tegang dan malu. Jason bangkit perlahan, wajahnya semakin dekat hingga napas mereka bertemu.

“Kalau aku mau, aku bisa mengambilmu sekarang … tapi aku ingin kau sendiri yang memintanya,” bisiknya.

Ariana membuka matanya dan terperangkap dalam tatapan tajam Jason. “Sa-saya … saya tidak mengerti maksudnya, Tuan …,” jawabnya dengan pelan.

Jason menyeringai. “Aku akan mengajarimu.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Sentono Harjo
lumayan tapi kayaknya ngk mungkin Uda di depan mata kok di biarkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 206

    Kirana bangun dengan perasaan yang tidak nyaman. Ada sesuatu yang mengganggu pikirannya sejak pagi, sebuah firasat buruk yang membuat dadanya seperti terikat.Semalam dia mencoba menelepon Jason, dan seperti biasanya belakangan ini, panggilannya langsung dialihkan.Pesan singkatnya hanya dibaca, tidak dibalas. Dan itu membuat Kirana tersentak tiap kali layar ponselnya menyala tanpa ada notifikasi dari Jason.Ia berjalan mondar-mandir di apartemennya, tubuhnya gelisah. Rambutnya dia tarik ke belakang lalu dilepas lagi, bibirnya dia gigit hingga nyeri.Ia tidak pernah melihat Jason sebegitu jauh darinya. Dulu, Jason selalu menemuinya, bahkan ketika tidak diminta. Dulu, Jason selalu marah kalau dia tidak memberi kabar. Dulu Jason selalu berada dalam genggamannya.Namun sekarang?Jason sulit ditebak. Sulit dijangkau. Sulit dikendalikan. Dan Kirana tidak sadar jika sekarang Kirana sudah tidak dibutuhkan.Dan untuk Kirana, itu adalah ancama

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 205

    Ariana tidak pernah membayangkan hari itu akan datang. Ia pikir Jason hanya ingin membawanya mencari gaun, sepatu, atau barang-barang resepsi lainnya.Namun begitu mobil berhenti dan Ariana menatap papan besar di depan mereka, warna hitam elegan dengan huruf perak bertuliskan L’Intime Lingerie—jantungnya langsung berdebar kencang.“Ja–Jason ….” Ariana memegang lengan Jason dan suaranya tercekat. “Kita tidak perlu masuk ke sini. Serius.”Jason menoleh dengan ekspresi sedatar batu marmer, tapi sudut bibirnya terangkat nakal. “Kita perlu. Calon istri Lubis harus punya koleksi lingerie yang memadai.”Ariana memerah seketika. “Aku tidak perlu lingerie apa pun! Aku bahkan belum—”Jason tidak memberi kesempatan. Dia mengunci mobil, meraih tangan Ariana, lalu menariknya ke dalam butik seakan itu hal paling biasa di dunia.Pintu kaca terbuka dengan denting lembut, memperlihatkan interior butik yang mewah: cahaya hangat, dinding krem, pajangan satin dan renda berwarna nude hingga burgundy.Aria

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 204

    Pagi itu, matahari baru saja muncul menyinari ruang makan dengan cahaya lembut keemasan.Ariana sedang menuang susu ke dalam mangkuk Ethan ketika Jason turun dari lantai dua.Pria itu mengenakan kemeja putih kasual dengan lengan digulung sampai siku, rambutnya basah sehabis mandi.Ariana sempat terpaku sedetik. Jason jarang terlihat santai seperti itu.“Pagi,” ucap Jason sambil mencium puncak kepala Ethan, lalu menatap Ariana. “Kau juga.”“Pagi,” jawab Ariana dengan pelan.Jason duduk, namun sebelum Ariana sempat kembali ke dapur, Jason berkata, “Setelah sarapan, bersiaplah. Kita ke mall.”Ariana berhenti di tempat. “Mall? Untuk apa?” tanyanya bingung.Jason menatapnya dengan santai. “Ya. Ada yang perlu kita beli untuk keperluanmu.”Ariana langsung menggeleng. “Tidak perlu. Aku tidak butuh apa-apa, Jason.”Jason menegakkan tubuhnya

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 203

    Jam dinding di kamar menunjukkan pukul sembilan malam ketika Ariana menutup pintu kamar Ethan perlahan.Anak itu sudah terlelap, tubuh kecilnya meringkuk memeluk boneka dinosaurus yang tadi ia ceritakan panjang lebar kepada Ariana.Senyum lembut terbit di bibir Ariana sebelum dia mematikan lampu dan melangkah keluar.Koridor rumah Jason begitu sunyi. Cahaya kuning temaram dari lampu dinding memantulkan bayangan lembut di lantai marmer.Ariana menarik napas panjang, mencoba menenangkan degup jantungnya. Ini malam pertamanya kembali tinggal di rumah ini setelah menerima lamaran Jason dan rasanya semuanya masih seperti mimpi yang terlalu cepat terjadi.Ketika dia masuk ke kamar utama, Jason sudah ada di sana.Pria itu sedang duduk di tepi ranjang, tanpa jas seperti biasanya, hanya mengenakan kaus hitam dan celana santai.Rambutnya sedikit berantakan seolah sudah beberapa kali ia mengacaknya sendiri. Namun justru itu membuatnya terlihat j

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 202

    Sejak kedatangan Ariana sore itu, Ethan sama sekali tidak mau jauh darinya. Anak kecil itu seperti bayangan kecil yang terus mengikuti ke mana pun Ariana melangkah.Bahkan ketika Ariana hendak ke dapur untuk mengambil segelas air, Ethan langsung menarik ujung bajunya sambil berkata, “Aku ikut.”Ariana hanya tersenyum lalu mengusap kepala Ethan yang kini sedikit lebih panjang rambutnya.“Kalau Ethan ikut, nanti Ariana tidak bisa ambil air dengan dua tangan, Sayang.”“Aku bisa pegang gelasnya!” Ethan mengangkat kedua tangan mungilnya dengan bangga.Ariana tidak mampu menolak. Anak itu tampak begitu bahagia.Di dapur, Ethan duduk di stool bar sementara Ariana mengambil gelas dari rak. Ethan mulai bercerita panjang lebar tentang mainan barunya, bagaimana ia belajar menggambar dinosaurus bersama Jonas, bagaimana Maria membuatkan kue cokelat kemarin, sampai bagaimana dia menangis sedikit karena merindukan Ariana.Ariana mendengarkan semuanya dengan penuh perhatian. Sesekali dia tertawa keci

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 201

    Perjalanan panjang yang melelahkan dari kota tempat Jason melamar Ariana akhirnya berakhir ketika mobil hitam itu perlahan memasuki halaman rumah Jason.Sore itu langit tampak cerah dengan jingga lembut menyelimuti langit, seolah ikut menyambut kepulangan mereka.Ariana memandang rumah itu tanpa sadar menggenggam ujung rok yang dia kenakan.Ada sensasi aneh berputar lembut di dadanya. Rumah ini kini bukan hanya tempat dia menginap ketika diminta membantu Ethan. Rumah ini adalah tempat masa depannya akan dimulai. Rumah calon suaminya.Mobil berhenti. Jason mematikan mesin dan menoleh ke Ariana yang tampak menelan salivanya beberapa kali.“Hey,” panggil Jason lembut sambil menyentuh tangan Ariana, “kau tidak perlu gugup seperti itu.”Ariana tersenyum canggung. “Aku tidak gugup.”Jason mengangkat alisnya, jelas tidak percaya. “Ariana, bahkan aku bisa dengar hatimu berdetak sampai tempat duduk ini

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status