Share

Bab 6

Penulis: Leona Valeska
last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-31 15:31:56

“Selamat pagi, Nona Ariana.” Jemmy—asisten pribadi Jason tersenyum ramah namun dengan nada formal.

“Ayo, kita punya banyak agenda hari ini,” ajaknya kemudian.

Ariana hanya mengangguk lalu masuk ke dalam mobil dan duduk dengan canggung di kursi penumpang.

Sepanjang perjalanan menuju pusat kota, dia hanya diam dan matanya memandang keluar jendela.

Kepalanya dipenuhi pikiran campur aduk—tentang dirinya yang kini akan menjadi pemuas nafsu dari seorang duda beranak satu, tentang dia yang sudah tidak akan lagi suci begitu Jason menyentuhnya.

Bukan pria yang dia cintai, atau kehormatannya yang selama ini dia jaga dengan baik, harus dia gadaikan untuk menyelamatkan rumah keluarganya.

Lima belas menit kemudian. Mobil berhenti di depan sebuah mall yang tampak sangat mewah. Jemmy segera turun dan membukakan pintu untuk Ariana.

“Pertama, kita ke lantai tiga. Ada butik tas dan sepatu yang sudah menunggu. Kita akan belanja kedua benda itu terlebih dahulu.”

Ariana menelan ludah saat mendengarnya. “Untuk apa semua ini?” tanyanya dengan pelan.

Jemmy hanya tersenyum samar. “Instruksi Tuan Jason. Mulai hari ini, Nona Ariana akan mengantar dan menjemput Ethan sekolah. Penampilan Nona harus … representatif.”

“Karena Tuan Jason sudah memberitahu bahwa Anda adalah calon istrinya, meski semua itu hanya formalitas, tapi tetap harus berpenampilan menarik,” sambung Jemmy.

Ariana hanya bisa menghela napasnya. Dia hanya gadis desa yang biasa memakai sandal jepit dan baju polos, bukan gaun mahal dengan sepatu hak tinggi.

Di butik pertama, Ariana hampir tak percaya saat seorang pegawai dengan setelan rapi menawarinya deretan tas kulit asli dengan harga yang cukup untuk membeli motor di kampungnya.

Jemmy dengan tenang memilihkan beberapa model, lalu menyuruhnya mencoba. Begitu juga dengan sepatu—hak tinggi, wedges, bahkan sneakers bermerek.

Setiap kali Ariana mencoba, Jemmy mengangguk puas. “Bagus. Kita ambil ini.”

Pegawai butik mencatat semuanya tanpa menanyakan harga. Ariana bisa merasakan tatapan orang-orang di dalam butik itu, sebagian mungkin mengenal Jason dan penasaran siapa dirinya.

Setelah dua jam, tangan Ariana sudah penuh dengan kantong belanja berlogo merek-merek terkenal.

Tapi ternyata itu baru permulaan. Jemmy membawanya ke lantai berikutnya—sebuah salon kecantikan premium.

Ariana diminta duduk di kursi empuk, lalu dikelilingi tiga penata rambut sekaligus.

Rambutnya dicuci, dipotong, dan diberi warna halus yang membuat wajahnya tampak lebih cerah.

Setelah itu, seorang penata rias merapikan alisnya, mengoleskan foundation tipis, dan menambahkan sedikit warna pada bibirnya.

Saat semua selesai, Ariana hampir tak mengenali dirinya sendiri di cermin.

Gadis dengan kulit bersih, rambut berkilau, dan bibir merah lembut itu … bukan Ariana yang biasa menjemur pakaian di halaman belakang rumah ibunya.

Dia menelan ludahnya saat menatap dirinya di pantulan cermin. “Aku … terlihat seperti orang lain.”

Jemmy tersenyum tipis. “Bukan orang lain. Hanya versi dirimu yang Tuan Jason inginkan.”

Hatinya sedikit berdebar mendengar kalimat itu.

Mereka keluar dari salon, tapi langkah Jemmy tidak menuju pintu keluar mall. Ia berbelok ke sebuah butik lain—lebih kecil, tapi dengan pencahayaan redup dan dekorasi intim.

Begitu Ariana membaca papan namanya, darahnya terasa berhenti mengalir.

Itu adalah butik khusus lingerie.

Ariana langsung membola matanya. “Tuan … ini—”

Jemmy menatapnya dengan ekspresi profesional, seolah-olah ini hal yang sangat biasa.

“Ada dalam daftar belanja yang dibuat Tuan Jason. Katanya, Nona Ariana perlu beberapa set untuk keperluan pribadi beliau.”

Ariana merasa wajahnya panas. Dia berdiri terpaku di pintu masuk, tapi pegawai butik yang tersenyum lebar sudah menyambutnya dan membimbingnya masuk.

“Silakan lihat-lihat. Kami punya koleksi terbaru dari sutra dan renda,” kata pegawai itu sambil membuka tirai salah satu rak, memperlihatkan lingerie tipis dengan renda halus berwarna merah muda pucat.

Ariana ingin sekali menolak, tapi ingatan tentang cek yang sudah dia terima melupakan semuanya.

Dia mencoba beberapa set lingerie di ruang pas. Dia merasa seperti terperangkap dalam cermin yang memantulkan dirinya dalam versi yang terlalu sensual untuk diakui.

Setiap kali dia keluar dari ruang pas, pegawai butik itu memuji, “Sangat cocok,” dan Jemmy hanya mengangguk sambil mencatat pilihan.

Setelah hampir satu jam, mereka keluar dengan kantong belanja tambahan yang Ariana sembunyikan di balik tas besar agar orang tidak melihat isinya.

**

Langit sore mulai meredup ketika mereka kembali ke rumah Jason. Ariana masih belum sempat meletakkan semua belanjaan ketika suara langkah berat terdengar dari arah pintu utama.

Jason berdiri di sana, mengenakan kemeja hitam yang lengannya digulung hingga siku.

Tatapannya langsung menyapu tubuh Ariana dari ujung kepala hingga kaki, seolah menilai hasil “transformasi” yang dia biayai.

“Bagus,” katanya singkat. “Mulai sekarang, kau akan terlihat seperti ini setiap hari. Untuk Ethan … dan untukku.”

Ariana hanya bisa mengangguk sambil menundukkan kepala.

Jason berjalan mendekat hingga jarak mereka hanya beberapa langkah.

Dia menundukkan sedikit tubuhnya, matanya menatap langsung ke mata Ariana. Suaranya turun menjadi nada rendah yang membuat Ariana merinding.

“Malam ini … jam sepuluh. Datang ke kamarku.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 87

    Siang itu, matahari bersinar hangat, tidak terlalu terik karena bayangan pepohonan rindang yang berjajar rapi di halaman rumah Adrian mampu meredam panasnya.Halaman rumah megah itu seolah taman pribadi dengan rumput hijau yang terawat, bunga-bunga berwarna cerah, dan sebuah kolam kecil yang airnya jernih memantulkan cahaya.Udara terasa sejuk, membawa aroma segar bunga mawar yang baru saja mekar.Ariana berdiri di tengah halaman, tengah meluapkan semua ucapan Berta yang penuh denga ancaman padanya.Dia masih membutuhkan pekerjaan ini. Tapi, dalam lubuk hatinya yang paling dalam, Ariana semakin merasa bersalah telah mengungkapkan isi hatinya pada Jason.Tatapannya menatap pada sosok kecil yang berlari-lari sambil tertawa lepas.“Ethan, hati-hati! Jangan terlalu jauh,” serunya sambil ikut berlari mengejar bocah itu.Ethan menoleh sambil terkikik, pipinya memerah karena kegirangan. “Ariana, tangkap aku kalau bisa!”Ariana tersenyum dan roknya sedikit tersibak ketika dia berlari cepat, m

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 86

    Waktu sudah menunjuk angka tujuh pagi.Pagi itu, udara di rumah besar milik Jason masih terasa dingin. Mentari baru saja merambat naik dan menembus tirai besar ruang makan.Ariana berjalan pelan membawa nampan sarapan untuk Ethan.Wajahnya tetap tenang, meski hatinya berdebar setiap kali melewati lorong-lorong rumah yang kini terasa penuh dengan bisikan dan tatapan menusuk.Ia bisa merasakan jelas bagaimana tatapan para pelayan mengikuti langkahnya.Tatapan sinis, penuh cibiran, seakan tubuhnya sudah telanjur diberi label hina.Ariana menarik napas panjang, lalu menunduk, berusaha mengabaikan semua itu.Ia sudah tahu, sejak peristiwa semalam ketika Jason membela dirinya habis-habisan, gosip tentang statusnya pasti akan semakin menyebar.Tidak lagi sekadar pengasuh Ethan. Semua orang kini tahu, dia juga dianggap sebagai “pembantu pemuas nafsu” majikan mereka.Ariana menelan ludahnya lalu menghela napasnya dengan panjang. ‘Inilah risiko yang harus kuhadapi,’ pikirnya getir. ‘Selama aku

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 85

    Hari ketujuh sejak kejadian penculikan itu akhirnya tiba. Dokter datang pagi-pagi ke kamar Ethan untuk memeriksa kondisinya dengan saksama.Ariana berdiri di samping ranjang sambil menggenggam tangan kecil itu dengan cemas.Jason juga ada di sana, punggungnya bersandar di dinding dengan tangan terlipat di dada, wajahnya tetap dingin dan sulit terbaca.“Syukurlah, kondisi fisiknya stabil. Trauma memang masih ada, tapi secara medis Ethan sudah bisa pulang hari ini. Asal dijaga ketat, dan jangan dibiarkan sendirian terlalu lama,” ujar dokter dengan nada hati-hati.Ariana mengangguk patuh. “Terima kasih, Dok.”Ethan menoleh dengan senyum kecil yang masih tampak lemah. “Ariana, kita bisa pulang, ya?”Ariana membelai rambutnya lembut. “Iya, Sayang. Kita pulang.”Jason hanya memberi anggukan singkat pada dokter sebelum keluar sebentar untuk mengurus administrasi.Ariana memperhatikan punggung tegap pria itu menghilang di balik pintu.Hatanya terasa sesak. Sudah tiga hari penuh ia tidak benar

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 84

    Malam turun perlahan menutup kota dengan cahaya lampu jalan yang berpendar di balik kaca mobil.Jason duduk di kursi belakang sedan hitamnya, bahunya tampak tegap tapi wajahnya muram. Jemmy, yang duduk di depan, melirik lewat kaca spion.“Tuan, kita langsung ke rumah?” tanya Jemmy dengan hati-hati.Jason tidak segera menjawab. Tatapannya menerawang keluar jendela, mengikuti jejeran gedung tinggi yang berkilau namun terasa dingin.Bayangan wajah Ariana muncul begitu saja, sorot matanya tadi ketika dia berdiri kaku di pintu kamar rawat Ethan. Wajah itu begitu rapuh sekaligus penuh keberanian.Jason menghela napas berat. “Ke kantor dulu,” jawabnya singkat.Jemmy tidak berkomentar, hanya mengangguk dan mengarahkan mobil menuju gedung perusahaannya.Selama perjalanan, hanya keheningan yang merayap di sana. Jason tampak menatap kosong ke depan, sementara Jemmy sibuk melirik raut wajah Jason kemudian menghela napasnya.Beberapa menit kemudian, mereka tiba di kantor. Jemmy mengikuti Jason dar

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 83

    Koridor rumah sakit sore itu terasa lebih sibuk dari biasanya. Perawat berlalu-lalang, suara roda troli obat berderit di lantai, dan bau antiseptik menyengat menusuk hidung.Di depan pintu kamar Ethan, dua bodyguard Jason berdiri tegak dengan jas hitam, wajah mereka keras tanpa ekspresi.Tiba-tiba langkah tergesa terdengar mendekat—hak sepatu beradu lantai dengan irama cepat.Violeta.Wanita elegan dengan gaun mahal dan perhiasan berkilauan itu melangkah dengan wajah merah padam. Matanya berkilat, bibirnya terkatup rapat penuh amarah.“Apa kalian pikir bisa menghalangiku?!” bentaknya pada para bodyguard. “Aku nenek anak itu! Singkirkan tubuh kalian dari depan pintu ini!”Salah satu bodyguard menggeleng dengan sopan. “Maaf, Nyonya Violeta. Perintah langsung dari Tuan Jason, Anda tidak boleh masuk.”“Apa?!” Violeta hampir berteriak. “Dia anakku! Itu cucuku! Apa Jason sudah kehilangan akal sehatnya sampai melarang ibunya sendiri?!”Ia mencoba menerobos, tapi kedua bodyguard dengan sigap

  • Pembantu Pemuas Nafsu Sang Majikan   Bab 82

    “DIO, PENCULIK ANAK PENGUSAHA TERKENAL JASON LUBIS, JADI BURONAN POLISI!”Tidak hanya di media cetak, berita itu juga memenuhi layar televisi, portal daring, hingga trending di media sosial.Foto Dio terpampang jelas dengan label “DPO – Daftar Pencarian Orang”.Polisi membuka sayembara bagi siapa pun yang bisa memberikan informasi keberadaannya.Di ruang kerjanya, Jason duduk santai di kursi kulit hitam tengah menatap layar televisi besar yang menayangkan siaran langsung.Liputan itu memperlihatkan barisan polisi sedang memasang poster wajah Dio di beberapa titik kota.Sudut bibir Jason terangkat membentuk seringai puas. Tangannya mengetuk-ngetuk meja pelan, seolah sedang memainkan irama kemenangannya sendiri.“Lihatlah,” gumamnya dingin nyaris seperti desisan. “Salahmu karena berani mengganggu hidupku.”Ia lalu bersandar dan matanya berkilat penuh kemenangan. Baginya, menjadikan Dio buronan adalah langkah pertama menuju kehancuran total musuh lamanya itu.Baru saja dia hendak mematik

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status