“Huahhh ….”Setelah keributan selesai, Angel dan teman – temannya kembali ke rumah Chelsea dan langsung menuju mobil dan pergi ke restoran untuk mencari makanan. “Wah, mataku perih sekali nih! Malam hari sampai sekarang, aku belum ada tidur,” lanjut Angel sambil menguap dan mengusap – usap sedikit kedua matanya. “Hah? Belum ada tidur? Perasaan, saat didalam pesawat sebelum tiba di bandara, penumpang yang tidurnya paling terlelap itu kamu deh, Ngel?!” sahut Cassey, duduk di kursi paling belakang mobil tepat disamping samping Angel. “Hahaha, iya, penumpang yang tidur dengan suara dengkuran paling keras lebih tepatnya, Cass, hahaha,” kata Fanny dari arah depan. “Hahhh! Itu ngga perlu dibahas kali! Ya namanya juga tidur dalam kondisi lelah, wajar sih. Lagi pula, setelah tiba di bandara sampai sekarang aku belum ada tidur. Kalian sih enak bisa tidur di rumah Chelsea, aku ngga! Suhu di rumah Chelsea terasa dingin banget soalnya,” “Wahh, maaf ya, Ngel, di rumahku ngga ada pe
“Nah, itu restorannya. Kita tinggal belok saja.” “Oke!”Pukul setengah Sembilan pagi, Angel dan teman – temannya tiba di sebuah restoran sesuai dengan arahan Lyodra. Mereka pun keluar dari mobil satu – persatu dan masuk ke dalam restoran. Davin dan Samuel menyusul, karena mereka berdua harus memarkirkan mobil limosin itu terlebih dahulu. Sesampainya di dalam, “Hmm, restoran ini boleh juga,” kata Angel sambil menatap ke sekeliling ruang restoran. “Ah, benar, Ngel. Ini merupakan salah satu restoran yang sering saya kunjungi bersama dengan keluarga saya dulu. Restoran ini sudah buka selama dua puluh tahun lebih dan makanan disini sangat lezat sekali. Penampilan restoran yang sangat elegan dan sangat kekinian, terkesan seperti berada di dalam restoran yang ada di hotel berbintang dan …,” jelas Lyodra. “Ssstt! Kamu tidak perlu menjelaskannya terlalu mendalam, Lyodra. Dia memiliki restoran yang lebih – lebih mewah dari pada ini. Dia berkata seperti itu, itu tandanya restoran
“Ma – maaf, Tuan, bu – bukannya kami tidak ingin melakukannya, ta – tapi mereka baru saja duduk dan menikmati makanan. Mo – mohon berikan waktu sebentar lagi, Tuan,” “Heh! Kamu ngga bisa dibilangi ya! Sekarang, usir mereka! Kalau kamu membantah lagi, saya akan meminta Papa untuk memecat kalian semua!!!” “Hey, apa – apaan kamu! Enak saja, aku yang akan makan disana! Hey, kamu! Kalian semua! Usir mereka sekarang dan juga nih, usir si gendut ini!!!” “Eh, kamu yang pergi! Dasar je …,” “Maaf, Tuan – Tuan dan Nona – Nona sekalian. Maaf mengganggu perdebatan seru nya ….”Ditengah perdebatan yang tak kunjung usai itu, Davin pun tiba bersama dengan Angel disampingnya. Seketika, perdebatan itu pun selesai dengan seluruh mata mereka menatap kearah Davin dan Angel. “Siapa kamu! Berani sekali kamu memotong pembicaraan kami!” bentak seorang pria yang sejak dari tadi meminta seluruh pelayan restoran untuk mengusir Angel dan teman – temannya. “Maaf kalau saya lancang sudah mengga
“Sialan, berani – beraninya dia menantangku seperti itu! Memangnya siapa dia!?”Pria itu keluar dari restoran dengan perasaan marah. Wajahnya terlihat sangat merah dengan kedua tangan yang masih mengepal keras. “Hey, Queen! Kamu kenapa diam saja!? Memangnya kamu terima dipermalukan seperti itu di restoranmu sendiri, hah!?” bentak pria itu bertanya pada seorang wanita bernama Queen.Queen Valencia Roberto Christoper adalah seorang wanita cantik berkulit putih, memiliki rambut hitam lurus hingga menyentuh punggung dengan sentuhan hijau pudar di akhiran rambut, bertubuh tinggi langsing serta memiliki mata berwarna biru. Queen adalah putri pertama dari pasangan pengusaha kaya dan juga Kakak dari si Pria itu. Pria itu bernama King Maximus Roberto Chrishtoper. Seorang Pria muda yang tak terlalu tampan. Dia memiliki tubuh gemuk yang bertolak belakang dengan Queen. “Gila! Hey, aku juga masih punya harga diri tahu!” jawab Queen. “Trus, kenapa kamu diam saja saat si brengsek itu menan
Ternyata, itu adalah si Gendut King. Dia bersama dengan teman – temannya membawa enam belas orang bawahan Ayahnya untuk member pelajaran pada Angel dan yang lain. “Hahaha ... wah, habis pasti mereka,” sahut salah seorang teman King. “Hahaha. Duh, aku ngga sabar melihat mereka berlutut dan memohon padaku!” “Hahaha, pasti seru sih. Nah, apalagi yang kamu tunggu, King? Ayo masuk!?” “Sebentar, kita biarkan mereka disiksa terlebih dahulu, lalu kita masuk ke dalam sambil tertawa, hahaha ...,” “Wah, kamu memang ...,” “Eh, King, itu bawahan Ayah kamu, ‘kan?” salah seorang teman King menunjuk kearah depan. Terlihat kalau seorang Pria berbadan kekar menggunakan seragam hitam ketat berkacamata berjalan kearah mobil King. Melihat itu, King dan teman – temannya langsung keluar dari mobil. “Ada apa?” tanya King. “M – maaf, Tuan, pelayan – pelayan itu mengatakan kalau orang yang anda cari itu sudah tidak ada,” jawab si pria berbadan kekar itu dengan raut wajah panik. “Apa
“Maaf, tadi Chelsea berpesan kalau dia sedang mengunjungi salah satu teman lamanya, Tu ... ah, Pak,” sahut Joe.Angel yang tadinya sedang berpikir keras mencari alasan, seketika menatap wajah Joe. Dia merasa sedikit terbantu dengan adanya jawaban dari Joe. “Ah. Iya, Pak, saya hampir saja lupa,” sahut Angel sambil menyeringai dan menggaruk kepalanya. “Ah, begitu ...,” “Oh iya, Pak, sejak awal kami tiba disini, kami belum memperkenalkan diri sebelumnya. Saya Angel dan ...,” “Saya, Cassey, Pak ....” Seluruh teman – teman Angel dan juga William bersama dengan Sonia memperkenalkan diri mereka masing – masing sambil berjabat tangan dengan Ayahnya Chelsea. Lalu, saat giliran Joe untuk memperkenalkan dirinya, “Oh iya, Pak, itu, Joe ... dia adalah kekasihnya Chelsea,” kata Angel. “Ah, iya, Pak, salam kenal ... saya, Steve Joe,” sahut Joe sambil berjabat tangan dengan Ayahnya Chelsea dan sedikit membungkukkan tubuhnya. “Wah ... ternyata Chelsea punya kekasih juga, ya, hah
“Hufffttt ... kira – kira, apa yang bisa dikerjakan untuk menghasilkan uang, ya?”Waktu menunjukkan pukul setengah dua siang. Camille dan teman – temannya masih berada di sebuah cafe yang tak jauh dari rumah Angel setelah puas menemukan rumah Angel. Mereka berkumpul sembari berbicara santai setelah selesai menikmati makan siang. “Ya kerja lah,” sahut Sherly. “Shruuupp! Ck! Ahh ... masalahnya, apa yang mau dikerjakan wahai Nona Sherly yang cantik jelita ...,” kata Camille sambil meminum segelas kopi hangat. “Mungkin, kamu bisa coba bertanya pada took yang ada di seberang kampus. Siapa tahu mereka mencari orang untuk dipekerjakan,” kata Hanny. “Wah, bagus sekali saran kamu. Dengan begitu, aku menjadi junior di took itu ... dengan Chelsea dan Fanny sebagai seniorku? Kamu mau melihat seorang teman kamu menjadi budak disana?” tanya Camille. “Loh, bagus dong!? Dengan begitu, kamu bisa menunjukkan ke mereka, kalau kamu itu sudah berubah dan ... ya, siapa tahu mereka ingin
“Ini, Pak ...,” “Terima kasih, Nona.”Pukul dua siang, Sherly pun tiba di rumahnya menggunakan taksi. Tak disangka, rumah milik Sherly ternyata cukup mewah. Jika dilihat dari jarak gerbang menuju rumahnya sekitar sepuluh meter lebih. Terdapat satu bangunan rumah berwarna putih cerah dengan dua lantai ruangan dan rooftop yang bisa digunakan untuk bersantai. Ada tiga kamar yang ditempatkan pada lantai dua rumah. Dibagian sebelah kiri rumah terdapat garasi dengan kapasistas empat mobil Sport. “Mami, kenapa tiba – tiba datang kesini?”Setibanya Sherly di depan rumahnya, dia pun bergegas masuk ke dalam rumah dan ternyata benar, Ibu dan Ayahnya sudah menunggunya di dalam rumah. “Ah, Lily ... apa kabar?” tanya Ibu Sherly, berdiri dan memeluknya. “Aku baik, kok. Hmm ... ada perlu apa Papi dan Mami datang kesini?” tanya balik Sherly, melepas pelukan Ibunya. “Loh, memangnya tidak boleh kalau Mami ingin melihat putri kecil Mami? Mami sangat rindu sekali padamu, Lily,” kata Ibu S