Home / Fantasi / Pendekar Sinting dari Laut Selatan / 45. Part 1 (Cemeti Laut Selatan)

Share

45. Part 1 (Cemeti Laut Selatan)

last update Last Updated: 2025-10-24 01:01:05

TANJUNG KARANGBOLONG.

Senja saat itu. Angin bertiup seperti hari-hari biasa, menjarahi pantai. Matahari membanggakan warna kuning lembayung nya. Juga seperti hari-hari biasa. Daun nyiur di mana-mana bergerak-gerak beranggukan bagai terkantukkantuk. Alam ramah. Semuanya nampak sumringah. Tidak untuk dua lelaki tua yang baru saja menyulut satu perkelahian besar.

"Heaaa!!!" Teriakan salah seorang di antaranya menggugurkan kedamaian, mencerabut keramahan alam dari mahligainya.

Berkawal teriakan itu, sebentuk angin pukulan menderu ke arah lelaki tua lain. Berhawa panas. Berbentuk memanjang. Di sekelilingnya berpusingan asap berwarna kemerahan. Menjulur deras seolah naga api.

Wurr!

Pihak yang diserang adalah kakek berusia tujuh puluhan jika dilihat dari perawakan maupun wajahnya. Berpakaian hitamhitam longgar. Berikat pinggang dari kulit buaya. Kepalanya diikat kain hitam, merangkum rambut putih sebatas bahu. Di atas bibirnya tumbuh kumis yang juga berwa

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   69. Part 4 (Dendam Nini Jonggrang)

    Sementara Angon Luwak sendiri sudah meninggalkan tempat tersebut untuk menyelamatkan Mayangseruni yang menurut kabar dari seorang prajurit Demak telah disandera oleh kawanan begal Laskar Lawa Merah. Ketika itulah tergelar dua pilihan di hadapan Dedengkot Sinting. Kedua-duanya sama-sama sulit. Antara menolong Ki Kusumo terlebih dahulu, atau menyusul muridnya yang jelas-jelas terancam oleh Ki Ageng Sulut. Sebab menurut Ki Kusumo sendiri, datuk aliran sesat itu menghendaki Cemeti Laut Selatan. Di lain sisi, Angon Luwak telah pergi membawa senjata pusaka itu tanpa membertahukan tujuannya!Dongdongka saat itu ibarat mendapatkan buah simalakama. Serba-salah. Kalau diputuskan menolong Ki Kusumo, maka nyawa Angon Luwak yang akan terancam. Sebaliknya, kalau diputuskan untuk menyusul Angon Luwak, justru nyawa Ki Kusumo yang akan melayang. Membingungkan. Kalau kepalanya masih berambut, bisa-bisa menjadi rontok. Untung sudah klimis sempurna!Sesakti-saktinya dia, tak mungkin dia b

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   69. Part 3 (Dendam Nini Jonggrang)

    Orang satu ini rupanya tak begitu yakin pada kehadiran si pemuda. Tak yakin pada kemampuannya. Apalagi dapat menghadapi kakek kurus kering."Pergi dari sini, Adik Muda!" peringatnya keras.Pemuda berambut merah menoleh."Apa yang sesungguhnya telah terjadi, Kang!" tanyanya."Bukan urusanmu, Adik Muda. Kau harus segera menyingkir dari tempat ini. Aku tak mau terjadi apa-apa pada dirimu!"Bukannya menyingkir, pemuda berambut merah malah melangkah melewati gerbang perguruan. Langkahnya tak memperlihatkan dia memiliki tingkat ilmu peringan tubuh yang tinggi. Serampangan. Walau diwarnai kesan kegarangan."Aku tak akan menyingkir dari tempat ini kalau kakek busuk itu tak menyingkir lebih dahulu!" tandasnya sengit. Wajahnya tak berkedip mendelik penuh-penuh pada kakek kurus."Bocah bau kencur keparat! Besar sekali nyalimu memerintahkan aku Ki Ageng Sulut menyingkir dari tempat ini!"Pandangan Pancasona menyergap wajah kakek tua yang b

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   69. Part 2 (Dendam Nini Jonggrang)

    Diam-diam, dia menyusup masuk ke dalam perguruan tanpa diketahui. Bangunan utama perguruan dimasukinya. Demikian juga pondokan para murid. Dia mencari-cari sesuatu yang hanya diketahui oleh dirinya sendiri.Ketika yang dicarinya tak kunjung ditemukan, timbul kegusarannya. Kakek tua itu keluar ke pelataran perguruan. Di sana dia berteriak-teriak bergemuruh dengan penyaluran tenaga dalam tinggi. Seluruh penghuni Perguruan Cemeti Api tersentak. Mereka berhamburan keluar. Pancasona mencoba menanyakan maksud kedatangan tak santun tamu tak diundang itu."Apa maksud kedatanganmu ke tempat kami, Orang Tua?""Aku mencari seorang pemuda!" jawab sang tamu tak diundang."Di sini banyak pemuda. Pemuda yang mana yang kau maksud? Siapa namanya?""Tak peduli siapa namanya. Yang jelas, pemuda itu membawa senjata pusaka.... Cemeti Laut Selatan!'Hanya Pancasona yang terperanjat mendengar kalimat terakhir tamu tak diundang tadi. Di antara para murid, dialah ya

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   69. Part 1 (Dendam Nini Jonggrang)

    SEORANG pemuda berusia belasan merenung sendiri di sebentang pagi yang dikurung mendung. Mendung di angkasa sana, seakan bertakhta pula di wajahnya. Wajah tampan. Bergaris rahang jantan. Bermata sembilu. Berambut panjang kemerahan. Angin dingin berlarian. Pakaiannya diusili, bergeletaran kecil. Juga rambutnya. Juga kulitnya. tapi tak mengusik keheningannya. Tak menggugah kebisuannya.Si pemuda tetap diam. Duduk bersandar dan bertopang dagu di atas dahan pohon besar. Matanya menombak lurus dan senyap ke arah ubun-ubun mentari merah muda di tepi bumi sebelah timur.Pemuda itu mengenakan rompi bulu putih dari kulit hewan. Bercelana pangsi putih sebatas lutut. Pada kain putih pengikat pinggangnya terselip semacam cemeti pendek berwarna keemasan. Berpangkal kepala naga.Beberapa waktu belakangan, ada banyak bayang-bayang kejadian menjajah benaknya. Membuatnya lebih sering terdiam seperti saat ini dilakukan.Baginya, betapa hidup begitu sulit untuk dipahami. Me

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   68. Part 24 (Cemeti Laut Selatan) - End

    Malam kala itu juga menjadi terang benderang. Warna keemasan menebar dalam jarak satu-dua tombak. Mengepung tubuh si pemuda tanggung.Kala yang sama, beberapa anak buah Dirgasura memekik nyaris berbarengan. Lalu tubuh-tubuh berjatuhan.Ada yang kehilangan kepala.Ada yang terpotong setengah badan.Ada yang terbelah dadanya....Dirgasura sempat menyelamatkan diri dengan membuang tubuh sekuat-kuatnya ke belakang. Tak urung kulit perutnya tersayat oleh angin putaran Cemeti Laut Selatan.Sepertinya, angin putaran senjata pusaka di tangan pemuda tanggung itu telah menjelma menjadi mata pedang kasat mata!Ketika sanggup menempatkan diri cukup jauh dari ancaman maut senjata si pemuda tanggung, mata Dirgasura dibuat tak berkedip menyadari benda apa yang berada di tangan lawan berusia hijaunya."Cemeti Laut Selatan...," Desis Dirgasura terseret, bergetaran.Berdesir hatinya bukan karena kehebatan si pemuda tanggung, melainkan kar

  • Pendekar Sinting dari Laut Selatan   67. Part 23 (Cemeti Laut Selatan)

    Angon Luwak benar-benar tiba di markas terakhir Laskar Lawa Merah malam itu. Dia mengendap-endap di antara semak-semak, mencari-cari tempat di mana Mayangseruni ditahan. Sebenarnya prajurit Demak yang ditemuinya di hutan waktu itu tidak memberitahukan padanya lokasi terakhir gerombolan perampok. Dianggapnya, Angon Luwak hanya main-main. Lagi pula urusan itu adalah wewenang kerajaan, terlalu besar untuk dibicarakan pada seorang bocah baru besar seperti Angon Luwak. Terutama posisi terakhir Laskar Lawa Merah.Angon Luwak memang tak tergolong pemuda tanggung berhati cebol. Dia tak menyerah untuk mencari tahu.Diputarnya otak.Didapatnya akal.Diam-diam disatroninya pasukan Demak. Caranya dengan menguntit prajurit Demak yang ditemuinya. Di barak sementara pasukan Demak, Angon Luwak menguping setiap pembicaraan prajurit Demak. Sampai akhirnya salah seorang dari mereka menyebut-nyebut nama tempat di mana Laskar Lawa Merah terakhir dikepung.Kembali ke An

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status