Claire melepas pelukannya dengan sangat kesal.“Kau marah padaku hanya karena wanita itu? Apa kau sudah tidak mencintaiku? Jika kau memang tidak lagi menginginkanku, aku bisa pergi dari hidupmu.” Claire berucap dengan kesal. Ia beranjak menuju ranjang. Ia pungut semua pakainnya, lalu ia kenakan dengan emosi yang tertahan. Wajahnya cemberut, setelah ia berpakaian dengan rapi, ia beranjak pergi. Ia bahkan tidak menatap Jackson sama sekali. Claire sangat yakin Jackson akan berlutut meminta maaf kepadanya beberapa saat lagi. Ia sudah tahu seperti apa watak lelaki itu. Jackson tidak bisa marah padanya untuk waktu yang lama. Jika ia merasa ia telah menyakiti hati Claire, ia akan langsung memohon maaf padanya. Lalu memanjakannya dengan banyak barang mewah. Tidak sampai satu hari, Jackson akan mengemis perhatiannya kembali. Claire sangat percaya diri akan hal itu. Jackson menatap punggung Claire yang menjauh darinya. Biasanya ia akan langsung berlari mengejar, membujuknya untuk memaafkan
“Mengapa kau terkejut ketika melihatku? Bukankah kau paling mencintaiku?” Claire bertanya dengan nada tidak suka. Ia menatap dengan sorot entah. Tubuh polosnya terlihat begitu seksi. Jackson menelan ludah dengan susah payah, wajahnya memerah, ia mulai merasa panas, padahal pendingin ruangan tengah menyala. Claire kembali mendekat. Gerakannya lambat, tapi begitu pasti. Tatapannya tertuju pada Jackson dengan penuh nafsu, ia bahkan tidak berkedip sama sekali.“Claire, apa kau sudah gila?!” Jackson tidak percaya. Bagaimana mungkin Claire yang ia anggap polos dan baik tiba-tiba naik ke atas ranjangnya dengan kondisi tubuh polos tanpa pakaian? Jackson menyingkap selimutnya. Ia menatap bagian selangkangannya, untungnya ia masih mengenakan celana dalam. Itu artinya ia dan Claire belum sempat berhubungan badan. Jackson merasa lega, sebab ia tidak melakukan hal terlarang. Biar bagaimana pun, ia masih berstatus suami Grace hingga sekarang. Ia tidak ingin merusak nama baiknya dengan menidu
Jackson pulang dengan perasaan yang tidak bisa digambarkan, ia merasa sangat sakit, tapi sakitnya tidak bisa dijelaskan. Dari raut wajahnya, menunjukkan ada banyak hal yang tengah ia pikirkan. Ia melajukan mobilnya menuju bar. Di sana, ia memesan beberapa botol wine dan menenggaknya. Ia berusaha untuk mengenyahkan perasaan asing yang menusuk dadanya. Ia merasa sangat asing dengan perasaan itu, sehingga ia tidak tahu bagaimana cara menanggapinya. Bukankah ia tidak menyukai Grace? Mengapa ucapan Grace yang mengatakan bahwa ia tidak lagi mencintainya mampu menusuk hatinya? Mengapa rasanya sangat menyakitkan? Jackson masih belum bisa menemukan jawaban itu hingga sekarang. Ia terus menenggak, terus menenggak hingga akhirnya ia mabuk. Sudah lama sekali sejak terakhir kali ia mabuk. Ia sangat kuat dalam meminum alkohol, tapi kali ini ia terlalu banyak minum hingga mengosongkan beberapa botol. Caleb yang baru mendatangi Bar, menatap ke segala arah untuk mencari keberadaan Jackson setela
Suasana menjadi sangat tegang setelah Jackson masuk dan ikut bergabung bersama mereka. Lelaki itu tampak sedikit kikuk dan gugup, ia menggaruk keningnya, menghampiri Grace untuk mengurangi rasa gugupnya. Tidak bisa dipungkiri, ia sedikit terintimidasi oleh tatapan orang tua Shane. Tatapan-tatapan tajam itu membuatnya merasa bahwa kehadirannya tidak dihargai. Jackson bisa mengerti. Beberapa waktu lalu ia pernah bertengkar dengan mereka, bahkan memaksa Grace mendonorkan darahnya untuk Claire. Sementara kondisinya sedang sekarat.Hening, tidak ada suara sama sekali. Kehadiran Jackson di sana membuat kehangatan yang tadi memeluk mereka kini berubah menjadi mendung yang penuh dengan ketegangan. “Kau sudah di sini, silakan lakukan apa yanng kau inginkan dan cepat pulang.” Grace berucap dengan tajam. Sorot matanya menunjukkan bahwa ia tidak senang dengan kehadiran Jackson di sana.“Aku baru sampai dan kau sudah ingin mengusirku?” Jackson tidak percaya sama sekali. Ia pikir Grace akan l
“Apa kau sedang ngelantur? Aku akan mengunjungi Nenek Josephine, aku tidak ingin kau membuat keributan yang akan menimbulkan banyak masalah. Nenek sudah tua dan sakit-sakitan, kau jangan menambah masalah.” Grace langsung menolak."Aku tidak ngelantur. Kita sudah menikah selama bertahun-tahun, tapi kau tidak pernah mengajakku menemui keluargamu. Apa kau tidak menganggapku sebagai suamimu?” Jackson membuat alasan. Grace tertawa geli. “Aku selalu mengajakmu untuk menemui mereka, tapi kau yang tidak mau. Dan sejak kapan kau menganggapku sebagai istrimu?” Jackson terdiam.“Jangan membuat masalah. Kau pasti punya rencana buruk, aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk menginjakkan kaki di rumah keluarga Brown.” Shane berucap dengan tegas, nada bicaranya berisi ancaman. “Mengapa kalian bereaksi begitu berlebihan? Aku hanya ingin ikut mengunjungi rumah mertuaku, apa yang salah dari itu?” Jackson terus saja bersikeras. Ponsel milik Jackson berdering, tertera nama Claire di layar. Wa
“Dia bilang begitu?” Jackson bertanya dengan nada tidak percaya setelah ia mendapatkan jawaban dari pembantunya melalui panggilan telepon. Ia tidak mengira bahwa Grace akan membuat keributan dengan bersikap seolah ia tidak peduli. Bagi Jackson, sikap Grace saat ini adalah tindakan mundur untuk mendapatkan lompatan yang lebih jauh.“Benar, Tuan.” Pembantu itu membenarkan. Jackson menghela napas dengan kasar. Ia yang awalnya ingin bermalam di apartemen Claire, mengurungkan niatnya dengan langsung menancap mobilnya menuju rumah. Ia langsung memanggil Grace dengan penuh emosi sesampainya ia di depan pintu kamar. Ia menggedor pintu dengan sangat keras. “Berisik.” Grace membuka pintu dengan wajah menahan ngantuk. Ia sangat kesal, sebab Jackson mengganggu tidurnya yang tenang. Baru saja ia berpikir bahwa ia merdeka karena Jackson menginap di tempat Claire, kini ketenangan itu mendadak musnah. “Mengapa kau bersikap seperti ini? Aku hanya bermalam di sana karena aku ingin menemaninya, l